54. Pada Persimpangan

758 140 18
                                    

Kilas ingatan yang tersembunyi

Kondisi Seulgi dan Wendy semakin membaik, Wendy bahkan sudah bisa melakukan rawat jalan meski harus didampingi oleh psikiater untuk menyembuhkan trauma pasca penculikan.

Sebelum kembali pulang ke rumah, Wendy sempat mengobrol beberapa jam bersama Seulgi, memastikan gadis yang telah membantunya menyelamatkan diri sedang dalam keadaan baik-baik saja. Mereka tak banyak tertawa, namun saling menguatkan.

Terakhir, Wendy mengunjungi kamar Gian. Di dalam ruangan ada orang tua Gian tengah menunggu anaknya yang selalu diam bahkan saat diiterogasi polisi.

"Maaf tapi kondisi Gian belum stabil." Ucap Mamah Gian, mencoba untuk menghentikan niat Wendy mengunjungi anaknya.

"Ini terlakhir kali Tante, saya gak akan pernah nemuin Gian lagi."
"Tapi..."
"Permisi Tante, saya mau masuk."

Kursi roda Wendy didorong oleh Mami untuk memasuki kamar tersebut. Gian terlihat sedang melamun ke arah jendela.

"Gue bersyukur Lo masih hidup." Ucap Wendy, kata-katanya sama sekali tak membuat atensi Gian teralih. "Sempet gue mikir, kalau Lo mati apa kejahatan Lo bakal terbayar semudah itu? Tapi, ternyata Tuhan punya jawaban lain." Perlahan Wendy mendekatkan diri pada Gian, walau mereka tetap berjarak. "Gue udah maafin Lo, Gian, meskipun mungkin saat ini Lo ngerasa gak butuh kata maaf dari gue tapi gue juga gak akan pernah ngelupain apa yang udah terjadi supaya Lo hidup dalam penyesalan sampai mati. Satu hadiah gue buat Lo, selain kasus penculikan yang Lo lakuin sama gue, Sehun dan Seulgi, gue bikin laporan tentang kasus Sina dan perbuatan Kakanya. Gimana? Apa itu cukup?" Gian tiba-tiba menoleh dengan ekspresi terkejut seolah tak percaya, "Lo gak akan dipenjara sendirian dan Lo bakal mempertanggung jawabkan semua perbuatan jahat Lo."

"Sampah."
"Itu Lo. Gue harap selama di penjara Lo bisa ngerenungin semua hal buruk yang udah bikin banyak orang rugi."
"Pergi Lo!"
"Sure, gue juga udah gak mau berurusan sama Lo lagi."

Wajah Mamah Gian begitu terkejut, ia sampai menutup mulut karena perkataan Wendy. Tapi, tak ada hirauan yang Wendy beri selain pergi meninggalkan kamar bersama Maminya.

Menit berlalu, mereka menyusuri koridor rumah sakit menuju lobby, bergegas menghampiri Ayah Wendy yang sedang menunggu di mobil.

"Mami, kapan Dydy bisa ketemu Sehun?"
"Mami belum tau sayang, masih belum ada yang boleh jenguk Sehun."
"Dydy kangen banget sama Sehun,"
"Mami juga. Dydy harus cepet pulih, biar bisa datang jenguk Sehun sering-sering."
"Iyah Mami, Dydy juga gak enak harus ninggalin Sehun, padahal dia udah nyelamatin Dydy."
"Sehun bakal ngerti sayang, dari awal dia pengen Dydy baik-baik aja. Pulang ke rumah saat ini jadi pilihan paling tepat buat Dydy, kita juga harus ketemu psikiater supaya Dydy cepet pulih. Kalau Dydy udah sehat lagi, Dydy bisa bantu Sehun kapanpun."
"Dydy sayang banget sama Sehun, rasanya perasaan Dydy luka ngelihat Sehun kayak sekarang."
"Mami pun sama, semoga Sehun bisa berjuang."

Di tempat lain di rumah sakit, Baekhyun membantu Seulgi makan dengan menyuapinya, Soojung duduk di sofa bersama Ji-Sung memotong buah Mangga, Sunmi merapihkan pakaian milik Seulgi sementara suaminya pergi bekerja.

"Kaka mau ambil obat dulu, kalian sekakian mau nitip sesuatu gak?" Ucap Sunmi,

"Aku Ka, titip susu pisang," Balas Soojung.

"Aku enggak Ka," Ucap Baekhyun dan Seulgi kemudian, sedangkan Ji-Sung tak menjawab, ia sibuk merapihkan potongan buah Mangga.

Sunmi pun pergi meninggalkan ruangan.

Waktu berlalu, siang kini menyapa.

Ruang rawat Seulgi terlihat lebih sepi, tanpa kehadiran Ji-Sung yang sedang pulang ke rumah untuk mengerjakan beberapa tugas sekolah ditemani Soojung dan Sunmi yang pergi ke kampus untuk mendapat tanda tangan dosen pembimbing tesisnya, tersisa Baekhyun yang baru kembali membeli air mineral serta cemilan dari mini market.

Klik

Pintu kamar kembali tertutup, Baekhyun berjalan menghampiri Seulgi setelah menaruh kresek belanjaan di sofa.

"Di luar panas banget. Bener kata orang ya, daerah deket pantai cuacanya bikin gerah." Ucap Baekhyun, berusaha mencairkan suasana saat mendapati Seulgi baru terbangun dari tidur siangnya.

"Hyun..."
"Yah Gi? Lo butuh sesuatu? Laper? Mau duduk? Atau mau ke kamar mandi?"

Seulgi terdiam sejenak, menatap Baekhyun.

"Mami sama Papi, kapan pulang?"

Deug

Botol air mineral Baekhyun terjatuh, ia begitu terkejut hingga bulu romanya seperti terasa berdiri dengan kaku.

NOTED

😶😶😶😶😶

to be continued ...

FLAVAWhere stories live. Discover now