61: Obituary

16.3K 1.9K 10
                                    


Setelah kemarin sempat menganut sistem kerja dari rumah akhirnya hari ini Ha-young bisa bernafas lega karena tak perlu melakukannya lagi.

Jung Jaehyun sudah normal kembali. Jung Jaehyun sudah tak tampak aneh lagi. Kini pria itu tengah menikmati sarapannya bersama Ha-young. Dan tentu saja tanpa disertai protes tentang aroma nasi yang aneh.

"Nanti makan siang bersama, ya!"

Ha-young mengangguk setuju sambil memakan roti lapis cokelatnya.
Sementara Jaehyun memakan nasi dan sup kimchi buatan Ha-young.

"Kemarin aku sangat aneh, ya?"

"Emm. Sangat! Aku bahkan sampai berinisiatif memanggil Chahyun untuk memeriksa kondisimu."

Jaehyun terkekeh pelan begitu mendengar Ha-young menyebut nama Chahyun mantan psikiaternya.

"Aku baik-baik saja. Aku sangat waras, Ha-young!"

"Baiklah! Aku percaya."

"Eh..."

Tiba-tiba Ha-young menghentikan acara makannya.
Wanita itu menatap Jaehyun dengan sorot mata yang seolah menyiratkan rasa bersalah.

"Sepertinya kita tidak bisa makan siang bersama, Jae. Aku lupa kalau nanti siang ada pertemuan dengan klien."

"Ah, begitu. Kukira ada apa?! Ya sudah kalau tidak bisa tidak perlu dipaksakan. Aku mengerti kok."

Syukurlah Jaehyun mau memahami kondisinya. Ya, meskipun ia berbohong.

Tak berselang lama mereka pun selesai sarapan. Ha-young mencuci piring dan peralatan makan lainnya sementara Jaehyun mulai memakai tuksedonya dan bersiap berangkat ke kantor.

Pria itu sudah berdiri dan bersandar di pintu dapur seraya memperhatikan gerak-gerik istrinya yang sibuk mencuci peralatan makan.

"Ha-young!"

Wanita itu berbalik diiringi senyum tipis.

"Ada apa?"

"Aku beruntung memilikimu."

"Tiba-tiba?"

Jaehyun mengendikkan bahunya tak mau ambil pusing dengan tanggapan Ha-young.

Ha-young pun selesai dengan acara cuci piringnya. Wanita itu melepas celemek yang menempel di badannya lalu meraih tas mahalnya dan memeriksa barang bawaannya.

"Sudah lengkap?"

"Ah, kunci mobilku ketinggalan di meja. Sebentar, ya!"

Ha-young pun berlari menaiki tangga sambil menenteng tasnya. Ia masuk ke dalam kamar lalu menyambar kunci mobilnya yang tergeletak di atas meja kerja.
Saat kakinya sudah hampir menapaki ambang pintu tiba-tiba saja ponselnya berdering.

"Halo?"

"Noona..."

"Hwan? Ada apa?"

"Ibu..."

Tanpa sadar Ha-young menggigit bibirnya saat mendengar suara parau So-hwan yang memanggil sang ibu. Perasaannya pun mulai tak karuan.

"Ada apa, Hwan? Bibi kenapa?"

"Ibu...meninggal..."

PRAK

Ponselnya terjatuh bersamaan dengan sambungan telepon yang tiba-tiba terputus.
Tangannya mulai meraba dinding dan berpegangan di sana untuk menahan bobot tubuhnya.

Kesadarannya seolah diambil paksa begitu kabar itu masuk ke dalam rungunya. Bagaimana bisa? Bagaimana mungkin?

Semua terasa sangat tiba-tiba bagi Ha-young. Bahkan Ha-young belum sempat berkunjung dan menyapa wanita itu tapi, sekarang ia malah mendengar kabar memilukan seperti ini.

Bad HusbandWhere stories live. Discover now