MDL 5

12.9K 175 6
                                    

Rery Clayton's POV

Budi bahasa santun yang indah,
Jadi sebutan sepanjang masa,
Senyum manis dan wajah indah,
Pujaan hati sepanjang masa.

Aku memerhatikan Beatarissa menyusun barang-barang yang kami beli. Bahan mentah semua dibersihkan dan disimpan ke dalam bekas bertutup sebelum dimasukkan ke dalam peti sejuk. Bahan-bahan kering pula dimasukkan ke dalam kabinet makanan.

Aku yang berdiri sambil menghirup segelas air sejuk saat ini semakin mengagumi Beatarissa. Dia begitu sempurna untuk dijadikan pendamping hidup.

"Sudah siap," Beatarissa berdiri sambil mendekatkan kedua telapak tangannya. Matanya terarah pada susunan barang-barang di dalam kabinet.

"Sudah selesai, Clay. Aku minta diri dulu," dia berpaling ke arahku.

"Tunggu, Be," kataku. Beatarissa berhenti melangkah. Dia menunggu aku menghampirinya. Mata cantiknya seolah tersenyum memandangku.

Aku menarik pinggang Beatarissa hingga tubuhnya terdorong ke hadapan dan membanting tubuhku. Ku lihat mata bulatnya seakan terkejut.

" Clay," aku menangkap bunyi suaranya yang bergetar.

Aku tidak menghiraukan kepanikan pada suara Beatarissa. Fokusku kini hanya pada bibir indahnya. Aku ingin merasa nikmatnya bibir Beatarissa.

"I wanna kiss you," tanpa menunggu izinnya, aku segera menempelkan bibirku pada bibirnya. Untuk seketika bibir kami hanya saling menempel. Tetapi kemudian aku merasakan bahawa aku ingin menyentuhnya lebih jauh.

Aku mulakan dengan menghisap bibir bawahnya dan ku gigit sedikit keras hingga mulut Beatarissa terbuka. Peluang itu aku guna untuk menyelitkan lidahku masuk ke dalam mulutnya.

Lidahku menjelajah ke dalam rongga mulut Beatarrisa, mencari lidahnya. Dalam hitungan saat, aku merasa satu tangan Beatarissa mencengkam rambutku manakala satu tangannya lagi mencengkam erat belakangku, menarikku agar lebih melekat pada tubuhnya.

"Emmph...," erangan Beatarissa begitu indah di telingaku. Aku ingin terus menyerang bibirnya andai saja aku tidak memikirkan kami akan kehabisan nafas setelah ini.

"Hah...," aku menarik nafas. Ku pandang wajah Beatarissa yang merona meras. Matanya dipenuhi kabut ghairah. Melihat tiada reaksinya untuk menarik diri, sekali lagi aku menyerang Beatarissa. Kali ini menuju pada leher jinjangnya yang sudah menggodaku beberapa hari ini.

"Ahh.., Clay," Beatarissa mendesah. Tubuhnya hilang keseimbangan dan aku menahannya dengan tanganku.

"You look so beautiful, Be. And so desireable. I want to touch you more," aku berguman, berusaha melawan gelojak nafsu yang kian menggila.

Bibirku mencumbui bibir dan lehernya. Dan satu tanganku kini telah menjulur masuk ke dalam baju yang dipakainya hingga aku menemukan aset berharganya di situ.

Shit! Terasa begitu padat dan kenyal meski saiznya tidak begitu besar. Buah kenyal yang kini ada dalam genggamanku ku uli dan ku picit kuat hingga Beatarissa terjerit kecil.

" Sakit?" aku bertanya. Aku tidak mahu menyakiti Beatarissa kerana aku menyayanginya. Beatarissa menggelengkan kepalanya.

"Nikmat?" aku bertanya lagi. Pertanyaanku kali ini mendapat anggukan daripada Beatarissa. Aku senyum melihat reaksinya.

"Mahu baring," sayup, tetapi permintaan Beatarissa masih dapat ku dengar dengan jelas.

"Okey," mataku terarah pada bilik tidurku yang saat ini pintunya sedang terbuka. Di dalam sana terbentang katil king size yang seolah menunggu aku dan Beatarissa untuk berbaring di atasnya.

