63: Early

16.1K 1.9K 19
                                    


"Bagaimana keadaannya, dok?"

"Seperti yang Anda lihat, saat ini kondisi mentalnya sangat rentan. Saya harap orang-orang terdekatnya tidak membiarkannya sendirian karena saya khawatir dia akan melakukan hal berbahaya. Untuk saat ini saya sudah memberikan obat penenang selanjutnya nanti kalau dia sudah bangun tolong pastikan agar dia makan dan meminum obat untuk meredakan demamnya."

"Baik, dok. Terimakasih."

Dokter itu mengangguk sopan lalu keluar dari apartemen sang aktor populer.
Kini hanya tinggal Ki-tae dan Ha-young yang tengah berdiri dan menatap nanar raga So-hwan yang terbaring lemah di atas tempat tidur.

"Maafkan saya, presdir Song! Saya tidak punya pilihan selain melibatkan Anda."

Entah sudah berapa kali Ki-tae meminta maaf pada Ha-young. Yang jelas sampai sekarang rasa bersalah Ki-tae tak juga luntur. Sebelumnya dia sendiri yang sangat menentang So-hwan untuk dekat dengan Ha-young tapi sekarang dia juga yang meminta Ha-young untuk datang.

"Tidak apa-apa, manajer Lee. Justru aku berterimakasih karena kau telah menghubungiku. Seperti yang kau tahu bahwa aku sudah menganggap So-hwan seperti adikku sendiri."

"Saya tahu, presdir. Tapi ... So-hwan ..."

"Dia punya perasaan untukku. Aku tahu. Tapi, aku juga yakin bahwa dia akan menghargai pilihanku."

Benar, kan? Pasti So-hwan tidak akan melakukan hal yang buruk, kan? Ya, tentu saja. Kalau Ha-young saja percaya kenapa dia tidak? Harusnya Ki-tae juga percaya pada So-hwan dan berhenti memperlakukan So-hwan layaknya tawanan.

Ki-tae pun keluar dari kamar So-hwan setelah berpamitan. Kini hanya tinggal Ha-young yang ada di sana.
Wanita itu duduk di tepi ranjang dan mengelus pelan rambut So-hwan yang menutupi dahi putihnya. Senyum mirisnya pun terbit tatkala tangannya merasakan lengket dari keringat yang ada di rambut So-hwan.

"Cepatlah sembuh, Hwan."

Ha-young berdiri lalu beralih duduk di lantai. Ia bersandar di ranjang So-hwan sembari memeluk lututnya. Kecamuk di hatinya semakin terasa nyata begitu mendengar kabar bahwa So-hwan mengamuk. Ha-young lelah. Ha-young sangat lelah dengan permainan takdir ini. Ha-young lelah dengan ujian yang Tuhan berikan padanya dan pada orang-orang terdekatnya.
Ha-young tahu betul bagaimana perasaan So-hwan saat ini. Karena dulu Ha-young juga seperti ini.

Hatinya semakin sakit saat mengingat pertemuannya dengan detektif Ji. Sekarang bagaimana ia akan bergerak? Bagaimana ia akan menjalankan rencananya?
Pikiran Ha-young mulai terbagi dan sulit untuk membuatnya fokus.

Ha-young meraih ponselnya lalu menghubungi detektif Ji.

"Halo?"

"..."

"Pertemukan saya dengan kepala polisi!"

"..."

"Akan saya siapkan!"

Tepat saat sambungan telepon berakhir mata Ha-young langsung menangkap kehadiran Jaehyun di ambang pintu kamar So-hwan.

"Jaehyun?"

Lelaki itu berdiri mematung sembari menatapnya dengan sorot yang sulit diartikan.

"Lee Ki-tae yang menghubungiku."

Jaehyun berjalan menghampiri Ha-young lalu duduk di samping Ha-young.

"Kenapa tidak mengabariku kalau kau di sini?"

"Ini terlalu tiba-tiba, Jae. Tadi aku sudah hampir sampai rumah lalu manajer Lee menghubungiku dan memberitahuku tentang kondisi So-hwan."

"Dia sering seperti ini?"

Bad HusbandWhere stories live. Discover now