MDL 32

7.7K 147 11
                                    

"Sepasang bibir yang pernah membisikkan cinta, jangan pernah sekalipun mengucapkan selamat tinggal,"

Semalaman aku tidak tidur. Rery asyik meracau. Entah berapa kali dia memohon maaf dalam tidurnya. Mengatakan penyesalannya, memintaku memaafkannya dan kemudian menangis tersedu.

Rery balik dalam keadaan mabuk. Belum pernah aku melihatnya mabuk berat begitu. Banyak hal yang dikatakan Rery. Katanya dia akan melepaskan aku. Dia akan menghantar aku pulang ke pangkuan keluargaku.

Benarkah ini yang aku inginkan? Cerai! Dulu sebelum menikah, mama pernah menasihatkan aku dan abangku. Dalam pernikahan, jangan pernah sekalipun memikirkan kata 'cerai' apatah lagi melafazkannya dari sepasang bibir yang pernah melantunkan doa pada Sang Pencipta.

"Sebagai suami, jangan pernah mengatakan untuk menceraikan isteri walau semarah apapun kamu kepadanya.

Dan kamu, Be, kamu tu kadang keras kepala. Mulut kamu selalu tak bertapis. Jaga.. jangan pernah meminta suami kamu untuk menceraikan kamu," aku teringat kata-kata mama.

Aku mengusap pipi yang basah. Apa yang sudah ku lakukan pada suamiku. Benarkah perpisahan yang aku inginkan? Akan bahagiakah aku jika berpisah dengan Rery sedangkan aku mencintainya sepenuh hati?

Bagaimana dengan Rery jika kami benar berpisah? Akan bahagiakah dia? Atau.. bagaimana jika dia patah hati dan merana?

Aku menatap wajah Rery. Oh, my god! Betapa aku mencintainya. Aku sangat mencintai Rery. Aku jatuh cinta kepadanya saat pertama kali melihatnya. Dan jatuh cinta paling dalam saat malam pertama kami, saat ku serahkan keperawananku kepadanya.

"I love you, Clay," ku bisikkan tiga kata itu di telinganya.

" Aku sudah memutuskan, Clay. Aku mahu bertahan di sampingmu, demi hatiku, demi hatimu, demi the twins," ucapku.

Jika ku fikirkan, untuk apa aku menyerah pada Alana. Jika benar Clay menidurinya, itu hanya terjadi sekali. Sedangkan aku, sudah beratus kali Clay ' bercinta' denganku, hingga ada dua Clay lain yang tumbuh dalam rahimku.

" We'll fight for our love, Clay," aku menarik satu tangannya dan ku baringkan kepalaku di atas lengan sasa itu. Kemudian ku lingkarkan satu lagi tangannya ke tubuhku.

"I love you, hubby," aku merapatkan tubuhku pada tubuhnya dan ku peluk Rery dengan erat.

💕💕💕

Rery Clayton's POV

Aku bangun dengan Beatarissa berada dalam pelukanku.  Matanya kelihatan bengkak. Ada garis hitam melingkar di bawah matanya. Mungkinkah dia tidak tidur dan semalaman menangis? Mungkinkah semalam aku sudah mengatakan sesuatu yang melukainya?

"Clay..," suaranya memanggilku dengan lembut.

"Hmm..."

"Kamu masih mencintaiku?" aku membuka besar kelopak mataku. Rasa mengantuk beransur hilang.

"Katakan apa yang boleh membuatku berhenti mencintaimu, Be?" tanyaku.

"Papamu mengatakan aku anjing, aku terima. Papamu memukulku, aku terima. Aku sanggup menentang keluargaku, Be.. demi kita. Itu belum cukup untuk dijadikan bukti cinta?" aku memandang pada bebola matanya yang meredup.

"Jika ditakdirkan.. kamu melihatku tidur dengan lelaki lain, apakah kamu akan meninggalkan aku, Clay?"

"Aku percaya pada isteriku, pada cintanya, pada ikrar yang dilafazkannya saat dia menikah denganku.

Saat kamu masih mencintaiku, aku takkan percaya jika kamu merelakan tubuhmu disentuh lelaki lain, Be. Melainkan, kamu melakukannya dalam keadaan diriku di luar kesedaran.

My Dear Lover ( ✔️ Complete ) Where stories live. Discover now