19: Unclear Feelings

30.3K 3.6K 48
                                    

"Apa kau mencintai pria itu?"

"Jae..."

"Apa kau mencintainya?"

"Apa itu penting untukmu?"

"Ya."

"Argh!"

Jaehyun mengusap kasar wajahnya lalu melayangkan tinjunya di udara sambil terus menggeram.

Ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Ia tidak mengerti dengan tingkah lakunya yang dengan gamblang menanyakan perasaan Ha-young pada pria misterius itu.

"Kau memang sudah gila, Jung Jaehyun." ucapnya bermonolog.

Apa masalahnya? Apa urusannya? Tidak penting dengan siapa Ha-young berhubungan. Kenapa ia malah jadi sangat ingin tahu? Ah, apa karena selama ini Ha-young tak pernah terlihat dekat dengan seorang pria? Jika benar begitu maka, Jaehyun hanya perlu terbiasa dan menerimanya, kan? Tapi lagi-lagi hatinya menolak untuk melakukan itu.
Lihatlah? Bahkan sekarang ia punya waktu untuk mendengarkan kata hatinya.

Jaehyun mendesah lalu mendudukkan diri di tepi tempat tidur. Ia kembali mengusap kasar wajahnya mencoba menghilangkan bayang-bayang Ha-young.

"Y-ya...aku mencintainya."

Tapi tidak semudah itu. Jawaban Ha-young terus terngiang di telinga Jaehyun. Seperti radio rusak yang tak bisa berganti saluran. Menyebalkan sekali.

Sekarang apa yang harus Jaehyun lakukan? Bersikap biasa saja setelah berhasil menginterogasi istrinya? Atau berpura-pura seperti semua tidak pernah terjadi? Entahlah. Yang jelas sekarang Jaehyun benar-benar tidak yakin bisa menghadapi Ha-young.

🍁🍁🍁

Empat hari berlalu dan kondisi Ha-young sudah lebih baik. Ia sudah mulai pulih, luka-luka di tubuhnya pun mulai mengering. Namun tetap saja ia harus hati-hati.

Hari ini Ha-young akan kembali ke kantor. Bertemu dengan sekretaris kesayangannya juga ruang kerja yang telah ia abaikan selama empat hari ini.

Kini Ha-young tengah mematut atensi di depan cermin untuk meneliti penampilannya.
Ia mengenakan kemeja putih dibalut blazer abu-abu dengan celana senada serta rambut yang dibiarkan terurai. Bicara soal rambut, hari ini Ha-young berencana untuk memotong pendek rambutnya. Ia merasa perlu melakukan itu untuk membuat penampilan dan auranya terlihat lebih fresh.

Ha-young merapikan lipstiknya lalu kembali bercermin, "Selesai."

Ia keluar dari kamar dan sempat bertemu pandang dengan Jaehyun yang juga tengah bersiap berangkat ke kantor. Ah, mengenai Jaehyun, setelah pembicaraan hari itu Jaehyun tak lagi menyinggung apa-apa, Jaehyun juga tidak menyiksa Ha-young. Bahkan untuk menatap Ha-young pun pria itu terlihat enggan melakukannya.
Sepertinya Jung Jaehyun sudah kembali seperti semula. Dingin dan tidak pernah menganggapnya ada. Begitulah pikir Ha-young.

Ha-young melanjutkan langkahnya untuk keluar dari rumah dan mengabaikan Jaehyun. Namun, belum sempat tangannya menggapai gagang pintu Jaehyun sudah lebih dulu melakukannya.
Pria itu melirik Ha-young sekilas lalu keluar dari rumah mendahului Ha-young tanpa berkomentar apa-apa.

"Dasar sinting." gumam Ha-young.

Akhirnya gadis itu benar-benar berangkat ke kantor meski dengan suasana hati yang agak dongkol berkat kelakuan Jung Jaehyun.

Sesampainya di kantor Ha-young langsung di sambut oleh pelukan hangat sekretarisnya.
Gadis bermarga Kang itu tampak begitu merindukan Ha-young yang selama empat hari tidak masuk kerja.

"Sunbae, kau yakin sudah benar-benar sehat?" tanya In-ha seusai melepas pelukannya di tubuh kurus Ha-young.

"Emm. Kau tidak lihat? Aku bahkan sudah bisa memaki Kim Jo-ha lagi." jawab Ha-young dengan nada bercanda.

"Syukurlah. Ngomong-ngomong sunbae sakit apa?"

Ha-young mendadak diam tak bisa menjawab pertanyaan In-ha. Selama ini Ha-young memang sering tidak masuk kerja dengan alasan sakit. Tapi Ha-young tak pernah memberitahu In-ha mengenai sakit yang di deritanya. Tidak mungkin bagi Ha-young memberitahu In-ha bahwa ia tidak masuk kerja karena sering disiksa Jaehyun. Bisa gawat urusannya, mengingat In-ha itu tipe gadis yang mudah marah dan suka gegabah. Jika In-ha tahu mengenai perbuatan Jaehyun pasti gadis itu tak akan tinggal diam. Ha-young yakin itu.

"Sunbae?"

"Ya? Ah, aku...aku hanya demam biasa."

"Ah, begitu. Baiklah. Oh, iya! Soal So-hwan..."

Sepertinya sekarang nama So-hwan sangat penting bagi Ha-young. Sebab hanya dengan mendengar nama So-hwan disebut saja raut wajahnya sudah berubah.

"Kenapa dengannya?" tanya Ha-young dengan was-was.

"Beberapa hari yang lalu dia menghubungiku dan meminta alamat rumah sunbae. Tapi sunbae tenang saja karena aku tidak memberitahunya."

"Syukurlah. Kau melakukan hal yang benar In-ha. Terimakasih."

In-ha mengangguk lalu keluar dari ruang kerja Ha-young.

Ha-young tetap berterimakasih pada In-ha karena telah merahasiakan alamat rumahnya dari So-hwan, meski sekarang So-hwan sudah tahu alamat rumahnya. Tentu saja mengingat bagaimana tempo hari kue-kue itu datang ke rumah. So-hwan pasti berusaha keras untuk mendapatkan alamat rumahnya.

Drrtt Drttt Drrrt

0217xxxx

Dahi Ha-young mengerut kala menatap layar ponsel yang menampilkan panggilan dari nomor yang tidak ia kenal.

"Halo?"

"Halo! Dengan nyonya Jung?"

"Y-ya?"

Nyonya Jung? Panggilan itu sontak saja membuat Ha-young merasa aneh.

"Benar, kan? Ini dengan nyonya Jung?"

"Ah, iya benar. Anda siapa?"

"Saya..."















🍁To Be Continue 🍁


Jangan lupa vote dan komennya buat tuan dan nyonya Jung.
Hehehe😂

Btw, kalo semisal aku pasang target gimana? Kalo votenya belum sampe 50 aku nggak akan update. Dikit kok. Cuma 50 kok. Kalo lebih dari 50 malah bagus aku bisa tambah gercep nulis dan updatenya.
Jadi, buruan vote sampe 50 ya biar aku bisa update.
Hehehe

Bad HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang