34: The Lie and Feelings That Follow

25.5K 3.2K 118
                                    

Senyum itu. Kenapa Jaehyun merasa begitu marah saat tahu bahwa senyum itu bukan untuknya?

Tepat di depan matanya, kini gadis itu berjalan dengan tangan yang bergelayut manja di lengan seorang pria bermasker serta bertopi hitam persis seperti yang pernah dilihatnya malam itu. Mereka berjalan diiringi canda tawa hingga tak sadar dengan kehadiran Jaehyun yang berdiri di ujung koridor.
Bahkan sampai mereka masuk ke dalam ruangan pun Jaehyun tak melihat tanda-tanda akan kehadirannya yang mungkin dipertanyakan.

Hebat sekali. Seberapa besar pengaruh pria misterius itu hingga gadis yang biasanya begitu perhatian padanya kini bahkan tak menyadari kehadirannya? Entahlah. Jaehyun tak mau berspekulasi dan tenggelam bersama rasa kesal yang menggelayutinya. Ia memilih untuk kembali ke ruangannya dan menyudahi acara makan malamnya.

🍁🍁🍁


"Bagaimana? Noona, suka?"

"Apanya?"

Pria itu melepas masker dan topi hitamnya lalu menunjukkan wajah kesalnya pada sang gadis.

"Semuanya. Makanannya, tempatnya dan suasananya. Noona, suka?" ucapnya jelas.

"Emm. Aku suka. Terimakasih sudah membawaku kesini."

Gadis itu tersenyum sumringah. Setelah seharian penuh terkurung di rumah bersama laptop dan berkas yang menggunung akhirnya ia bisa bernafas lega.
Ya, sepertinya Ha-young patut berterimakasih pada So-hwan yang dengan sukarela membawanya ke tempat itu.

Sebenarnya Ha-young sudah biasa makan di tempat elit dan mewah seperti itu. Tapi suasananya jelas berbeda. Karena biasanya Ha-young makan malam hanya dengan rekan bisnis bukan dengan orang terdekatnya.
Orang terdekat? Entah kenapa Ha-young ingin tertawa saat memikirkan kata itu. Sejak kapan ia menganggap So-hwan sebagai orang terdekatnya? Lalu apa kabar dengan Jaehyun? Apa Jaehyun juga orang terdekatnya?

"Noona? Noona!"

"Ha? Ya? Ada apa?"

So-hwan menghela nafas pelan saat melihat Ha-young yang tengah melamun.

"Noona sedang banyak pikiran, ya? Pasti pekerjaan noona sedang menumpuk. Ini semua gara-gara aku. Kaki noona..."

"Nam So-hwan! Sudah kubilang jangan menyalahkan dirimu sendiri."

Bisakah So-hwan melakukan itu? Bisakah So-hwan berhenti menyalahkan dirinya sendiri? Mungkin akan sulit. Tapi So-hwan akan berusaha. Apapun akan ia lakukan jika itu permintaan Ha-young.

"Noona, makan yang banyak."

"Emm. Aku akan dengan senang hati menguras kartu kreditmu malam ini."

So-hwan pun terkekeh mendengar jawaban sang noona.
Jujur saja So-hwan tak masalah jika memang benar noona kesayangannya itu berniat menguras kartu kreditnya, justru So-hwan akan sangat senang. Tapi sayangnya So-hwan tahu bahwa perempuan itu tak akan benar-benar melakukannya. Harta yang Ha-young hasilkan jauh lebih banyak dan berlimpah. Lebih banyak dari penghasilan So-hwan tentunya.

"Noona...jangan mengusirku lagi, ya." gumamnya sambil menatap lamat pada sang noona.

Lagi. Kalimat itu yang terucap dari bibir So-hwan. Kalimat itu yang harus Ha-young dengar.

"Aku tidak akan kemana-mana." jawab Ha-young.

Senyum sumringah pun terukir di bibir So-hwan saat sang noona kembali membuatnya yakin bahwa ia tak sendirian. Senyum itu benar-benar menggambarkan bagaimana suasana hati So-hwan. Senyum yang mengisyaratkan rasa bahagia dan penuh syukur. Juga senyum yang menyembunyikan sisi misterius seorang Nam So-hwan.

