62. Mengalun Nada

460 97 10
                                    

ketulusan yang tertuang di dalamnya

Sehun menatap layar laptop di kamar, ia masih memegang gitar seraya berfokus pada aktivitasnya siang ini.

Selepas pulang kuliah Sehun segera menuju rumah, ia mendadak menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan yang bisa dilakukan.

"Lagi ngapain Lo?"
"Kai?"

Begitu memasuki kamar Sehun, Kai merebahkan diri di atas kasur.

"Lo kenapa gak kuliah tadi?" Tanya Sehun, memperhatikan sahabatnya yang masih menghela nafas panjang.

"Ketiduran."
"Sue."
"Tapi gue tetep keluar rumah biar dikira ortu kuliah, jadi gue ke sini deh. Ada tugas gak? Gue denger dosen killer masuk ya?"
"Tamat riwayat Lo."
"Ya Tuhan, mau lulus ada aja ganjalannya."
"Banyakin beramal, kurangin begadang."
"Lo bener, ngomong-ngomong Lo lagi ngapain sih? Bikin lagu baru?"
"Ya bisa jadi, tapi gue masih ngearansemen lagu yang lama, belum selesai."
"Udah deh Lo keluar kuliah aja jadi penyanyi, duitnya gede loh, apa tidak tertarik?"
"Enggak, gue masih lebih cinta teknologi jadi gue bakal tetep di informatika."
"Anjir belagu banget, padahal lebih sering metik gitar dari pada ngerjain soal kalkulus."
"Itu beda cerita."

Tok
Tok

Saena terlihat di ambang pintu dengan nampan berisikan camilan, ia menatap Kakanya juga Kai bergantian.

"Eh Saena, udah pulang sekolah?"
"Udah Ka Kai, nih ada cemilan. Habisin ya, kalau engga suruh dibawa pulang."
"Aku habisin di sini aja."
"Oke,"
"Tumben kamu ngetuk pintu," Ucap Sehun menimpali percakapan Kai juga Saena.

"Soalnya ada Ka Kai, jadi harus sopan."
"Sama Kaka?"
"Gak perlu,"
"Eh?"
"Asalkan Chiki di dapur boleh buat aku, nanti aku bakal ketuk pintu kalau mau masuk ke kamar Kaka."
"Gak jadi, gak usah. Kaka udah biasa sama sifat nyebelinnya kamu. Kaka udah tahan banting."
"Bilang aja pelit, susah amat."
"Iyah itu juga."
"Dih, nih Ka Kai, aku taruh di meja ya."
"O oh, iya simpen aja di situ."
"Habisin ya Ka Kai,"
"Siap, Saena."

Saena berlalu dan Kai mulai menyantap camilan yang disuguhkan. Namun, tiba-tiba suara gemuruh terdengar, seseorang berlari menuju kamar Sehun.

"Om!"

Ji-Sung masih terengah, ia menatap Sehun dengan sangat serius.

"Kenapa?" Jawab Sehun ikut panik karenanya.

"Ateu Om!"
"Seulgi kenapa?"
"Ateu..."

Sehun beranjak dari tempat duduk, menyimpan gitar asal, lalu menghampiri Ji-Sung.

"Ngomong jangan setengah-setengah, seulgi kenapa?"
"Mau video call sama ateu gak?"
"Eh?"
"Nih,"

Handphone Ji-Sung ia sodor pada Sehun, di dalam layar sudah ada Seulgi yang sedang duduk seraya tersenyum.

"Se, Seulgi?"
"Hai Sehun?"

"Astaga! Ingatan Seulgi udah balik?" Ucap Kai, ia segera bangun dari kasur lalu melihat Seulgi di dalam layar lcd. "Sumpah? Sumpah? Sumpah? seulgi sembuh?"

Ji-Sung terdiam, sementara Sehun hanya menatap Seulgi tanpa bergeming, ia kehilangan kata untuk berbicara. 

"Ya Tuhan Seulgi, gue gak nyangka." Ucap Kai kembali, menutup mulutnya dengan tangan seolah berhasil mendapat kejutan tak terkira. "Ji-Sung, sejak kapan?"

"Eh?"

to be continued ...

FLAVAWhere stories live. Discover now