11: Wound Antidote

31.4K 3.8K 411
                                    

"Aku tidak salah dengar, kan?"

"Tidak-tidak! Bagaimana pun juga dia benar-benar aneh."

Untuk pertama kalinya Jaehyun mengalami yang namanya susah tidur hanya karena memikirkan pertanyaan yang dilontarkan oleh istrinya.

Entah sudah berapa lama Jaehyun memikirkan pertanyaan itu. Otaknya berusaha memproses dan menganalisa dari berbagai sisi. Tapi tetap saja batinnya menolak untuk memahami arti dari pertanyaan itu.
Selama bertahun-tahun berkecimpung dalam dunia bisnis Jaehyun tak pernah mengalami kesulitan atau terjebak krisis ilmu pengetahuan. Tapi kenapa hanya untuk memahami pertanyaan seperti itu saja Jaehyun harus sampai mengorbankan waktu tidurnya?

"Berkencan dengan pria lain? Yang benar saja." gumam Jaehyun.

Jaehyun bangun dan melihat jam di nakas. Sudah pukul 03.00 dan matanya masih betah terjaga. Ini benar-benar bukan hal yang baik. Mengingat esok hari Jaehyun harus bangun pagi dan pergi kerja. Akan sangat memalukan jika ia tertidur di jam kerja.

"Ah, menyebalkan! Kau perlu tidur. Kau harus tidur Jung Jaehyun!" ucap Jaehyun sambil mengacak rambutnya hingga tampak berantakan bagai sarang burung.

Pria itu kembali merebahkan diri dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut berharap dapat membantunya memejamkan mata. Tapi, upaya itu tak bertahan lama. Belum genap 10 menit Jaehyun kembali terbangun dan membuang selimutnya ke lantai.

"Masa bodoh kau berkencan dengan siapa. Bukan urusanku!"

🍁🍁🍁

"Pagi!" sapa Jaehyun

"Ha? Kau bicara denganku?" tanya Ha-young sambil menunjuk dirinya sendiri.

Jaehyun mengangguk mengiyakan pertanyaan Ha-young tanpa menatap Ha-young yang berdiri di depan kulkas.

"Kenapa tidak kau jawab?" lanjut Jaehyun.

"Apanya?" ucap Ha-young balas bertanya.

"Sapaanku."

Lagi-lagi gadis itu hanya diam tak berniat menjawab sapaan Jaehyun yang baginya hanya terdengar seperti keluhan orang yang dilanda bosan. Selain itu sejak kapan seorang Jung Jaehyun punya kebiasaan mulia menyapanya setiap pagi? Bukankah biasanya untuk sekedar melihat saja tak sudi? Lantas kenapa sekarang Jaehyun berlagak menyadari kehadirannya? Lucu sekali.
Daripada menanggapi ketidakjelasan Jaehyun, Ha-young lebih memilih mengisi perutnya dengan segelas susu dingin yang ia ambil dari kulkas.

"Tunggu! Sepertinya ada yang aneh?"

Memang ada yang aneh. Jelas sekali hanya saja Ha-young baru sadar akan keanehan itu.

Ha-young meletakkan segelas susu yang semula sudah akan ia teguk. Atensinya terpatri pada Jung Jaehyun yang duduk santai menghadap pantry, mengenakan pakaian santai, dengan wajah kusam dan rambut berantakan. Benarkah orang itu Jung Jaehyun?

Tidak biasanya Jaehyun seperti ini. Seharusnya di waktu sepagi ini Jaehyun sudah sibuk bersiap untuk pergi ke kantor. Tapi, kenapa pagi ini pria itu malah memamerkan penampilan anehnya pada Ha-young? Apa Jung Jaehyun sudah tidak waras? Atau jiwanya tertukar dengan jiwa orang lain?

"Jaehyun...kau sakit?" tanya Ha-young dengan hati-hati.

Pria itu menoleh lalu menyunggingkan senyumnya pada Ha-young. Diraihnya ponsel yang tergeletak di meja. Setelahnya ia memperlihatkan deretan pesan singkat dari seseorang yang akhirnya mampu menjawab segala pertanyaan Ha-young.

"Ah, begitu." gumam Ha-young.

Ha-young melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda. Sementara hatinya sudah menyuarakan sumpah serapah dan makian pada Jung Jaehyun yang sedang pamer akan hubungannya dengan Nancy. Dasar laki-laki sialan! Begitulah pikir Ha-young.

