23. Patung Porselen

686 124 12
                                    

Raganya tak terpendam, ia ada

"Bu, Sehun motret dulu ya."

Lelaki itu tak memakai kaos belel, seperti biasa, ia berdandan lebih rapih dengan jaket jeans dan kemeja polos longgar.

Dari tangga, gemuruh suara kaki Sehun yang menuruni lantai sudah nyaring terdengar. Sarah balas berteriak "Sampe jam berapa?" dari arah dapur, sementara adik Sehun masih asik menonton tv dengan Chiki Kentang sebagai kudapan.

"Kamu gak ngambil chiki Kaka kan?" Sambung Sehun, langkahnya berbelok cepat melihat sang adik asik menguyah makanan, "Bayar 20 Ribu kalau itu Chiki Kaka."

Adiknya melihat sekilas, lalu tersenyum, kemudian...

"Saenaaaaaaaaaa!!!!!" Teriak Sehun, begitu Saena kabur, berlari sekuat tenaga menuju lantai dua. "Bu! Adek jangan suka ngambil makanan aku dong! Itu jauh tau belinya, gak ada di toko ko Ernest."

"Berbagi sedikit nak, lagian uang jajan Saena bulan ini kepotong karena dia ada study tour."
"Sedikit dari mana Bu? Saena uang jajanya kepotong gak kepotong tetep aja suka ngambil chiki punya Sehun. Satu bungkus, Bu, satu bungkus."
"Jangan simpen di rak dapur kalau gitu, kamu taruh di kamar."
"Ihhhhhh Sehun gak suka simpen makanan di kamar, kotor."
"Ya habis adek kamu kayak gitu, udah ibu kasih tau juga gak mempan."
"Gak tau ah, Sehun kesel. Assalamualaikum."
"Nak, kok gak sun tangan ibu?"
"Ihh ibu..."
"Cium pipi ibu juga belum, masa mau pergi gitu aja?"
"Ihhhh...."

Sehun berat hati mencium tangan lalu pipi ibunya kanan-kiri.

"Ini Sehun masih kesel ya Bu, assalamualaikum."
"Wa'alaikumsallam."

Berbanding dengan Sehun, Sarah tersenyum teduh masih tak menyangka anak lelakinya tetap saja seorang anak kecil meski telah tumbuh dewasa dan bertambah tinggi.

Di sebuah restoran ala milenial Sehun berkumpul dengan kawan-kawan, ada Wendy, Kai juga anak fotografi lainya. Hari ini mereka akan mengerjakan project freelance, hasil yang diperoleh cukup untuk memenuhi uang jajan dua Minggu ke depan.

"Lo gak motret Hun."
"Maksud Lo?"
"Gak baca chat?"

Halis Sehun mengeryit, tak mengerti dengan ucapan Kai.

"Lo jadi model sue, sama Wendy."
"Model cowoknya kemana emang?"
"Sakit katanya,"
"Anjir, gue kucel gini. Gak ah."
"Di antara kita berlima cuman Lo yang mukanya able buat produk ini, buruan udah dari pada gak dapet cuan."
"Ya bilang dari semalem kek, dadakan banget. Gue shock nih."
"Tenang, gue bawa baju ganti kok, wadrobe aman. Bobby bantuin juga entar buat look Lo."
"Jual mahal banget sih Lo, orang cuman foto produk doang juga."
"Bukan gitu Wen,"
"Awas aja kalau masih mikir."
"Bagus Wen, kasih tau tuh si Sehun."

Ahhh.... nasib. Sehun sudah lelah mendumal, ia memilih untuk segara ganti baju dan merapihkan penampilan dibantu Bobby.

Tak lama kemudian,

Cekrek.
Cekrek.
Cekrek.
Cekrek.

"Kalian jangan jauh-jauhan, sue." Dikte Kai, "Jangan kayak orang lagi berantem."

"Sehun anjir, marah dia sama gue."
"Enggak kok."
"Mana ada enggak tapi ngejauh mulu."
"Gue canggung, kapan coba gue jadi model? Emang Lo, udah sering difoto?"
"Ya anggap aja Lo lagi main sama kamera, bedanya dulu dibelakang lensa sekarang di depan. Muka Lo jelek anjir kalau nervous."

Cekrek.
Cekrek.

"Deketan woy! Sehun Lo yang bener dong!"
"Lo mau gue kayak gimana sih Kai? Pusing nih gue."
"Ya model aja gimana model,"
"Ini udah model."

Deg.

Wajah Wendy berada pada radius sangat dekat dengan Sehun,

"Nah gitu," ucap Kai.

Cekrek.

"Wen, Lo deket banget anjir."
"Kenapa emang?"
"Awas Lo nyium bibir gue."
"Kenapa emang kalau nyium? Lo deg degan?"
"Anjir, masa first gue sama Lo. Enggak!"
"Bocah! Lagian siapa juga yang mau nyium Lo."
"Ganti gaya woy! Jangan keasikan ngobrol." Dikte Kai kembali.

"Gini Kai?" Tanya Sehun,
"Nah iya, coba senyum Hun."
"Oke,"
"Cakepppp!!!"

Restoran tempat mereka melakukan pemotretan memang tak begitu ramai, beruntung suara gaduh para pencari cuan tambahan tak menganggu siapa pun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Restoran tempat mereka melakukan pemotretan memang tak begitu ramai, beruntung suara gaduh para pencari cuan tambahan tak menganggu siapa pun.

to be continued ...

FLAVAWhere stories live. Discover now