36: Reality and Nightmare

26.5K 3.3K 199
                                    


Mobil-mobil mewah berjajar dengan rapi. Memanjakan setiap mata yang menyapukan pandangannya ke tempat itu.

Seorang pria berkemeja putih baru saja turun dari mobil mewahnya. Pria itu berdiri dengan dua tangan yang terangkum di dalam saku celana bahannya. Obsidiannya mematut atensi pada jajaran mobil mewah dan suasana yang ada di tempat itu.

Sunyi.
Itulah suasana yang tertangkap dan bersarang dalam benaknya sejak dulu hingga sekarang. Suasana yang membuatnya berpikir bahwa tempat itu tidak berubah sedikit pun.
Puas dengan acara menilainya, ia mulai melangkahkan kaki menghampiri lift yang akan menghubungkan basemen dengan lantai yang ia tuju.
Tangan kanannya terangkat lalu jari telunjuknya menekan angka 23 yang tertera pada tombol lift.
Pintu lift pun terbuka dan kakinya kembali bergerak membawa tubuhnya tenggelam dalam kotak besi itu.

Tak berselang lama lift berhenti dan tubuh tinggi atletis itu pun keluar dari lift.
Kakinya terus berjalan menjejaki lantai marmer. Pandangannya tertuju pada sebuah unit apartemen dengan nomor 213, unit yang menjadi tempat tujuannya.

Tap

Tap

Tap

Tap

TAP

Langkahnya berhenti tepat di depan pintu unit apartemen 213. Lalu ekspresi wajahnya berubah menjadi dingin dan datar.

Ia menghela nafas perlahan lalu mulai menekan bel.
Tak perlu menunggu lama pintu pun terbuka.
Sang pemilik apartemen menatap heran sosok yang ada di hadapannya. Mulutnya terbuka lalu tertutup lagi seolah hendak mengucapkan sesuatu namun, terurung.

"Aku...hampir membunuh seseorang."

🍁🍁🍁

"Bicaralah setelah kita selesai bermain."

"Jaehyun..."

PLAK

"Cihh! Hanya seperti ini? Ini bukan apa-apa."

"Tutup mulutmu! Kau berani melawanku?"

"Bunuh saja aku."

"KUBILANG DIAM! DASAR JALANG!!"

~~~

"Aku mencintaimu. Sekarang dan seterusnya."

"Aku tidak pantas mendapatkan cintamu."

"Kau pantas, Ha-young. Akulah yang tidak pantas bersanding dengan gadis sempurna sepertimu. Tapi...aku tidak perduli meski aku tak pantas. Aku hanya ingin kau mendengar pengakuan dan permohonanku. Maukah kau menikah denganku?"

"Y-ya? Tapi...kita masih kuliah."

"Aku tidak minta jawabannya sekarang. Aku akan menunggu sampai kau benar-benar yakin akan perasaanmu. Lagipula aku juga masih perlu memantaskan diri untuk bertemu dengan keluargamu."

"Tapi, meskipun begitu...aku masih bisa berharap bahwa kau juga mencintaiku, kan? Untuk yang satu itu aku akan memberimu waktu tiga hari. Berpikirlah dengan baik dan beri aku jawaban tiga hari yang akan datang. Oke?"

"Emm. Baiklah. Sampai jumpa tiga hari lagi."

"Emm. Sampai jumpa."

~~~

Bad HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang