MDL Extra Part 1

8.6K 130 3
                                    

***Buat pembaca setia "My Dear Lover", saya publish extra part.

" Ku ingin berada dalam pelukanmu, di mana kamu akan memelukku erat dan takkan pernah melepaskan aku pergi," - Beatarissa

Impian Rery untuk mendapat anak perempuan akhirnya termakbul. Carlissa Carolina, itu nama yang Rery beri untuknya. Carlissa bermaksud gadis kecil yang suci. Carolina pula bermaksud gadis yang cantik. Menurut Rery, Carlissa Carollina membawa maksud gadis kecil yang cantik.

Lissa, itu panggilan Samuel dan Stefan untuk sang adik. Lissa, anak ke tigaku yang kini memasuki usia tiga tahun memang tumbuh sebagai gadis kecil yang cantik. Bermata biru, dengan rambut perang yang berombak.

"Anak kesayangan daddy yang cantik," Rery mengangkat gadis kecil itu dan membawanya ke dalam dakapannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Anak kesayangan daddy yang cantik," Rery mengangkat gadis kecil itu dan membawanya ke dalam dakapannya.

"Anak daddy semakin hari semakin cantik," Rery menggeselkan hidungnya pada pipi Lissa membuat gadis kecil itu tertawa galak menahan geli.

Aku yang sedari tadi memerhati dua beranak itu, kini berada di samping Rery. Aku berjengket agar aku dapat mencium pipi Rery.

" Lissa makin cantik, hmm. Jadi mummy Lissa sudah tidak cantik lagi?" aku buat-buat merajuk.

Dengan sebelah tangannya yang bebas, Rery merangkul bahuku hingga aku juga menempel pada tubuhnya.

"Kamu bidadariku. Selamanya tetap terlihat cantik di mataku," Rery menunduk dan mengucup bibirku. Lissa yang melihat bertepuk tangan dengan seronok.

"I love you," ucap Rery.

"Daddy love mummy. Lissa love you too, mummy," Lissa ikut menciumku, tepat di pipiku.

Ah, setiap detik aku merasa bahagia. Rery begitu mencintaiku dan anak-anak kami. Dia sentiasa memastikan kami tidak kekurangan apapun.

💕💕💕

"Biar abang kamu dan keluarganya saja yang tinggal bersama papa dan mama, Be," kata Rery tika kamu berdua di bilik tidur .

Aku berfikir seketika. Memang tidak dinafikan, keadaan rumah saat ini sedikit sesak. Abang sulungku yang selama ini tinggal di Singapura, sebulan yang lalu telah pulang dan tinggal di rumah papa bersama isteri dan tiga orang anaknya.

Aku faham, mungkin Rery tidak selesa dengan keadaan di rumah saat ini. Anak-anak juga perlukan ruang yang selesa untuk belajar dan bermain.

"Kita nanti tinggal di mana?" tanyaku. Aku risau jika Rery bercadang untuk membawaku kembali ke Totonto.

"Aku sudah berbincang dengan papa. Kita akan tinggal di homestay," aku hanya mengangguk meski sedikit rasa tidak rela. Homestay itu sedikit kecil untuk kami huni berlima.

Aku memang tahu ada sebuah rumah yang dibangun di tanah kosong di belakang rumah papa. Saat ku tanyakan pada papa dan mama, mereka mengatakan tanah itu sudah dijual kepada seorang peniaga Cina. Kononnya di kawasan itu akan didirikan sebuah rumah milik peniaga Cina berkenaan.

Rery pula aku lihat sekali sekali akan pergi ke tapak pembinaan rumah berkenaan. Saat ku tanya, katanya sekadar ingin melihat-lihat.

Dalam masa dua bulan sahaja, rumah itu siap sepenuhnya. Sebuah rumah yang cantik. Cukup luas dan bergaya Inggeris. Dari homestay, setiap hari aku memandang ke arah rumah itu dengan rasa cemburu kepada pemilik rumah berkenaan.

"Bertuahnya orang yang menghuni rumah itu nanti," kataku ketika aku dan Rery sedang duduk santai di beranda sambil menikmati minum petang.

"Kamu inginkan rumah begitu?" Rery bertanya. Tanpa suara, aku menjawab dengan menganggukkan kepalaku. Ku lihat Rery tersenyum.

"Nanti aku bina sebuah rumah begitu untukmu, Be," aku menganggap Rery hanya bergurau.

Seminggu setelah itu, Rery memberikan kejutan. Rery menarik tanganku ketika aku sedang menjemur kain di ampaian. Rery menutup mataku dengan kain dan membawaku masuk ke dalam kereta.

"Aku ingin memberikan kejutan untukmu, Be," kata Rery sambil menghidupkan enjin kereta.

"Anak-anak, Clay..." aku teringat anak-anak yang tadi ku tinggalkan di dalam rumah.

"Anak-anak sudah dibawa Susie," jawabnya dengan santai.

"Ke mana?" aku masih khuatir. Entah ke mana sepupuku itu membawa anak-anakku.

"Jangan risau, sayang," Rery membawaku menyusuri jalan. Aku tidak tahu ke mana dia ingin mrmbawaku dan apa kejutan yang akan diberikannya untukku. Hampir tiga puluh minit kami bergerak dengan kereta. Rasanya sudah cukup jauh perjalanan kami.

"Sudah sampai, sayang," Rery membuka pintu kereta dan membantuku keluar dari kereta. Rery membuka kain yang menutupi mataku.

"Clay?" Kami berada di hadapan sebuah rumah yang selama ini aku intai dari homestay.

"Mummy!" suara Lissa memanggilku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mummy!" suara Lissa memanggilku. Dia berada dalam gendongan Susie yang berdiri di ambang pintu.  berdiri di samping Susie.

"Mengapa anak-anak kita ada di sini, Clay," tanyaku. Rery tetap senyum.

"Mari masuk, sayang," dia menarik tanganku masuk ke dalam rumah itu.

Papa dan mamaku termasuk keluarga abangku  sedang duduk di ruang tamu. Bukan hanya mereka, keluarga Susie juga ada di situ. Masing-masing senyum memandang ke arahku.

Dari arah dapur, Stefan dan Samuel keluar dengan membawa sebiji kek. Kedua anak kembarku itu yang kini berusia lapan tahun meletakkan kek itu di atas meja di hadapanku.

"Happy birthday, my dear lover," ucap Rery. Dia memberikan dua ciuman di pipiku dan satu ciuman panjang di bibirku. Aku menatap Rery dengan terharu. Aku terlupa bahawa hari ini genap usiaku yang ke tiga puluh tahun.

"Happy birthday, mummy," ucap si kembar serentak.

"Terima kasih, sayang," aku mencium pipi keduanya.

"Tapi kenapa kita ke sini, Clay?" tanyaku. Rery memegang tanganku dan meletakkan gugus kunci di atas telapak tanganku.

"Ini rumah kita, sayang. Rumah yang aku bina untukmu dan anak-anak kita," katanya.

"Benar?" Rery mengangguk. Aku mengalihkan pandangan pada papa dan mama. Mereka berpakat dengan Rery untuk merahsiakan perkara ini dariku. Tapi tidak mengapa. Aku suka dengan kejutan ini.

" Mulai saat ini, kita akan tinggal di sini, Be."

"Terima kasih, Clay," Aku memeluk Rery.

Vote dan komen.
Happy reading.

Tbc...

My Dear Lover ( ✔️ Complete ) Where stories live. Discover now