24. Wajah Palsu

698 114 10
                                    

Pilihannya hanya dua, mahir atau terhina

Salah satu meja di dalam kelas telah bertuan sejak 10 menit lalu, adalah Soojung yang menempatinya dari pagi buta. Ia sangat rajin, lebih rajin dari murid SD yang baru pertama kali bersekolah. Meski alasannya tiba di kampus adalah menghindari teman satu kos yang terus memaksa untuk diajarkan applikasi Photoshop.

Mata Soojung masih terkantuk, kemarin malam ia baru mengerjakan dua job freelance untuk video tugas dan satunya lagi presentasi perusahaan. Jika pekerjaan dan kuliah terus datang diwaktu yang sama, bisa-bisa Soojung drop karena kelelahan. Tapi, hanya ia sendiri yang tak menyadari ironi ini.

Hari berlalu, di front office gedung fakultas rencananya Soojung akan bertemu sang pujaan hati dan menikmati sore bersama di salah satu Mall. Hanya jalan-jalan biasa, tapi sangat menyenangkan jika dilakukan dengan orang terkasih.

HP Soojung bergetar, menampilkan panggilan dari lelaki yang tengah ditunggunya itu.

"Halo?"
"Halo? Kamu masih di kampus?"
"Baru selesai kelas sih,"
"Kita ketemuan sore boleh gak? Aku ada client, hari ini tetep jadi kok. Cuman jamnya yang diundur, gimana? Tapi kalau kamu gak mau juga gak apa-apa aku gak maksa, aku otw 15 menit lagi."
"Jangan, jangan. Kamu... urusin client dulu aja, aku mau ke kosan tidur sebentar, lagian aku juga agak ngantuk."
"Bener? Kamu ga bohong?"
"Benerannnn."
"Yaudah, makasih banyak ya. Nanti kita belanja sampe kamu puas, oke?"

"Um, dikira kamu anak penjabat apa? Nawarin aku belanja sampe puas? Jangan ngobral janji, ah." Balas Soojung menggoda lelaki di sambungan telpon.

"Seriusssssss, asal kamu bahagia aja udah cukup."
"Gombal nih ya Bapak, aku tutup ya. Bye."
"Okeee, byeeeeee."

Melihat mesin ATM dalam pandangan membuat Soojung ingat, jasa freelancenya yang terakhir kali sama sekali belum dibayar.

Meski Soojung seorang yang berkecukupan tapi ia mandiri dalam finansial dan kondisi ini sangatlah menganggu arus pemasukan juga pengeluaran yang harus Soojung lakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meski Soojung seorang yang berkecukupan tapi ia mandiri dalam finansial dan kondisi ini sangatlah menganggu arus pemasukan juga pengeluaran yang harus Soojung lakukan. Sebenernya, walau sah-sah saja meminta sang Ayah menstrafer sejumlah nominal untuk memenuhi hidup di perantauan tapi tetap Soojung enggan, terlebih berkerja tanpa dibayar sangat lah menyakitkan jika yang dibicarakan adalah ranah profesional. Maklum, Soojung tak sedang berdonasi.

"Jung belum balik?" Sapa Baekhyun, usai bermain basket dari lapangan kampus.

"Baru mau balik,""Yaudah bareng,""Ayo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baru mau balik,"
"Yaudah bareng,"
"Ayo."
"Eh ngomong-ngomong, katanya kemarin si Anna maksa Lo buat sekelompok?" Tanya Baekhyun, mereka kini telah berjalan menuju kosan masing-masing.

"Tugas teori?"
"Iyah,"
"Iyah dia minta gue sekelompok, maksa-maksa dichat."
"Tapi enggak kan? Lo tetep join sama gue sama Seulgi?"
"Iyah lah, ngapain gue repot-repot harus sama dia."
"Goooooooddddd!!! Gue juga perhatiin anak itu rada gimana ya, kurang sopan, tapi lebih parah deng eh semacamnya. Gak tau sih karena apa, cuman keliatan aja."
"Sebenernya gue kenal dia pas ospek kampus, dia ngasih pinjem pita karena gue lupa bawa. Tau sendiri kan Lo kating dulu bejatnya gimana? Dikit-dikit hukum, dikit-dikit hukum."
"Pantes anjir dia ngedeketin Lo mulu."
"Ya, tapi gue gak nyambung aja kalau jadi temen deket. Gak bisa."
"It's owkayyy, persahabatan gak bisa dipaksain. Ignore aja dia sih, biar jaga jarak, kalau emang Lo gak nyambung sama dia."
"Gitu ya, gue coba deh."
"Iya, biar hidup Lo tentram."

Sementara itu, di sudut lain, rumah bergaya khas Asia mulai gaduh sejak kepulangan Sarah yang berteriak mengabsen anaknya satu persatu.

"Saena????"
"Aku di kamar, Bu."
"Sehun????"
"Aku juga di kamar, Bu."

Lega mendengar suara anak-anak, Sarah bergegas pergi ke lantai dua mengetuk kamar Sehun lalu memasukinya.

"Ada apa, Bu?"
"Sabtu malam ada kegiatan gak?"
"Kegiatan apa?"
"Ya di kampus gitu atau motret atau apa gitu?"
"Gak ada Bu, Sehun mau lanjut bikin lagu terus tidur."
"Ihhh! Kamu tuh, keliatan banget jomblonya, gak ada niatan kasih Ibu calon menantu apa?"
"Ibu lupa ya, Sehun masih kuliah?"
"Kenapa emangnya? Pacaran kan gak musti nunggu kerja."
"Jadi, maksud ibu dateng ke kamar Sehun cuman mau nagih calon menantu?"
"Enggak dong, enak aja. Sabtu malem, kamu dateng ya ke undangan temen ibu, anaknya nikah."
"Aku pergi sama Ibu?"
"Enggak dong, enak aja. Ibu ada kerjaan makanya minta tolong kamu."
"Gak mau ah kalau sendiri. Udah jomblo, ngenes lagi. Gak mau Bu."
"Kata siapa sendiri? Emang kamu gak mau ngajak Wendy sama Kai?"
"Kai pasti udah ada janji kalau malam Minggu, Wendy mah ibu juga tau sendiri kalau libur suka males keluar."
"Yaudah biar ibu yang bilang sama Wendy kalau Kai gak bisa."
"Um... pokoknya aku gak mau pergi sendiri ya Bu, terserah ibu deh mau nyuruh aku berangkat sama siapa. Asal harus manusia."
"Oke dong naaaak. Makasih ya."
"Iyah Bu."

Setelah mengecup kepala Sehun, Sarah kembali ke lantai satu meyiapkan makan malam sementara Sehun yang tak bisa menolak tengah membayangkan bagaimana canggungnya ia berkunjung ke pesta pernikahan alih-alih bersama pasangan malah bersama sahabat.

Setelah mengecup kepala Sehun, Sarah kembali ke lantai satu meyiapkan makan malam sementara Sehun yang tak bisa menolak tengah membayangkan bagaimana canggungnya ia berkunjung ke pesta pernikahan alih-alih bersama pasangan malah bersama sahabat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

NOTED

Makasih buat 2K votenyaaaa🎉🎉🎉 semoga betah sampe akhir ya

to be continued ...

FLAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang