AD - 012

137 16 0
                                    

Happy Reading :)
i love you guys !!


===

"Akhhh!!" teriak Bulan saat tangannya di injak oleh Caca.

"Upss keinjek ya? sorry." ucap Caca dengan gaya nya yang menyebalkan.

"Gue ingetin ya sama lo sebelum lo jatuh ke bawah, jangan sok caper sama Iqbal ataupun Gavin!" peringat Caca dengan menunduk menatap Bulan.

"Iya bener tuh karena lo gak pantes, lo cuma serpihan kayu tau gak?!" sahut Jihan ikut memaki-maki Bulan.

Bulan pun sudah tak tahan, rasanya tangannya ingin lepas dari pegangannya. Ketika hendak terlepas satu tangannya, ada sebuah tangan kekar yang langsung menyambar menahan Bulan yang hendak jatuh dari ketinggian.

"GAVIN!"

Caca melotot begitu juga Syana dan Jihan yang terkejut, bagaimana bisa Gavin mengetahui rencana ini.

"Bul ayo lo pasti bisa naik ke atas! pegangan yang erat!" pinta Gavin, ia berusaha sekuat tenaga menarik tangan Bulan.

"Vin lo ngapain nolongin dia?! lo udah gila ya!" sentak Caca yang mulai mendekati Gavin.

"Lo yang gila! lo gak punya otak apa? lo mau di penjara kalau sampai Bulan jatuh ke bawah?!" skak Gavin membuat raut wajah Caca berubah marah.

"Ayo bul..akhh!! gue yakin lo bisa naik ke atas." teriak Gavin menarik Bulan sekuat tenaga.

Akhirnya Bulan berhasil naik, Aini mulai mendekat. Tak lama Bulan spontan memeluk Gavin dengan tangis yang tak dapat ia bendung lagi.

"Vin gue takut...untung lo ada hiks..." rintih Bulan di pelukan Gavin.

"Lo kelewatan Ca! lo pikir cara lo buat lo di sukai semua orang? di mana akal sehat lo?" beo Aini dengan emosi yang meledak-ledak.

"Kalian semua yang kelewatan, lo dan temen-temen lo cuma bisa tebar pesona!! dan gue gak suka sama kalian semua!!" sentak Caca menunjuk-nunjuk dada Bulan bagian atas.

"Kalau sekali lagi lo berani nyakitin Bulan..lo akan berurusan sama gue!!" sentak Gavin murka.

"Udah Ca kita pergi dari sini, suasana nya juga makin panas nih!" kata Syana berbisik.

"Liat aja ya kalian semua! gue gak akan tinggal diem. Apalagi lo Bulan kalau sampai lo rebut apa yang harusnya jadi milik gue..hidup lo gak akan tenang!!" ancam Caca sambil menunjuk-nunjuk ke arah Bulan yang menatapnya penuh dendam.

Caca dan kedua temannya pun pergi, "Awas ya Ca lo berani lukain Bulan lagi!" teriak Aini.

"Bul maafin gue ya gak bisa bantuin lo tadi." sesal Aini yang kemudian memeluk Bulan.

"Iya gue ngerti kok, emm thanks banget ya Vin gue bener-bener gak tau kalau lo gak dateng." ujar Bulan.

"Iya sama-sama syukur lo gak papa, gue khawatir kalau Caca lakuin hal buruk lagi sama lo." ucap Gavin.

"Tenang aja Vin nanti gue deh yang lapor sama lo kalau Bulan kenapa-napa." potong Aini ketika Bulan hendak menjawab.

"Bagus deh, yuk Bul kita balik ke kelas jangan di sini bahaya." Gavin menarik pergelangan tangan Bulan, Aini mengikuti dari belakang.

•••

Devano tengah berjalan di koridor bersama Lusiana, memang saat ini adalah jam pulang. Pandangan Devano menangkap seorang wanita yang tengah memegangi keningnya.

"Lus bentar deh gue... gue ke sana dulu ya." ucap Devano tiba-tiba.

"Eh mau kemana? gue ikut!!" Lusiana pun mengikuti langkah Devano yang sangat cepat itu.

AMOUR DESTIN | not my destiny ( the end )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang