06: The Wounding Wind

37.1K 4K 603
                                    

Aroma lavender menyengat indera penciumannya saat kesadarannya berhasil terkumpul.
Matanya menatap sekeliling yang sepi tak berpenghuni.

Syukurlah Tuhan masih membiarkannya hidup setelah disiksa tanpa ampun.
Untuk saat ini Ha-young hanya ingin bersyukur pada Tuhan.

Ha-young berusaha untuk bangun lalu menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang.
Tubuhnya benar-benar terasa begitu sakit. Tulangnya terasa remuk tak berbentuk begitu pula dengan hatinya.

Matanya kembali mengedar meneliti kondisi kamarnya yang tak berubah. Lalu bibirnya tersenyum miris kala melihat nampan berisi semangkuk bubur hangat yang menghuni meja di sampingnya.
Juga ada bekas air kompresan yang tergeletak tak terurus di bawah meja.

"Jung Jaehyun gila..." gumam Ha-young.

Ya, Jaehyun memang pantas dijuluki gila. Pasalnya setiap kali usai menyiksa Ha-young pria itu selalu merawat Ha-young. Pria itu selalu bertindak seolah bukan dia yang menyiksa Ha-young dan bukan dia yang membuat Ha-young hampir mati.

Ha-young meraih bubur yang ada di nakas lalu menyuapkannya ke dalam mulut. Sesekali ia meringis menahan perih di sekitar bibirnya. Setelah selesai memakan bubur Ha-young membereskan peralatan yang ada lalu berganti pakaian. Ia mengenakan sweater berwarna mocha dipadukan dengan celana berbahan katun dengan ukuran yang sedikit longgar.
Rambut panjangnya dibiarkan terurai untuk menutupi wajahnya yang penuh dengan bekas tamparan.

Setelah selesai bersiap-siap ia mengambil dompet dan ponsel lalu meninggalkan rumah.

Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 saat Ha-young tiba di halte bis dekat rumahnya.
Tujuannya saat ini adalah mengasingkan diri ke sungai Han. Ha-young ingin mencari udara segar dan menenangkan diri di sana. Di tempat yang selalu ia datangi seorang diri dalam keadaan seperti ini.
Ha-young tidak perduli jika nanti Jaehyun akan memarahinya karena pergi di malam hari. Ha-young juga tidak perduli jika nanti Jaehyun akan menyiksanya lagi karena melanggar peraturan.
Karena saat ini Ha-young sangat butuh udara segar. Ia tak akan sanggup tinggal lebih lama di dalam rumah dengan keadaan memprihatinkan seperti ini.

Lima menit kemudian bis datang dan Ha-young bergegas naik. Ia memilih bangku paling belakang, bangku yang menurutnya bisa membuatnya merasa leluasa.

Sepanjang perjalanan Ha-young terus menatap jalanan. Kerlap-kerlip lampu di pertokoan dan pusat perbelanjaan juga kerumunan orang-orang di penyeberangan adalah pemandangan yang mampu membuat pikiran Ha-young sedikit teralihkan.

Tak lama kemudian bis berhenti di halte dekat sungai Han dan Ha-young langsung turun. Dengan langkah yang agak tertatih ia berjalan masuk ke area taman di tepi sungai Han.
Suasana malam hari di sungai Han selalu tampak menyenangkan dengan orang-orang yang datang bersama teman, keluarga dan bahkan pacar.

Ha-young duduk di salah satu bangku sambil melihat orang-orang yang ada di sana.
Ia menghela nafas lalu memejamkan mata menikmati angin yang menerpa wajah lelahnya.

"Melarikan diri selalu terasa menyenangkan." gumam Ha-young.

Ha-young membuka matanya saat merasakan ada seseorang yang duduk di sampingnya. Orang itu berjenis kelamin pria, dengan tinggi kira-kira 180 cm, rambut hitam dan wajah tertutup masker hitam. Orang itu menatap Ha-young yang juga menatapnya.

"Noona!"

🍁🍁🍁

"Jaehyun, kau marah?"

Sudah tahu tapi masih bertanya. Bukankah sangat bodoh? Benar. Jaehyun marah ia kalap begitu datang ke apartemen Nancy dan mendengar langsung pengakuan Nancy mengenai amplop-amplop yang diterima istrinya. Tapi, alih-alih meluapkan amarahnya Jaehyun malah diam. Jika Ha-young melihat ini ia pasti akan merasa sangat tidak adil.

Bad HusbandOnde histórias criam vida. Descubra agora