AD - 035

88 15 0
                                    

happy reading friend b!
i hope you enjoy this part :)
please vote and comment.


Amalinda sudah kembali lagi bersekolah setelah libur 3 hari karena insiden di perkemahan waktu itu. Pagi ini Ia berangkat bersama Keenan, sebenarnya ia perlu membicarakan ini dengan Devano. Namun lelaki itu sudah berulang kali di chat tidak kunjung membalas.

Saat sampai di parkir motor Amalinda langsung di hadang oleh trio pengacau, siapa lagi kalau bukan Caca, Syana, dan Jihan.

"Loh Al ternyata lo masih hidup? gue kira lo..." Jihan menggantungkan ucapannya, ia tak mau melanjutkan pikirnya Amalinda pasti juga tahu maksud ucapannya.

"Lo kalau ngomong ati-ati Han, jangan sembarang!" Tegur Keenan.

"Dih gue ngomong aja belum loh? sewot banget sih lo Ken."

Caca mulai mendekat ke arah Amalinda, gadis itu menatap Amalinda penuh arti. Tangan kanannya ia gunakan untuk memilin rambutnya, satu alisnya pun sedikit terangkat.

"He Al, gue liat akhir-akhir ini lo keluar masuk rumah sakit. Punya penyakit apaan lo?"

Amalinda merasa tenggorokan nya tercekat, apa yang Caca lontarkan sukses membuat jantungnya berdebar. Tidak, tidak mungkin Amalinda akan mengatakan yang sebenarnya pada Caca. Sebisa mungkin Amalinda berusaha rileks, agar tak menimbulkan kecurigaan.

"Nggak, aku gak sakit apa-apa Ca."

Syana mengangkat lengannya lalu ia taruh pada pundak Caca, "Aelah Ca dia kan cewek lemah, gak usah di tanya lagi kenapa bolak-balik rumah sakit."

"Lu semua bisa gak sehari gak usah ngomong yang nyakitin kayak gini?" Keenan pun angkat bicara, ia tak terima jika Amalinda di katakan gadis lemah oleh mereka.

"Kok lu marah Ken? emang lu siapa nya Al? pacar aja bukan cih." Sinis Jihan menatap Keenan dengan senyum smirknya.

"Al Al lo itu keknya cuma mainan nya Devano deh, mending putus ajalah dari cowok kulkas itu." Ujar Caca yang sukses membuat Amalinda memicingkan mata.

"Maksud kamu apa Ca? mainan nya Devano?"

Syana tersenyum miring, "Oh iya Ca dia kan polos gak tahu apa-apa, mending langsung kasih tahu aja."

Caca mulai mendekatkan wajahnya dengan memasang senyum liciknya, "Lo kalah sama Lusiana Al, dia udah dua hari ini berduaan mulu sama pacar lo. Dan gue yakin itu pasti tanpa sepengetahuan lo."

Keenan yang mendengar itu sudah tidak kaget lagi, karena baginya itu hal yang biasa. Lusiana dari dulu memang selalu membuntuti kemanapun Devano pergi, sebenarnya ini yang ia takuti jika Amalinda terus bersama Devano.

"Dan parah nya lagi Al, si Dev gak pernah nolak lo kalau Lusi gandeng tangannya, terus sering makan berdua di kantin lagi." Imbuh Jihan yang semakin membuat Amalinda merasakan sesak di dadanya, ia masih tak percaya jika Devano dan Lusiana bersikap lebih dari sahabat.

"Kalian gak usah ngomong yang nggak-nggak tentang mereka!"

Amalinda kembali melanjutkan ucapannya, "Mereka cuma sahabat, gak lebih!"

Syana hendak saja menjambak jilbab yang Amalinda kenakan, ia sangat geram karena gadis ini sangat polos.

Syana menunjukkan deretan giginya, gafis itu benar-benar gemas sendiri.

"Lo tuh ya di kasih tahu ngeyel banget sih! Devano itu gak baik buat lo, Devano sama Lusiana itu udah berkhianat di belakang lo."

"Eh cewek polos, kita itu ngomong sesuai fakta. Asal lo tahu aja si Lusi itu udah suka dari dulu sama si Dev, tapi Dev gak pernah nganggep dia lebih. Tapi gak tahu deh kalau sekarang, bisa aja kan mereka udah pacaran diam-diam?"

AMOUR DESTIN | not my destiny ( the end )Where stories live. Discover now