"Terimakasih sudah tinggal di sisiku, noona."

🍁🍁🍁

"Oppa! Jung Jaehyun!!!"

Suara decitan rem mobil menyentak pendengaran. Mobil pun berhenti secara mendadak dengan sang pengemudi yang dilanda kekalutan dan sang penumpang yang dirasuki amarah.

Mungkin sebentar lagi lava pertengkaran akan meleleh dan membabat habis ketenangan dan kesabaran di antara mereka.

Sang pria mendesis. Tangannya mencengkeram kemudi. Seolah sedang mencoba membendung kekalutannya.

"Kau sudah gila? Kau mau membunuhku? Jaehyun! Jung Jaehyun!"

"DIAMMMM!!!!"

Teriakan pun tak dapat dihindarkan. Pertengkaran akhirnya terjadi. Dengan sang pria yang sudah berada di ambang batas kesabaran dan sang gadis yang mulai dilanda kengerian seusai mendengar teriakan itu.

Namun, sayangnya ego gadis itu terlalu tinggi hingga ia tak sudi mengakui rasa takutnya.
Dagunya tetap terangkat tinggi-tinggi. Seolah menantang sang pria untuk kembali berteriak.

"Kau pikir aku takut? Aku tidak akan pernah..."

"Tutup mulutmu! Jangan bicara lagi atau kujahit mulutmu!"

"Jaehyun..."

Dia adalah Jung Jaehyun. Dia adalah presdir SQ group yang kejam dan dingin. Yang tak akan segan bertindak di luar batas demi membasmi tuntas orang-orang yang menghalanginya.
Dia adalah Jung Jaehyun yang tak kenal takut. Jadi, jangan harap Jaehyun akan sudi menurunkan amarahnya hanya karena Nancy. Kenapa juga Jaehyun harus melakukannya? Karena Nancy kekasihnya? Persetan dengan itu. Jaehyun tak perduli. Ia sedang kalut dan marah.

"Diamlah! Kau hanya perlu diam dan aku akan mengantarmu sampai rumah...dengan selamat."

Tak dapat dipungkiri, dua kata di penghujung kalimat itu berhasil menambah kadar ketakutan dalam diri Nancy. Apa lagi dengan nada bicara Jaehyun yang rendah dan mengandung ancaman. Sungguh, rasanya Nancy seperti sedang berada dalam acara uji nyali.

Mobil kembali melaju dengan kecepatan tinggi. Namun kali ini dengan suasana yang hening dan mencekam. Tak seperti sebelumnya yang penuh akan omelan Nancy.

Kenapa? Kenapa Jaehyun-nya berubah menjadi menakutkan seperti ini?

Itulah pertanyaan yang sejak tadi mengisi benak Nancy. Pertanyaan itu terus menari dan memaksa Nancy untuk terjaga, berpikir keras.
Sebelumnya Nancy tak pernah melihat Jaehyun marah sampai seperti ini. Dan perlu dicatat ini adalah kali kedua Jaehyun membentaknya. Sekarang apa lagi? Hal apa lagi yang membuat Jaehyun membentaknya? Jangan bilang kalau perempuan itu alasannya?!

"Jung Jaehyun...."

Tak ada jawaban. Jaehyun sibuk mengamuk dan menguasai jalanan. Ia berkendara sesuka hati tanpa takut polisi akan menjarahnya.

"Jaehyun!"

Sekedar informasi jika Nancy sudah memanggil Jaehyun dengan nama tanpa embel-embel 'oppa' maka, dapat dipastikan bahwa gadis itu benar-benar marah juga kecewa.

Sekarang Nancy marah dan dia akan semakin kecewa jika dugaannya benar.

"Jaehyun, sekarang apa lagi?"

"Bukan apa-apa."

Begitu dingin dan menusuk. Itulah kesan yang dapat Nancy tangkap dari pembawaan dan tutur kata Jaehyun. Tapi Nancy tak menyerah.

"Perempuan itu lagi, kan?"

"..."

"Song Ha-young yang membuatmu seperti ini. Benar, kan?"













🍁To Be Continue 🍁

Vote dan komennya, guys.
😊😊😊





Bad HusbandWhere stories live. Discover now