46. Kopi di Lantai Atas

666 132 38
                                    

ada senja dan kehangatan

Sebuah pesan kerinduan dari Baekhyun yang tersirat lewat kata, membuat Seulgi tersenyum sendiri.

Lagi, jika diingatkan bagaimana ia bisa memiliki kekasih saat ini maka berilah pengertian untuk hati seulgi yang masih harus mengukuhkan perasaan. Tidak mudah menghilangkan kesan sahabat yang hampir belasan tahun melekat dengan status baru dalam 10 hari terakhir. Kadang Seulgi geli sendiri, walau ia yakin pilihannya sudah tepat.

Sore ini Soojung mengajak bertemu di salah satu Kafe, Wendy turut serta setelah Seulgi minta. Sesuatu ingin Seulgi tanyakan pada gadis itu.

Sesampainya di Kafe, tiga gelas kopi dengan tiga piring kecil kue menjadi teman tiga orang perempuan di lantai dua.

"Kemarin Lo balik cepet kenapa?" tanya Wendy, ia penasaran dengan hal yang tak bisa ditanyakan saat di Bandung. "Padahal ngehabisin seminggu lebih di sana ternyata refresh otak banget."

"Gue takut sakit, nanti malah nyusahin."
"Ohh kondisi Lo lagi gak oke waktu itu?"
"Kadang gue drop kalau banyak pikirkan."
"Um, bener sih, waktu pertama kali dateng tujuannya emang bantu pacar Lo. Sekarang gimana udah sehat?"
"Udah. Gue banyak istirahat, jadi udah balik lagi kayak semula."

Soojung menikmati gigitan demi gigitan kue seraya memperhatikan dua temannya mengobrol.

Kesejukan angin menerpa rambut memberi kesan damai. Sejak masuk kuliah ini mungkin kali pertama mereka jalan bertiga menghabiskan waktu sambil mengobrol, biasanya selalu ada anak lelaki mengikuti entah Kai, Sehun, Chanyeol atau Baekhyun. Girl's time memang tak pernah mengecewakan.

"Gi, gue masih gak habis pikir bisa-bisanya Lo sama Baekhyun jadian. I mean, gue selalu sama kalian berdua but never relize you guys feels romantic thing each other. Gue sebenernya pengen ngambek karena kalian gak ngasih tau tentang hal ini tapi gue lebih milih buat nunggu penjelasan. Jadi sekarang jelasin secara rinci atau gue beneran bakal ngambek."

Ucapan Soojung separuhnya benar, ia memang kecewa meski tak bisa marah pada Seulgi.

"Gue gak mandang Baekhyun secara romantis, apa yang Lo lihat selama ini kenyataan yang gak dilebihi atau dikurangi. Tapi kalau kita ngomongin takdir, maka itu di luar kendali gue."
"Maksud Lo gimana Gi? Gue gak ngerti."

Wendy terlihat menyimak, ia rupanya sangat tertarik dengan topik pembicaraan antara Seulgi dan Soojung.

"Lo tau sendiri gue gak bisa nyimpen rahasia dari kalian. Di Bandung gue baru tau kalau Baekhyun suka sama gue. Awalnya gue kaget dan sangat gak percaya tapi itu kenyataan dan gue gak bisa kabur ke masa gue sama Baekhyun adalah sahabat. Gue mikir, apa yang harus gue lakuin? Gimana cara gue nyikapin keadaan? Gue gak mungkin biasa aja setelah tau semuanya. Waktu itu pilihannya gak banyak, gue pura-pura gak tau tapi bakal bikin gak nyaman, gue pergi dari Baekhyun dan bikin keadaan kacau atau gue ikutin arus. Akhirnya gue pilih yang paling sedikit resiko buat kita berdua."
"Selama ini Hyun suka sama Lo? Anjir gak keliatan, gimana bisa dia nyembunyiin hal itu dari kita coba?"
"Menurut gue, ketika romansa tumbuh di tengah persahabatan selalu ada dilema tersendiri buat mereka yang ngalamin. Resikonya terlalu besar dibanding suka sama orang yang baru kenal, bukan? Gue gak bisa nyalahin Baekhyun, posisi dia juga serba salah."

Soojung terlihat berpikir, begitu pun Wendy yang masih tak memahami hubungan Seulgi dan Baekhyun.

"Lo suka juga sama Baekhyun?" Tanya Wendy, meski sebenarnya tak ingin ikut campur tapi mulutnya tak pernah sinkron dengan otak, "Kalian akhirnya saling suka?"

FLAVAWhere stories live. Discover now