43. Bagian Keindahan

689 143 34
                                    

Diwujudkan kenyataan

Pagi buta. Saat ayam baru berkokok dan matahari belum nampak dari ufuk timur, Pak Hanso sudah bertamu, beberapa orang di rumah bahkan masih terlelap.

"Mang Aya naon?" (Mang ada apa?)
"Ceunah babaturan Baekhyun ti kota dararatang kadieu? Eta Aya naon?" (Katanya temen-temen Baekhyun dari kota datang ke sini? Itu ada apa?)
"Biasa Weh barudak mah liburan," (Biasa, anak-anak lagi liburan)
"Maneh teu ngomong nu henteu-henteu kan? Masalah Jennie Jeung si Baekhyun tong ngalibatkeun nu sejen. Amun henteu simkuring bere nyaho sakampung kalakuan si Baekhyun di kota." (Kamu gak ngomong yang enggak-enggak kan? Masalah Jennie sama Baekhyun jangan melibatkan yang lain. Kalau enggak, saya kasih tahu satu kamling kelakuan Baekhyun di Kota)

Wajah Abah pucat mendapat ancaman tak masuk akal dari Pak Hanso padahal beberapa menit lalu Abah hendak sholat subuh jika pintu tak diketuk nyaring tamu tak diundang.

"Punten Mang Hanso, ari sakira abdi seeur kakurangan mah nikahkeun weh Jennie jeng nu sejen. Da abi ge alim nikah Jeung Jennie." (Maaf Mang Hanso, kalau sekiranya saya banyak kekurangan, nikahkan saja Jennie dengan yang lain. Saya juga tidak mau menikah dengan Jennie)
"Eh ari Baekhyun sok teu sopan pisan kanu leuwih kolot teh." (Eh Baekhyun gak sopan sekali sama yang lebih tua)

Baru Baekhyun berusaha membalas lagi ucapan Pak Hanso, Abah menahanya.

"Pak maaf ini masih pagi banget, kalau mau bertamu boleh beberapa jam lagi, orang rumah banyak yang istirahat. Tolong pengertiannya." timpal Kai, ia datang begitu mendengar keributan. "Nanti kita bicarakan lagi kalau sudah agak siangan."

"Budak ayeuna emang teu boga sopan santun pisan, teu bisa ngahargaan kanu kolot." (Anak zaman sekarang emang gak punya sopan santun sekali, gak bisa ngehargain sama yang lebih tua)

Pak Hanso pergi, menyisakan Baekhyun, Kai dan Abah yang merasa kesal.

"Hyun inget kita punya rencana. Jangan sampai semua kacau dan usaha kita sia-sia."
"Sialan emang si Hanso. Nyusahin banget keluarga gue."
"Gue ngerti, tapi kita harus menang jadi Lo harus ngendaliin diri."
"Bener Aa, urang kudu menang, sing sabar sakeudap mah." (Bener Aa, kita harus menang, yang sabar sebentar)

Sekitar jam sembilan pagi, saat semua orang sudah berkumpul di ruang keluarga kecuali Seulgi. Kai bercerita ulang tentang hal tak mengenakan yang terjadi.

"Orang yang paling dipercaya selain pak Hanso di sini siapa Abah?" Tanya Soojung.

"Pak Jaein, Neng."
"Kalau orang yang paling berani di sini siapa Abah?"
"Pak Kangin, Neng."
"Kalau orang yang suka beda pendapat sama Pak Hanso siapa Abah?"
"Um, siapa ya... rata-rata mah pada takut."
"Gak ada sama sekali Abah?"
"Ohhh, ada... Pak Chenle Neng."
"Oke kalau gitu Abah, Wendy, Sehun sama Chanyeol bawa mereka semua ke rumah dan minta ikut ngobrol jadi saksi rencana pernikahan Baekhyun. Kai, Baekhyun, Ambu sama aku stay di sini sambil nunggu Pak Hanso. Biar Kai nanti yang buka obrolan sama Pak Hanso sambil nunggu Abah dan yang lainnya dateng. Habis itu kita lakuin sesuai rencana gimana?"
"Oh Iyah Neng, siap."
"Inget ya Abah mereka semua harus dateng, soalnya mereka penting banget buat giring opini warga nantinya."
"Siap Neng, Abah bakal pastiin mereka dateng ke sini."

Chanyeol, Wendy dan Sehun mengangguk setuju kemudian mengikuti Abah keluar dari rumah setelahnya.

Tersisa Baekhyun, Ambu, Kai, Soojung yang berharap cemas... semoga semua berjalan baik dan Baekhyun lepas dari jeratan tuduhan tak berdasar.

FLAVAWhere stories live. Discover now