MDL 20

9.9K 128 10
                                    

"Aku berjanji menerimamu sebagai pasangan hidupku, menggenggam erat jemarimu hingga maut memisahkan kita,"

Mama menangis di tepi katilku. Sedari tadi dia mengelus rambutku sambil menangis.

"Maafkan mama, Be," mama asyik meminta maaf sambil menangis.

Insiden di church  beberapa jam yang lalu benar-benar membuatku bersyukur. Akhirnya mimpi ngeri itu berakhir.

Flashback On

Aku berdiri di hadapan altar. Tanganku sudah berada di dalam genggaman tangan Nico. Kini hanya menunggu priest untuk menikahkan kami.

Aku melihat Nico tersenyum puas. Beberapa kali matanya mengernyit menatapku.

"Sebentar lagi, sayang. Sebentar lagi kamu akan menjadi milikku sepenuhnya," dia berbisik padaku. Aku hanya diam. Tidak ada gunanya aku membahas ucapannya. Apa yang ada dalam hatiku kini hanya membalas dendam atas perbuatannya, menyakitinya sedalam mungkin.

" Sudah sedia? " pertanyaan priest disambut Nico dengan anggukan.

" Baiklah, kita mula," kata priest.

Nico tersenyum lebar sedangkan aku menyumpah dalam hati. Aku berdoa semoga Nico tiba-tiba tumbang dan tidak bangun lagi sebelum sempat melafazkan ikrar pernikahan bersamaku.

"Do you Ronico Rimero, take Beatarissa Amanda as..."

"Hentikan!" Seorang wanita dengan perut memboyot berjalan menuju altar. Di belakangnya berjalan seorang wanita yang sangat aku kenali. Dia mantan bakal ibu mertuaku. Satu-satunya wanita yang meminta Nico untuk meninggalkanku.

"Siapa dia?" Papa yang duduk di barisan hadapan sekali berdiri. Ku lihat mama ikut berdiri dengan tangan gementarnya menggenggam tangan papa.

"Hentikan, father. Dia tidak boleh menikah lagi. Saya isterinya yang sah," kata wanita mengandung itu dengan lantang.

Padri tercengang, menatap aku dan Nico secara bergantian. Muka papa sudah merah menahan malu dan marah.  Para undangan sudah berbisik sesama sendiri.

" Jadi, kamu benar masih beristeri? Kamu bukan duda? " tanya papa. Nico menundukkan wajah. Lelaki yang tadi tersenyum megah, kini tidak mampu walau sekadar memandang wajah papaku.

"Kamu bukan duda?" Papa kini mengepalkan penumbuknya.

"Maaf, pa," Bug! Papa meninju pipi Nico.

"Kamu mahu menipu anak saya? Kamu mahu menipu kami?" Bug! Kali ini papa meninju perut Nico.

Aku yang berdiri di sebelah padri mula merasakan kepalaku berdenyut. Mungkin kerana beberapa malam ini aku kurang tidur. Atau mungkin kerana terlalu seronok kerana akhirnya semua kebohongan Nico terungkai.

"Kamu perempuan tidak tahu malu! Kamu tahu Nico sudah beristeri. Tapi kamu masih setuju menikah dengannya!" Wanita itu menunjuk-nunjuk ke wajahku membuatku rasa sangat malu.

"Dari dulu saya memang tahu kamu perempuan murahan. Kerana itu, saya memang tidak setuju Nico memilih perempuan seperti kamu untuk dijadikan isteri," ibu Nico menimpal kata menantunya. Memberikan penghinaan yang lebih hebat lagi.

Kepalaku semakin berdenyut. Aku memicit tengkukku, tetapi denyutnya tidak berkurang.

" Saya tidak pernah berniat menikah dengan anak puan. Jika dia lelaki terakhir di dunia ini, saya rela tidak menikah hingga tua," itu kata yang sempat aku ucapkan sebelum pandanganku mula berpinar dan semuanya menjadi gelap.

Flashback off

💕💕💕

Aku benar-benar terkejut melihat papa kembali ke hospital bersama Rery dan padri yang tadi hampir menikahkan aku dan Nico.

"Nikahkan mereka sekarang juga, father," kata papa.

"Setelah kamu menikah dengan orang putih ni, kamu bukan anakku lagi, Beatarissa," ucap papa.

"Dan kamu Rery...kamu sudah menghamili Beatarissa. Aku mengizinkan kamu menikahi Beatarissa,tetapi aku tidak mengakui benihmu yang ada dalam kandungan Beatarissa sebagai cucuku. Bawa dia ke mana sahaja kamu ingin membawanya," kata-kata papa terasa menyayat ke tangkai hati.

Tergamak papa membuangku. Tergamak papa memisahkan aku daripada mama.

" Ikut sahaja kehendak papa, nak, " mama mengucup pipiku.

" Will you Rery Clayton, take Beatarissa Amanda to be your wife, to live together in holy marriage? Will you love her, comfort her and keep her in sickness and in health, be faithful to her as long as you both shall live? "

" I do."

"Will you Beatarissa Amanda, take Rery Clayton to be your husband, to live together in holy marriage? Will you love him, comfort him and keep him in sickness and in health, be faithful to him as long as you both shall live? "

"I do."

Aku dan Rery sudah sah sebagai suami isteri. Rery mengucup bibirku sambil beberapa butir air matanya jatuh.

"Maaf, sayang," ucapnya. Air mataku juga jatuh. Kami melafazkan wedding vow di rumah sakit, bukan di hadapan altar. Aku memiliki Rery, tetapi aku kehilangan papa dan mama.

"Selamat pengantin baru, Be," Susie memelukku.

" Nanti aku akan mengemas barang-barangmu, Be. Biar nanti Rery dapat mengambilnya sekali," aku mengangguk. Aku sudah dibuang keluargaku, tiada apa lagi yang mampu aku lakukan selain pasrah.

Aku menatap Rery yang kini juga sedang menatapku. Wajahnya penuh lebam. Sudut bibirnya pecah.

" Aku akan menjagamu, Beatarissa. Aku akan menjaga bayi kita," katanya.

"Jika kamu mahu, setelah aku mengurus surat nikah kita, aku akan membawamu pulang ke tempatku, Be," ucap Rery dengan perlahan.

"Tapi jika kamu tidak mahu, kita akan terus tinggal di sini. Kita boleh menyewa rumah yang dekat dengan rumah papa dan mama," katanya.

Aku membuka ke dua tangan, menjemputnya masuk ke dalam pelukanku.

"Aku isterimu, Clay. Aku serahkan seluruh hidup dan matiku untukmu. Bawa aku ke mana sahaja kamu pergi," ucapku tepat di telinganya.

Aku tidak tahu sampai bila Rery akan mencintaiku. Aku tidak tahu bagaimana penerimaan keluarganya kepadaku nanti. Tetapi demi cinta, demi sumpah pernikahan yang sudah aku lafazkan, aku akan selalu berada di sisinya, menemaninya hingga dia memintaku pergi.

Vote dan komen.
Selamat membaca.

Tbc...

My Dear Lover ( ✔️ Complete ) Where stories live. Discover now