42: Late Confession

27.1K 3.6K 622
                                    

Jaehyun mencintai Nancy. Tapi, Jaehyun juga tidak ingin kehilangan Ha-young, wanita yang bahkan sejak awal tak pernah Jaehyun inginkan kehadirannya, wanita yang bagi Jaehyun hanyalah alat untuk melampiaskan kemarahannya.

Bersama Nancy adalah keinginan terbesar Jaehyun. Dan membahagiakan Nancy pun sudah ada dalam skenario hidupnya. Tapi, bagaimana dengan melepaskan Song Ha-young? Tidak. Jaehyun tidak pernah punya keinginan untuk melakukan itu. Dari dulu ia tak pernah membayangkan akan hidup terpisah dengan wanita yang sering ia siksa itu.
Kenapa bisa begitu? Mungkin karena Ha-young memiliki latar belakang keluarga yang sama persis dengannya. Ha-young seperti cerminan dirinya yang rapuh namun tetap berusaha kuat, yang dingin dan tak berperasaan, dan yang melupakan rasa sakit melalui pekerjaan. Ha-young adalah dirinya karena itulah Jaehyun tak bisa melepaskannya.

Tanpa sadar seiring berjalannya waktu Jaehyun mulai bergantung pada Ha-young. Semula ia bergantung pada Ha-young karena Ha-young selalu membiarkannya berbuat apapun termasuk melukai fisik Ha-young. Kegiatan itu sedikit banyak telah membuat Jaehyun lebih mampu mengendalikan diri di depan umum dengan anggapan bahwa sudah ada Song Ha-young yang akan dengan sukarela menampung amarahnya.

Dan beberapa bulan ini Jaehyun pun semakin bergantung pada Song Ha-young, pada perhatian-perhatian kecil yang Ha-young berikan, pada tatapan Ha-young yang tak lagi menguarkan kebencian melainkan kehangatan.
Jaehyun tidak bisa hidup tanpa Ha-young itulah kenyataan yang tak dapat Jaehyun akui karena otaknya terus mendoktrin hatinya bahwa yang ia butuhkan adalah Nancy.
Jaehyun terlalu terpaku pada opini itu dan mengabaikan suara hatinya yang selalu meledakkan amarah dalam diam ketika melihat Ha-young bertemu pria lain, berpelukan, bergandengan dan tertawa bersama pria lain.

"Kau bodoh, Jung Jaehyun."

Itulah penghakiman yang mampu Jaehyun berikan pada dirinya sendiri.

Ia bodoh karena terus berkelit dan tak mau mengakui perasaannya sendiri. Ia bodoh karena terus berpikir bahwa yang selama ini ia rasakan bukanlah sebuah kecemburuan. Terus berdalih dan berpikir bahwa ia tak suka dengan orang yang tak bisa memegang ucapannya sendiri. Padahal nyatanya ia benci akan kenyataan bahwa wanita yang berstatus sebagai istri sahnya itu mampu bahagia bersama pria lain.

"Kau bisa membedakan antara rasa cinta dan rasa bersalah, kan?"

Setidaknya Jaehyun harus berterimakasih pada mantan psikiaternya yang telah melontarkan pertanyaan itu.
Pertanyaan yang akhirnya membuat pikirannya terbuka dan seluruh kesadarannya terkumpul. Pertanyaan yang mampu membuat seorang Jung Jaehyun memiliki keyakinan untuk melepaskan salah satu dari dua orang yang ada dalam hidupnya.

Jaehyun harus melepaskan salah satu dan memperjuangkan pilihannya terlepas dari apapun resiko yang menunggunya.

"Aku...tidak akan membiarkanmu tertawa di depan pria itu lagi, Song Ha-young."

Mulutnya bermonolog menyuarakan isi hatinya. Sedangkan matanya menatap lurus pada pintu berbahan kayu yang menjadi penghubung antara lorong dan kamar sang istri.

Setelah renungan panjang yang ia lakukan sekaranglah saatnya ia memutuskan untuk menyudahi kebodohannya dan menjaga apa yang telah menjadi miliknya, menjadikannya prioritas dalam hidupnya. Sekarang giliran Jaehyun yang memohon pada Ha-young agar wanita itu mau tinggal dan tetap bersamanya. Sekarang giliran Jaehyun yang harus meyakinkan Ha-young dan mengucapkan janji itu. Janji untuk tidak akan pernah meninggalkan Song Ha-young.

"Aku tidak akan meninggalkanmu, tidak akan pernah. Tapi...apa kau bisa berjanji untuk melakukan hal yang sama? Bagaimanapun juga merasa kehilangan itu menyakitkan."

"Aku janji. Aku tidak akan meninggalkanmu." gumam Jaehyun kemudian mengetuk pintu kamar Ha-young.

Tok Tok Tok

Bad HusbandWhere stories live. Discover now