16. Lagu Tak Lawas

781 138 8
                                    

Kesukaan mu membuat ku bingung

Mencuci piring, ngepel, hingga mencuci baju adalah kegiatan yang rutin dilakukan seorang Sehun di hari Minggu cerah. Jika kuliah menyapa, semua aktifitas akan diambil alih sang ibu atau adik tapi menjadi tugasnya kembali ketika libur tiba. 

Semalam, Sehun sudah menyelesaikan bab-bab mata kuliah yang menjadi PR, begitu pun dengan coding untuk applikasi dan website.

Masih menggunakan celana training dan kaos putih belel kesukaan, Sehun bersiap pergi ke toko Ko Ernest untuk membeli stick ice warna-warni sebagai pelengkap suasana Minggu sebelum ia akan tidur sampai waktu makan malam tiba.

Sepulang dari warung Ko Ernest, satu stick ice berwarna merah Sehun hisap sementara lainnya tersimpan dalam kresek. Ia berjalan santai menelusuri komplek, semua terasa tenang dan nyaman seperti biasa. Hingga, sebuah lagu tertangkap oleh telinga, niat Sehun membuka pagar rumah jadi urung dilakukan.

🎶 ini kah rasanya,
bila ku sedang jatuh cinta
setiap hela nafas ku bahagia
mengenal hati mu,
hadir kan indahnya dunia
kau bawa irama cinta di jiwa

Di komplek jarang ada yang memutar musik nyaring, selain karena sudah tak ada lagi anak kecil, bapak-bapak hanya memainkan dangdutan jika 17 Agutusan atau nasyid ketika hajatan. Setahu Sehun sangat jarang juga ada yang tahu lagu yang sedang ia dengar. Meski bukan lagu lawas, tapi tetap saja itu lagu lama saat dia masih di bangku menengah pertama.

Kaki Sehun memenuhi rasa penasaran, berjalan pada arah suara berasal.

Ia membuka pagar rumah tetangga, lalu ke halaman belakang.

Manik matanya tertegun, ia terperangah menengadah ke atas.

Dilihatnya perempuan tengah mengucir rambut, di balkon kamar dengan setelan kemeja longgar dan celana training tapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dilihatnya perempuan tengah mengucir rambut, di balkon kamar dengan setelan kemeja longgar dan celana training tapi... lebih rapih dan bersih dibanding dirinya.

Mematung, memandang dari kejauhan membuat perempuan itu akhirnya menyadari keberadaan Sehun.

Begitu netra mereka saling menatap Sehun mengangkat kresek dengan wajah kikuk tanpa baris senyuman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu netra mereka saling menatap Sehun mengangkat kresek dengan wajah kikuk tanpa baris senyuman.

"Pasti habis dari warung kelontong pertigaan," kata Seulgi, setelah mereka duduk di ayunan halaman belakang rumah Kakaknya, "Hari Minggu juga kamu tetep beli eskrim?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pasti habis dari warung kelontong pertigaan," kata Seulgi, setelah mereka duduk di ayunan halaman belakang rumah Kakaknya, "Hari Minggu juga kamu tetep beli eskrim?"

"Bukan, ini stick ice."
"Beda ya?"
"Ini minuman rasa buah yang dibekuin gak pake krim. Nih,"

Tangan Seulgi menerima satu stick ice berwarna oranye yang Sehun beri, meski ia sempat bingung dan terdiam untuk beberapa detik.

Di bawah sinar matahari, mereka menikmati hari Minggu dan kicauan burung. Jakarta panas tentu saja, tapi belum terik hingga mereka tak perlu merasa repot untuk secepatnya berteduh.

"Kamu suka lagu tadi?"
"Lagu mana?"
"Yang barusan kamu puter,"
"Ohhh ten2five?"
"Iyah,"
"Aku tau waktu masih SMP, terus suka sampai sekarang."
"Serius? Padahal jarang ada loh yang tahu lagu itu."
"Em, iyah sih, cuman ya gak tau suka aja."
"Ohhh~"
"Emang kedenger ya?"
"Di komplek jarang ada yang muter musik pake speaker, lagian pintu kamar kamu ke buka."
"Berisik banget?"
"Engga sih, telinga aku emang sensitif aja."
"Ohhh~"

Mereka kembali diam, menikmati suasana juga stick ice.

"Kamu orang pertama yang tahu lagu itu selama beberapa tahun ini,"

Mata Seulgi terarah pada Sehun yang bicara tapi tak menatapnya. Entah bagaimana mendeskripsikan suara Sehun, yang bisa Seulgi tangkap ada perasaan bahagia juga sedih.

"Sehun,"
"Um?"

Set

"Kamu kalau makan stick ice emang kayak anak kecil, ya?"
"Eh?"
"Pantes kamu nurut banget sama cewek itu,"

Bukan karena Seulgi tak penasaran, tapi ia sedang menjaga jarak. Bagaimana pun ia dan Sehun bukan lah teman akrab, meski tetangga dan berkuliah di kampus yang sama faktanya bisa dihitung dengan jari sudah berapa kali mereka mengobrol seperti sekarang. Sehun dan Seulgi tak dekat, gadis itu enggan bertanya lebih jauh alasan kesenduan Sehun saat menyatakan lagu yang Seulgi tahu.

Sebagai pengalih, Seulgi mengusap sisi bibir Sehun dengan jarinya. Jika saat ini ada Baekhyun, maka sudah habislah Sehun diolok karena meninggalkan sisa stick ice di wajah, beruntung Seulgi yang membersihkannya walau dengan ekspresi datar dan kembali menikmati stick ice kemudian.

Tapi, wajah Sehun memerah, ia terdiam kikuk menatap Seulgi yang tak menatapnya.

Lalu Sehun pun berdiri,

"Kenapa?" Tanya Seulgi penasaran.
"Aku mau pulang,"
"Loh?"
"Aku, em, ada tugas."

Jelas saja Sehun sedang berbohong.

"Udah gitu aja? Kamu dateng cuman mau ngasih stick ice?"
"I, iya."
"Oke... Makasih."
"Sama-sama."

Sehun berjalan terburu, sementara Seulgi masih duduk di ayunan. Jika Sehun ingin segera mengakhiri perasaan canggung yang menerpa, Seulgi justru sedang berusaha mencerna perasaan bingung akan tingkah aneh lelaki itu.

to be continued ...

FLAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang