57: The Problem Behind The Problem

19.5K 2.2K 32
                                    

Malam semakin larut namun tak ada tanda-tanda akan kepulangan Ha-young.
Sudah lebih dari 3 jam sejak Ha-young bilang ingin ke kantor dan hingga kini wanita itu belum juga kembali. Jaehyun sudah berkali-kali menghubunginya tapi ponselnya tidak aktif. Jaehyun tahu bahwa Ha-young sengaja melakukan itu.

"Kali ini aku pasti benar-benar membuatnya marah."

Mata Jaehyun tak pernah absen mengawasi halaman rumahnya berharap akan mendapati mobil Ha-young disana.

"Pulanglah, Ha-young!"

Semoga Ha-young mendengar permohonannya. Semoga Ha-young tahu bahwa ia benar-benar merasa bersalah dan takut kehilangan Ha-young. Percayalah Jaehyun bersikap seperti itu karena takut ditinggalkan. Jaehyun tidak punya cukup rasa percaya diri untuk mempercayai Ha-young dan berpikir bahwa Ha-young tak akan berpaling darinya.

"Aku tahu ... aku tidak lebih baik dari Nam So-hwan. Karena itu aku selalu takut dan meragukanmu, Ha-young."

"Sejujurnya aku tidak ragu padamu tapi, aku ragu pada diriku sendiri."

Jaehyun duduk di lantai dan bersandar pada dinding yang dingin. Kedua tangannya bertumpu di atas lutut sementara pandangannya mulai kosong.
Lagi-lagi Jaehyun merasa sendirian dan tenggelam dalam kesunyian. Apakah akhirnya dia akan tetap sendiri? Apakah dia tak pantas dicintai? Rasa sesak dan gelisah itu menghampirinya lagi. Keinginan untuk menyakiti itu kembali lagi. Dan Jaehyun benar-benar menderita karena rasa itu.

Pria itu bangkit dan masuk ke dalam kamarnya dengan langkah gontai.
Tatapannya tertuju pada sebuah laci meja yang ada di samping tempat tidurnya.
Dibukanya laci tersebut dan diraihnya salah satu botol berwarna putih yang ada di sana. Botol itu berisi pil tidur yang sebelumnya sama sekali tidak disentuh oleh Jaehyun. Sejak menikah dengan Ha-young ketergantungannya terhadap obat tidur benar-benar sembuh. Tapi sekarang Jaehyun perlu menggunakan obat itu untuk menekan keinginannya dalam menyakiti seseorang. Lebih baik Jaehyun tertidur daripada berulah dan menyebabkan orang lain terluka.

Jaehyun membuka botol tersebut lalu mengambil tiga butir pil. Ia sudah akan meminum pil itu tapi, terurung saat ponsel di dalam sakunya berdering.

Bukan Ha-young.

Pria itu memejamkan matanya sejenak kala hatinya diselimuti kecewa karena yang menghubunginya bukan Ha-young melainkan ayah mertuanya.

"Halo?"

"Ah, kukira kau sudah tidur. Apa kabar menantuku tersayang?"

"Ada perlu apa meneleponku?"

"Ck! Kau benar-benar tidak sabaran, ya. Aku menelepon untuk memastikan bahwa besok pagi kau dan putriku ada di rumah. Karena besok aku akan berkunjung."

"Kenapa harus berkunjung? Kalau memang..."

"Ini hal yang penting, Jaehyun. Jadi, kita perlu bertemu untuk membicarakannya."

Panggilan terputus begitu saja sebelum Jaehyun sempat membalas perkataan ayah mertuanya.
Kepala Jaehyun semakin pening saat tahu bahwa pria tua nan menyebalkan itu kembali mengusiknya. Benar-benar merepotkan. Kalau saja pria itu bukan ayah dari istrinya pasti sudah dari dulu Jaehyun menyingkirkannya.

"Kau beruntung karena putrimu, Song Ji-hoo!"

🍁🍁🍁

Kesadarannya belum benar-benar terkumpul namun, ia sudah bisa merasakan sakit dan nyeri pada tubuhnya. Tulang-tulangnya serasa remuk karena tidur di tempat yang tidak seharusnya.

Perlahan matanya mengerjap lalu terbuka dan pemandangan sungai Han di pagi hari langsung menyambutnya.
Konyol sekali. Wanita itu tersenyum miris menyaksikan betapa bodoh dan konyol dirinya.

Bad HusbandWhere stories live. Discover now