AD - 032

95 16 0
                                    

Happy reading friend b!
I hope you enjoy this part :)

Bus yang membawa seluruh siswa siswi kelas 11 akhirnya sampai di SMA Bima Sakti dengan selamat, semuanya aman terkendali.

Selama perjalanan tidak ada hal-hal yang membuat mereka mengalami bahaya ataupun siswa yang berbuat ulah, semua berjalan dengan lancar tanpa hambatan.

Iqbal mulai berjalan menghampiri bus yang di tumpangi kelas 11 IPA 1, dengan sabar ia memperhatikan setiap anak yang keluar dari bus itu hingga seseorang yang di tunggu nya pun muncul.

Siapa lagi kalau bukan pacar juteknya?

Namun Bulan malah seakan  acuh tak acuh pada Iqbal yang sedari tadi di sana menunggu nya, ia berjalan dengan kedua tangan yang menenteng tas miliknya dan juga Amalinda.

"Pacar Pulang nya gue anter ya? gak ada bantahan pokoknya." Ajak Iqbal sambil membuntuti langkah Bulan.

"Gue di jemput sama Ayah, sorry." Bulan tak juga memberhentikan langkahnya, ia terus berjalan cepat tak mempedulikan Iqbal di belakangnya.

"Kok gitu sih? Masih marah? Jangan diem in gue dong."

Bulan pun berhenti, ia membalik badannya spontan. Matanya menatap langsung netra Iqbal, lelaki itu sama sekali tidak menyadari kesalahannya.

"Lo harusnya tahu kalau Lo itu salah! Cemburu Lo itu berlebihan tahu gak? Harusnya Lo bisa ngomong baik-baik sama Gavin dan gue, gak perlu pakek otot!"

"Yaudah gue minta maaf, lagian kan itu juga bukan sepenuhnya salah guee. Emang Lo gak cemburu kalau gue deket sama Caca??" Lontarnya membuat Bulan mengernyitkan dahinya.

"Cemburu pasti, tapi karena gue udah tahu sifat nya Caca jadi gak ada alasan buat gue cemburu berlebihan ke dia!" Sergah Bulan dengan nada tinggi.

"Kemaren itu Gavin nolongin gue, tapi dengan enak nya lo malah nonjokin dia dengan alasan cemburu. Pantes?? Bukan nya terimakasih, malah lo tonjok."

"Gue gak suka Lo yang childish kayak gini, dan gue juga gak suka sama cowok yang over protektif ke gue, apalagi posesif."

Setelah mengucapkan itu Bulan pun pergi meninggalkan Iqbal yang masih terdiam karena kata-kata nya yang terdengar begitu kasar menusuk telingannya.

Gue harus jadi seperti apa sih biar Lo tahu kalau gue sayang banget sama Lo, dan gue gak mau kalau sampai kehilangan Lo.

•••

Malam ini Bulan berniat untuk menjenguk Amalinda yang kabar nya masih di rawat di rumah sakit dan belum sadarkan diri, Sebelumnya ia sudah mengantarkan tas Amalinda ke rumahnya, untungnya ada Maylinda yang menjaga rumah.

Di bagian lantai 2 lorong-lorong rumah sakit ini terlihat sepi, hanya beberapa orang saja yang lewat. Seakan bagian sana memang di sediakan untuk pasien yang membutuhkan penanganan khusus dan serius.

Ia mengedarkan pandangan nya ke arah sekitaran pintu ruang rawat Amalinda, namun keliatan nya tidak ada yang datang untuk menjenguk gadis itu selain keluarganya.

Tangan nya bergerak menyentuh knop pintu ruangan yang bernuansa putih itu, namun ada sesuatu yang seketika membuat jemari Bulan ragu untuk melanjutkan aksinya.

Ia mendengar...

"Dok, bagaimana perkembangan kondisi Al sekarang? Kapan dia akan sadar?" Suara Aisya mungkin agak sedikit samar.

Tetapi Bulan masih bisa mendengar dari luar, Aisya yang bertanya pada sang dokter mengenai keadaan Amalinda.

"Maaf Bu, Tapi saya tidak bisa memastikan hal itu, mengingat penyakit kanker hati yang di idap pasien mulai menjalar ke seluruh tubuhnya."

AMOUR DESTIN | not my destiny ( the end )Where stories live. Discover now