70. Tanpa Pamrih

518 98 18
                                    

melakukannya sendiri

Masing-masing dari mereka mendapat satu dessert box dengan varian berbeda. Wendy misalnya, ia begitu tergila dengan rasa coklat pekat pada tiap suapan, sementara Baekhyun lebih menikmati keju parut dan bolu super lembut di mulut.

Sehun, Soojung, Kai dan Seulgi minus lelaki jangkung juga teman satu kampus, mendapat hadiah kudapan manis namun mengenyangkan dari Sunmi. Bisa dibilang ini perayaan kecil atau ucapan syukur karena Seulgi telah kembali sehat.

"Jadi, gimana ceritanya Lo bisa sadar?" Tanya Wendy, ia masih penasaran meski suapan kue mulai memenuhi mulut.

"Karena terapi. Pas bangun tidur dan mau sarapan, gue ke bawah buat ngambil makanan meskipun agak linglung karena tau itu bukan rumah Ka Sunmi. Terus, gue tanya kenapa gue ada di sana? but alasan Ka Sunmi gak make sense, gue bilang deh gue harus balik ke Jakarta prepare skripsi. Habis itu, Ka Sunmi nangis walaupun sempet kaget hampir satu menit."
"Jadi begitu bangun tidur, Lo sadar?"
"Ingatan gue sebelum ke Jogja, termasuk pas di rumah sakit emang balik lagi tapi enggak sama ingatan gue selama ngejalanin pengobatan. Terus, bude bantu ngejelasin keadaan sama gue, nanya banyak hal untuk mastiin perkembangan  ingetan gue sampai mana, ada rekaman cctv juga yang dilihatin tiap kali gue terapi dan keseharian di Jogja. Well, sejak saat itu gue baru sadar ternyata trauma gue kambuh,"
"Ya Tuhan, gak nyangka gue."
"Sama, gue juga."
"Apa ini karena ulah Sehun yang bawa Lo ke pemakaman? Atau gara-gara Gian?"

Setelah namanya disebut, Sehun menatap Seulgi lekat, ia tentu penasaran apakah akan terlibat menjadi tersangka dalam tragedi di hidup gadis itu?

"Bisa jadi. Tapi, Bude udah bilang kok, kalau ada apa-apa langsung ngabarin, biar gak kecolongan kayak kemarin."
"Sedia obat juga kan sekarang?"
"Obat selalu ada, cuman kadang gak gue bawa karena gue kira udah sembuh,"

Wendy mengangguk pelan, entah sejak kapan tepatnya gadis itu menerima Seulgi lebih dari sekedar teman biasa. Lambat laun Wendy mulai peduli, ia rasa mungkin Seulgi akan masuk ke dalam list sahabat yang dimilikinya.

"Hun, Lo ngapain bawa Seulgi ke pemakaman?" Tanya Baekhyun, ketika tak mengerti dengan salah satu kalimat yang Wendy lontarkan. "Ada apa emang?"

"Ziarah lah, ke keluarga." Jawab Kai.

"Oh iya? Kok bisa sampai bikin Seulgi trauma lagi?"
"Aduh Lo kepo banget, apa kita semua gak bisa bersyukur aja gitu? Yang penting kan Seulgi udah sehat lagi, kita bisa kumpul kayak sekarang."
"Iyah sih, gue cuman penasaran."

Sehun tentu tak ingin Naeri terkena imbas, ini semua adalah murni kesalahannya, tapi tersudut seperti sekarang memang bukan kondisi yang menyenangkan.

"Maaf ya, gara-gara gue." Ucap lelaki berkulit putih itu.

"Kita ambil hikmah aja, toh gue jadi bisa kumpul sama kalian semua, makan dessert box gratis pula."
"Ya gak gitu juga Gi."
"Gue udah cukup sedih harus kehilangan waktu bareng keluarga sama temen, gue pengen lebih menikmati hidup aja Hyun. Buat gue sekarang, apa yang gue punya hari ini adalah hal istimewa yang musti dijaga untuk besok hari. Semua yang harus terjadi bakal terjadi, itu namanya takdir dan Sehun cuman jadi salah satu orang yang ngejalanin takdir, simple right?"
"Ok. Gue berhenti ngedebat."
"Ngalah mulu ya kalau sama pacar," timpal Soojung, ia berhasil mengakhiri suasana canggung yang terjadi.

"Gue sayang banget sama Seulgi, mau gimana lagi?"
"Hoek."
"Serius Jung."
"Iya percaya."

Obrolan di antara para sekawan menjadi lebih ringan, meski tetap pembahasan tentang penyakit dan kondisi seulgi selalu menjadi hal menarik untuk dibahas.

FLAVAWhere stories live. Discover now