MDL 34

7.7K 146 6
                                    

"Kamu kekasih tercintaku. You're my dear lover," - Rery Clayton

Keajaiban memang ada waktunya berlaku. Air mata Beatarissa menitis saat aku berbisik di telinganya, " Our babies are fine, honey." aku memeluk tubuh isteriku. Bertalu-talu kucupanku hinggap pada bibir, pipi dan dahinya.

"Aku tidak sanggup membayangkan kehilangan salah satu daripada kalian," ucapku dengan rasa sebak yang memenuhi dada. Mataku masih terlihat pedih dan basah. Aku telah menangis sepanjang perjalanan kami ke hospital.

Aku begitu takut melihat darah segar yang membasahi paha Beatarissa. Bayangan Beatarissa mengalami keguguran saat itu membuat nafasku seakan terhenti.

" Jika aku kehilangan bayi kita, aku akan sangat bersedih, Be. Tapi jika aku kehilanganmu, aku lebih sanggup memilih untuk tidak lagi membuka mataku selamanya," satu titik air mataku jatuh menimpa kelopak mata Beatarissa. Mata cantik Beatarissa menatapku. Mata coklat yang terlihat lesu itu cuba tersenyum padaku.

"Kamu begitu mencintaiku, Clay?" tanyanya. Hatiku merajuk kerana pertanyaannya seolah-olah dia masih meragukan cintaku. Namun, demi menjaga hatinya, ku tahan rajukku. Aku mengangguk. Satu kucupan panjang ku berikan pada bibirnya hingga dia memukul belakangku memintaku melepaskan bibirnya.

"Kamu masih meragukan perasaanku, Be? Bagaimana lagi aku harus membuktikan bahawa semua kata cinta dan sayang yang pernah aku ucapkan, bukan hanya hiasan kata semata, Be. Aku benar-benar mencintaimu."

Senyum Beatarissa akhirnya terbit di wajahnya.

"Sini, Clay," dia menarik tangan kananku, menggenggamnya dengan kedua tangannya dan membawanya ke bawah dadanya. Kemudian, tanpa melepaskan genggamannya, Beatarissa membawa tanganku ke dada kirinya sebelum akhirnya bergerak ke dadaku. Persis dalam cerita Kuch Kuch Hota Hai.

"I love you," ucapnya malu-malu. Aku memagut bibirnya. Omg, kalau dia tidak sedang sakit dan kami tidak sedang berada di rumah sakit, aku pasti membuatnya terkapar di bawah tubuhku.

" I love you too, My Beatarissa," lidahku menjalar ke dalam mulutnya, mencari lidahnya dan cuba membelitnya. Tangan kurang ajarku tanpa dapat ditahan terus menyusup ke dalam baju Beatarissa.

"Ohh.. Clay," Beatarissa menahan kepalaku saat bibirku baru mencecah kulit lehernya.

"Kenapa?" aku melihat Beatarissa menggigit bibirnya. Matanya terpejam. Dahinya berkerut. Dia merapatkan kakinya.

"Aku panggil doktor, sayang," tanganku hampir menekan loceng yang ada di pinggir katil. Namun Beatarissa menahan tanganku dan tertawa kecil hingga matanya berair.

"Aku tidak merasa sakit lagi, Clay. Tapi..." Beatarissa meneguk ludahnya. Aku panik hingga aku membuka kaki Beatarissa. Aku takut jika dia pendarahan lagi. Aku melihat ke celah pahanya. Cairan putih bergenang di antara bibir merah jambu itu.

"Aku basah, Clay. Kenapa aku begini. Tiap kali kamu menyentuh aku, aku mahukan lebih, Clay," katanya. Pipinya merona.

"Aku gembira tubuhmu bereaksi terhadap sentuhanku, Be. That's my lover. My dear lover. Kamu kekasih tercintaku, Be," kembali aku melumat bibirnya. Bukan hanya bibirnya, kulit lehernya juga aku hisap. Bukit kembarnya aku remas dengan perlahan, namun dia tetap mendesah.

" Tunggu kamu benar-benar sihat, sayang. Kita akan marathon semalaman, " kata-kata nakalku yang menggodanya membuat Beatarissa memukul lenganku.

"Kamu menggodaku, Clay. Kamu menyiksaku," Beatarissa memuncungkan mulutnya. Aku tahu Beatarissa sedang menahan diri. Semakin usia kandungannya meningkat, keinginan Beatarisssa untuk bercinta juga meningkat. Mungkin benar kata orang, pengaruh hormon ibu mengandung memang menguntungkan suami.

