67. Lorong Labirin

488 90 11
                                    

hasil tak pernah berkhianat pada usaha

Sabtu pagi di Jogjakarta, Seulgi mempersiapkan kebutuhan demo seperti biasa. Sementara di dapur, Sunmi dibantu Baekhyun memasak hidangan istimewa untuk menyambut Ji-Sung juga suaminya.

Dari lantai dua suara podcast terdengar, ada beberapa lagu ikut diputar.

Setelah menjalani terapi dengan Bude, Seulgi melakukan sesi terapi lanjutan dengan seni dan musik, itulah mengapa Sunmi selalu memutar acara podcast selain untuk mengisi suasana rumah yang sepi tanpa kehadiran Ji-Sung juga lainnya.

Foto Sehun masih tersimpan rapih di atas nakas, detik kemudian Seulgi mengambilnya dan kembali dengan ekspresi bingung berusaha mengenali siapa lelaki yang sedang ia lihat. Tak berselang lama, Sunmi tiba di kamar lalu menyapa sang adik untuk kesekian kali pada hari ini.

"Kaka lagi bikin Ratatouille,"
"Makanan Perancis?"
"Iyah Gi,"
"Mau dong Ka,"
"Satu jam lagi mungkin Ji-Sung sama suami Kaka datang. Nanti, kita makan di bawah ya bareng-bareng."
"Kok cepet banget Ka? Biasanya kalau dari Jepang suka lama."

Pagi tadi, Sunmi sempat memberi tahu Seulgi rencana kedatangan keponakan juga Iparnya. Namun, tak perlu heran jika apa yang Seulgi ingat hanyalah tempat tinggal Sunmi dulu adalah Jepang bukan Jakarta.

"Iya dong, mereka udah gak sabar pengen ketemu kamu."
"Aku juga gak sabar."
"Yaudah Kaka ke bawah dulu, mau lanjut masak sama Baekhyun."
"Iyah Ka, nanti kalau masaknya udah selesai Baekhyun suruh ke sini ya temenin aku beresin barang-barang buat demo."

Sunmi terdiam sejenak, meski setiap pagi siapapun orang yang Seulgi temui harus mengenalkan diri berulang, tapi itu tak pernah membuat Sunmi terbiasa karenanya.

"Iya, nanti Kaka minta Baekhyun ke sini."
"Makasih Ka. Oh! Ini foto siapa Ka?" Lanjut Seulgi tiba-tiba teringat foto dalam genggaman. "Kok ada di atas meja aku?"

"Namanya Sehun, tetangga kita."
"Um?"
"Kamu mau telpon dia?"
"Tentangga kita?"
"Coba deh kamu ngobrol sama dia, anaknya baik kok."
"Dia ganteng Ka,"
"Ganteng banget. Sebentar," Smartphone segera di keluarkan dari dalam saku Sunmi, ia melakukan video call dan tak lama kemudian wajah Sehun pun nampak. "Kalau udah selesai video callnya HP Kaka kamu simpan aja, nanti Kaka yang ambil."

"E, eh, Ka?"

Tanpa mempedulikan Seulgi yang kebingungan, di layar HP wajah Seulgi dan Sehun kini saling berhadapan.

"Halo," ucap Sehun.

"Ha, Hai."

Bagi Seulgi ini adalah kali pertama ia menghubungi seorang lelaki tampan melalui bantuan kakanya, ditambah terlalu banyak keanehan saat foto Sehun tiba-tiba saja berada di atas nakas.

"Lagi ngapain, Gi?"
"Eh?"

Namun, bagi Sehun ini adalah rutinitas harian hampir seminggu belakangan. Sehun hapal betul, setiap memasuki waktu siang akan ada panggilan masuk dari Seulgi, terkadang ia bahkan harus menukar jam kuliah agar tetap bisa mengobrol.

"Kok kamu tau nama aku?"
"Um, Ka Sunmi yang ngasih tau."
"Kamu kenal Ka Sunmi dari mana?"
"Rahasia."
"Eh?"
"Nanti ya aku ceritain."
"Eh??"
"Hari ini kamu gak mau bilang aku ganteng?"
"Eh???"
"Enggak ya? Tapi gak apa-apa kok. Kamu udah makan, Gi? Kemarin malam tidur gimana, nyenyak? Kepala kamu pusing gak? Atau kamu inget sesuatu gak? Tentang kuliah... mungkin?"
"Bawel."
"Ha?"
"Kamu ganteng, tapi kok banyak nanya?"
"Kamu gak suka ya?"

FLAVAWhere stories live. Discover now