Tidak tahu bagaimana aku dan Beatarissa boleh sampai ke dalam bilik tidurku. Tetapi yang pasti, saat ini, Beatarissa sudah terbaring di atas katilku dengan aku yang menindih tubuhnya.

Lebih membuatku tidak percaya, baju yang dipakai Beatarissa sudah terlempar di atas lantai. Begitu juga dengan aku. Kami berdua sudah sama-sama separuh bogel.

"I love you," kata yang aku bisikkan sambil aku menjilat dan menghisap puting Beatarissa. Dia tidak mengatakan apa-apa selain mendesah dan mengerang penuh nikmat.

Tubuhnya mengeling dan beberapa kali melenting akibat sentuhanku. Dia begitu nikmat.

"I want to make love to you, Be," aku berbisik di telinganya. Aku sudah membuka butang jeans yang dipakainya dan hanya menunggu masa untuk menurunkan jeans itu melewati kakinya.

"No!" Beatarissa menahan tanganku. Dia berusaha merapatkan kakinya.

"Why?"

"Seks hanya untuk orang yang sudah menikah, Clay," matanya yang meredup menatapku.

"Seks dulu, kemudian kita menikah," kataku. Nafsuku sudah berada di ubun-ubun. Kalau tidak dituntaskan, aku akan cukup menderita. Pasti mengambil masa berjam-jam untuk memadamkan birahi ini.

"Please, Clay. You may kiss me. But, please, no sex," Akhirnya aku terpaksa menghormati keputusan Beatarissa. Perkenalan kami juga masih terlalu singkat. Sangat mustahil dia mahu menyerahkan dirinya kepadaku secepat ini.

Beatarissa tidak menolak bila aku kembali mencumbuinya. Ke dua kakinya aku buka lebar dan ku tempatkan diriku di antara ke dua kakinya.

"Biarkan begini. Begini juga aku puas," kataku. Ku geselkan adik kecilku yang masih berada di dalam sarangnya pada milik Beatarissa yang juga masih berada di dalam rumahnya. Aku bergerak di atas tubuh Beatarissa seperti sedang melakukan hubungan badan. Tanganku memilin putingnya. Bibirku menghisap bibir dan lehernya.

Dua puluh minit begitu, aku mendengar Beatarissa melenguh panjang.

"Ahhh..," tubuhnya mengelinjang. Aku tahu dia sudah mencapai orgasmenya, mungkin untuk yang pertama kali dalam hidupnya.

"Nikmat?" tanyaku sambil terus bergerak di atas tubuhnya. Ke dua kaki Beatarissa ku angkat dan ku letakkan di atas pahaku hingga kini juniorku lebih bersentuhan dengan milik Beatarissa.

"Sekejap lagi, sayang," pintaku. Dari raut wajahnya aku tahu Beatarissa sudah cukup letih. Tubuhnya jauh kecil untuk mengimbangi tubuhku yang bersaiz lebih besar.

"Clay..," tangan Beatarissa mencengkam erat belakangku hingga terasa kukunya tertancap pada kulitku. Bukan meninggalkan rasa sakit melainkan membuatku lebih berghairah.

"I love you," aku menghentak keras sambil mencengkam kuat bahu Beatarissa. Ku keluarkan juniorku dan crott! Crott! Semuanya tumpah di atas dada Beatarissa. Ada beberapa titis yang terpercik ke mukanya.

"Terima kasih, sayang," ku kucup bibirnya sebelum ku jatuhkan tubuh di sebelahnya. Aku menarik Beatarissa ke dalam pelukanku. Ku cium matanya yang terpejam kerana keletihan.

Beatarissa terlelap dalam pelukanku. Biarkan begini dulu, sebentar lagi aku akan membangunkannya. Untuk saat ini biarlah dia lena dalam pelukanku. Apa yang akan terjadi setelah saat ini, apa reaksi Beatarissa terhadapku, aku akan menerimanya.

Satu yang pasti, setelah apa yang kami lakukan beberapa minit yang lalu, aku semakin pasti aku tidak akan mampu untuk melepaskan Beatarissa.

Vote dan komen.
Selamat membaca.

Tbc.....

My Dear Lover ( ✔️ Complete ) Where stories live. Discover now