Jaehyun tidak pergi ke kantor dan malah memamerkan penampilan horornya pada Ha-young karena pria itu akan ke Busan bersama Nancy. Mengetahui fakta itu hati Ha-young kembali diliputi awan hitam. Dan mau tak mau ia harus  kembali memulai hari dengan suasana hati yang uring-uringan.

Sebenarnya Ha-young tidak perduli apapun yang Jaehyun lakukan atau dengan siapapun Jaehyun pergi. Hanya saja Ha-young benci ketika Jaehyun bertingkah seperti tidak tahu apa-apa padahal ia sengaja pamer pada Ha-young. Tindakan itu membuat Ha-young merasa tak dihargai. Kebiasaan Jaehyun yang kini secara terang-terangan memamerkan hubungannya dengan Nancy telah membuat Ha-young merasa semakin kesepian dan merasa semakin tak berarti.

"Kalau begitu aku berangkat." pamit Ha-young.

"Oh, iya...malam ini aku akan pulang terlambat lagi. Ada acara yang harus kuhadiri bersama In-ha." lanjutnya.

Dan seharusnya Ha-young tak perlu mengatakan itu. Tidak ada gunanya berpamitan atau meminta izin pada Jaehyun yang tidak perduli pada dirinya.

"Ha-young!" panggil Jaehyun.

"Ada apa?" tanya Ha-young.

"Kau bisa berkencan dengan pria yang kau cintai. Tidak ada aturan untuk itu." jelas Jaehyun.


🍁🍁🍁

Setelah hari-hari melelahkan dan siksaan demi siksaan yang Ha-young alami ia masih tak mengerti kenapa Tuhan masih juga memberinya cobaan.
Nasibnya sudah benar-benar buruk dengan terlahir di keluarga kaya, menjadi alat bisnis orang tua dan bahkan terjebak dengan laki-laki yang hobi menyiksanya. Tapi semua itu seakan belum cukup. Ha-young masih harus dihadapkan dengan Jung Jaehyun yang pandai mengobrak-abrik hatinya.

Ha-young pernah berharap bahwa setidaknya Jaehyun akan memiliki rasa kasihan padanya. Jaehyun mau melihat kemalangan yang menimpanya. Tapi ternyata harapan itu hanya sebuah angan-angan belaka. Jung Jaehyun tetaplah laki-laki kejam yang hanya menganggapnya sebagai barang yang dijual oleh pemiliknya.

Satu-satunya hal yang bisa membuat Ha-young merasa sanggup menjalani hidup adalah karirnya, pekerjaannya.
Hanya itu satu-satunya tempat bagi Ha-young untuk melarikan diri dari kejamnya kenyataan. Dan hanya itu satu-satunya hal yang menjadi alasan ia tak pernah memutuskan untuk mati meski tak ada seorang pun yang mau menghargai kehadirannya.

Kini Ha-young bersyukur karena pekerjaan yang selalu ia jadikan alasan untuk bertahan itu telah mampu mempertemukannya dengan sang penawar luka.

Kini beban hidupnya terasa sedikit terangkat. Rasa putus asa dan keinginan untuk mati itu sedikit berkurang berkat sang penawar luka yang datang dengan tangan terbuka dan bahu yang selalu siap menjadi tempatnya bersandar.

"Noona,...kau benar-benar terlihat keren."

Tidak. Itu tidak benar. Ha-young tak akan menyombongkan diri di depan anak itu. Karena memang tak ada yang bisa ia sombongkan. Ha-young hanya akan menjadi dirinya sendiri setidaknya di depan anak itu, di depan Nam So-hwan dan di depan pria yang selalu menjadi penawar lukanya.

"Aku senang kau mau berkunjung." ucap Ha-young dengan tulus.

"Aku lebih senang lagi karena noona mau menerima kunjunganku." jawab So-hwan.

10 menit yang lalu So-hwan datang ke kantor Ha-young seorang diri. Tanpa di dampingi pengawal atau manajer seperti biasanya.
So-hwan datang dan menemui Ha-young dengan sekotak strawberry cake kesukaan Ha-young. Dan tentu saja hal itu mampu membuat mood buruk Ha-young berangsur membaik.

"Ngomong-ngomong terimakasih untuk kuenya."

"Aku tidak memberikannya secara gratis."

"Maksudmu?"

"Ini. Noona harus membayarnya dengan ini."

"Nam So-hwan!"
















🍁To Be Continue 🍁

Jangan lupa vote dan komennya, ya!
😊😊😊

Bad HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang