34. Diam Menunggu

790 140 59
                                    

Kadang keberanian tenggelam karena prasangka

"Bu????? Kalau sabun mandi yang wangi banget itu merk-nya apa ya???"
"Sabun buat apa emang Ka?"
"Kaka mau macem-macem tuh Bu!"
"Berisik Saena! Nuduh-nuduh kamu."
"Yeeee, sewot."
"Sama Sampho yang paling wangi mereknya apa Bu????"
"Buat apa sih Ka? Emang yang di kamar mandi gak ada yang wangi?"
"Butuh yang lebih wangi Bu!!!"
"Beli gih ke toko ko Ernest, bilang cari Sampho sama sabun mandi yang wangi banget, entar juga Ko Ernest tau kok."
"Okeee Bu, Sehun berangkat ya."

Tadi, selesai urusan dengan Gian, Sehun pamit pulang terburu. Kai mengantar Wendy ditemani Soojung dan Baekhyun, membuat Sehun memiliki alasan untuk menuntaskan perasaan mengganjal.

"Makasih Ko."
"Sama-sama, sama-sama."

Satu kantong kresek hitam sudah diisi dengan sabun mandi, shampoo, sikat gigi, pasta gigi juga tambahan parfum botolan yang biasa ada di toko kelontong.

"Assalamualaikum." Ucap Sehun, setelah menekan bel rumah tetangganya. "Permisiiii. Ada orang di rumah?"

Pintu terbuka, seorang anak lelaki tersenyum hangat.

"Ohhh! Om Sehun?"
"Eh???"
"Temennya ateu Seulgi kan?"
"Ohhh iya iya..."
"Baru aja temen ateu satu lagi pulang, namanya siapa ya... um... Om Chan... Chan???"
"Chanyeol?"
"Naaaaah! Om Sehun ada perlu apa?"
"Seulginya ada?"
"Ada, ada, masuk Om."

Seingat Sehun ini kali pertama ia bertemu dengan keponakan Seulgi, aneh rasanya diusia muda sudah mendapat gelar Om dari tetangga.

"Aku Ji-Sung Om, salam kenal."
"Aku Sehun,"
"Iyah tau kok Om, ateu kadang suka cerita jadi aku hapal."
"Suka cerita?"
"Gitu deh Om, biasa perempuan."
"Ahhhh..."

Sebenernya Sehun tak mengerti dengan arah pembicaraan Ji-Sung, tapi ia enggan meneruskan karena tak ingin semakin dibuat bingung.

"Om mau nunggu di sini apa di atas?"
"Ya?"
"Ateu Seulgi lagi mandi,"
"Ha????"
"Gimana?"
"Tunggu dis-"
"Di atas aja ya Om, maaf banget bukannya ngusir tapi temen-temen ku bentar lagi dateng. Gak apa-apa kan? Aku ada tugas kerja kelompok nih."
"Ha????"
"Tenang, ateu tuh perempuan jadi-jadian kok. Gak apa-apa, ke atas aja, aman Om aman."
"Serius kamu?"
"Ya paling kalau ateu kaget kena tonjok dikit lah Om."
"Gak ah, aku di sini aja."
"Aduh Om maaf banget ini, temen-temen ku nanti canggung kalau ada Om."

Baru pertama kali dalam hidup Sehun menemukan anak SMP sepersuasif Ji-Sung. Rasa kesal juga bingung menghampiri, tapi... Sehun memilih untuk mengalah, ia pergi ke atas karena akan sangat malu rasanya jika Ji-Sung tau apa yang Sehun bawa untuk Seulgi.

Di lantai dua, suasana lebih sepi. Selain beberapa pintu dan pajangan Poto berukuran cukup besar, tidak ada pemandangan lain. Meski tak bertanya di mana kamar Seulgi, Sehun seperti sudah hapal hanya dengan melihat pintu berstiker bunga.

Kaki Sehun mematung, ia bingung harus mengetuk atau langsung saja meninggalkan barang bawaan di depan kamar Seulgi.

Klik

Hampir saja jantung Sehun melorot.

Pintu terbuka, menampilkan Seulgi yang terkejut seperti pria di hadapannya. Mereka saling menatap bingung, terutama Seulgi yang masih menggunakan jubah handuk.

"Ka, kamu lagi ngapain di sini?"
"Udah selesai mandinya?"
"Ha?"

Lama Seulgi diam, diikuti Sehun yang masih kebingungan.

Lalu, sayup terdengar suara ramai dari lantai satu, teman-teman Ji-Sung rupanya sudah datang. Tak butuh waktu lama untuk seulgi segera menyadari keadaan.

FLAVAМесто, где живут истории. Откройте их для себя