💕💕💕

Sudah seminggu Beatarissa dibenarkan pulang. Jeaniffer mengatakan kandungan   Beatarissa kini sudah cukup kuat. Surat pengesahan kesihatan yang mengesahkan Beatarissa dibolehkan untuk menaiki pesawat juga sudah Jeaniffer serahkan kepadaku.

"Kamu keberatan jika aku memintaku meninggalkan Toronto?" aku berdiri di belakang Beatarissa yang sedang menyikat rambutnya.

Pertanyaanku mengundangnya untuk segera menoleh. Matanya menatapku begitu dalam.

"Meninggalkan Toronto? Ke mana, Clay?"

"Aku akan menghantarmu pulang, sayang," kataku. Raut wajah Beatarissa mendadak bertukar suram.

"Di sana kamu dan bayi kita akan lebih selamat, Be, " aku memeluk lehernya. Beatarissa hanya diam terkaku.

Aku memang sudah membuat keputusan. Tempat Beatarissa bukan di Totonto. Meski di sini tanah airku, tempat di mana seharusnya isteri dan anak-anakkku bermastautin. Namun aku risau, jika aku menahan Beatarissa lebih lama di sini, mungkin suatu hari nanti aku akan kehilangannya.

"Jika aku pulang, kamu juga akan pulang, Clay?" Aku menggelengkan kepala. Aku tahu responku akan membuatnya sedih dan menangis. Tetapi sekali sekali apa salahnya aku mengusik emosinya.

"Aku pulang jika kamu ikut pulang, Clay. Jika kamu di sini, aku juga tinggal di sini."

"Kamu harus pulang, Be," kataku.

"Jadi kita akan berpisah? Aku di Malaysia dan kamu di sini?"

"Hmm..," aku mengangguk.

" Sama seperti pasangan yang berpisah, Clay. Seminggu, sebulan atau setahun kita masih setia. Setelah itu, perlahan-lahan kita akan saling melupakan. Itu yang kamu inginkan, Clay?"

Oh, my god! Kita takkan berpisah, sayang. Aku menahan senyum mendengar kata-katanya. Beatarissa memang manis. Semakin dia merajuk, dia terlihat semakin comel hingga aku ingin menggigit pipinya.

" Baiklah, Clay. " Beatarissa menolak tanganku saat aku ingin menuntunnya ke tempat tidur kami. Dia merajuk. Aku senyum geli hati melihat reaksinya.

Biarlah dia merajuk . Aku ada kejutan untuknya. Aku sudah meminta bantuan Rudy untuk menjual beberapa asetku. Hasil jualan sudah aku kreditkan ke dalam akaun Beatarissa. Mungkin duit itu nanti cukup untuk aku dan Beatarissa memulakan hidup baru di Malaysia.

💕💕💕

"Beatarissa..bangun,sayang," namun tanganku tidak menemukan Beatarissa. Aku membuka mata. Tempat di sebelahku sudah kosong. Aku bingkas bangun, mencari Beatarissa di bilik mandi. Tidak ku temukan dia di situ.

Aku keluar ke ruang tamu, namun kelibat Beatarissa tidak kelihatan.

" Di mana isteri saya?" tanyaku pada maid yang sedang mengemop lantai dapur.

"Tuan?" dia kelihatan terkejut.

"Tuan masih di rumah? Tadi pemandu sudah menghantar puan ke airport. Saya fikir tuan ikut sama."

"Shit!" Aku berlari masuk semula ke bilik tidur. Bagasi Beatarissa memang sudah dibawanya pergi. Aku menarik laci. Passport Beatarissa dan tiket pesawat juga sudah tiada lagi di situ.

Aku menoleh pada jam di dinding. Aku sudah tiga jam lewat.

"Bodoh!" Aku memaki diriku. Bagaimana aku boleh tertipu oleh Beatarissa. Bagaimana aku boleh tidak menyedari jika dia telah merancang sesuatu. Semalam Beatarissa menggodaku. Kami bercinta berulang kali hingga aku jadi benar-benar lembik. Aku tidur begitu nyenyak, lupa waktu dan terbangun saat Beatarissa sudah dibawa pesawat menuju bumi Malaysia.

"Beatarissa..." aku memanggil namanya dengan rasa marah dan patah hati. Aku ingin memberikan kejutan buatnya. Namun ternyata dia yang terlebih dulu memberikan kejutan buatku.

Vote dan komen.
Happy reading.

Tbc...

*** My Dear Lover sudah menghampiri ending. Mungkin dalam sedikit waktu lagi cerita ini akan melabuhkan tirainya.

My Dear Lover ( ✔️ Complete ) Where stories live. Discover now