AD - 030

110 16 3
                                    

Happy reading friend b!
I hope you enjoy this part :)


Bulan telah kembali ke tenda kesehatan untuk melihat keadaan Amalinda dan Aini yang sudah selesai di beri pengobatan.

Kini Dhea sedang duduk sendirian di tengah-tengah pencahayaan lampu yang ada di depan tenda nya, ia terdiam sembari melihat anak lain yang sedang bersenda gurau bersama teman nya.

Dari kejauhan Gavin memandang iba Dhea yang saat itu seperti orang yang telah kehilangan arah tujuan, ia pun berniat menghampiri gadis itu walau sebenarnya ia juga ikut jengkel atas apa yang telah Dhea lakukan kepada sahabatnya sendiri.

Gavin pun memilih duduk di samping  Dhea sembari melihat ke arah pandangan Dhea saat itu "Lagi mikir apa?" Tanya nya.

"Ngapain lo ke sini? Gue tau lo sebenernya juga gak suka kan sama gue setelah tau kejadian itu." Ketus Dhea namun masih tak mengubah posisi nya.

"Sotoy lo!"

Dhea memutar bola mata nya malas "Terus lo ngapain di sini??"

"Dengerin cerita lo," Balas Gavin.

"Cerita gue?"

"Gue tau, di saat seperti ini lo pasti butuh banget temen curhat. Cerita aja ke gue, tenang gak akan gue bocorin ke siapapun." Gavin mencoba memahami bagaimana perasaan Dhea saat ini, gadis itu pasti sangat hancur.

"Hmm Lo bener Vin, huft ... Kalau boleh milih sebenernya gue juga gak mau nyakitin perasaan sahabat gue sendiri, gue sayang kok sama mereka, bahkan udah kayak keluarga sendiri."

"Tapi perasaan cinta gue buat Kak Faiz ternyata lebih besar dari pada rasa sayang gue buat mereka. Gue gak mau kehilangan seseorang yang gue cintai, apalagi ngeliat dia bahagia sama cewek lain. Dan itu pun sahabat gue sendiri, hati mana yang gak sakit?"

Apa yang di ucapkan Dhea ada benar nya juga, bahkan Gavin pun saat ini juga merasakan hal yang sama. Yaitu kehilangan sosok gadis yang ia cintai dan harus melihat nya bahagia dengan orang lain, apa lagi yang lebih menyakitkan dari pada itu?

"Lo gak salah," Gavin menoleh ke arah Dhea yang saat itu juga menatap wajah nya "Tapi cara lo yang salah!"

"Gue juga tahu kali! Tapi bodohnya gue tetep ngelakuin hal itu tanpa rasa penyesalan sama sekali. Cinta emang udah buat gue berubah 180 derajat."

Gavin terus mendengarkan cerita Dhea dengan seksama, walau kadang ia agak tidak mengerti dengan arah berpikir gadis itu.

•••

Malam pun berganti pagi, saat ini waktu menunjukkan hampir pukul 05.00 pagi. Sementara keadaan Amalinda bukan nya membaik malah semakin memburuk, belum sadarkan diri pasca insiden itu.

Petugas kesehatan juga tidak tau harus berbuat apa lagi, hingga Pak Arif pun memutuskan untuk membawa Amalinda kembali ke kota agar mendapatkan penanganan lebih lanjut di rumah sakit.

"Sebaiknya Al kita bawa kembali aja ke kota, biar bisa di tangani di rumah sakit." Usul Pak Arif.

"Iya pak, saya juga khawatir keadaan Al sepertinya malah semakin memburuk kalau kita rawat di sini." Sahut Bu Tasya.

"Begini saja bu, biar saya dan Devano yang membawa Al ke rumah sakit. Sementara ibu mengawasi di sini sampai acara selesai." Ujar Pak Arif.

Mengapa Pak Arif memilih Devano untuk ikut bersamanya membawa Al? Bukan karena Devano yang berstatus sebagai pacarnya melainkan karena Devano adalah ketua OSIS yang memang harusnya ikut bertanggung jawab jika ada kejadian seperti ini, baik itu terjadi pada Amalinda maupun kepada siswa lainnya.

AMOUR DESTIN | not my destiny ( the end )Where stories live. Discover now