MDL 23

8.5K 136 5
                                    

" Aku mencintaimu, hanya itu yang harus kau tahu," - Rery Clayton

Kedatangan kami disambut oleh dua orang maid. Ternyata suamiku bukan calang-calang orang. Kediaman yang cukup besar dan mewah, membuatku terpana seketika. Kakiku terasa kaku untuk melangkah jika sahaja Rery tidak menggenggam tanganku, membawaku ikut masuk bersamanya.

"Ini rumah kita," ucap Rery. Aku mengangguk. Aku mengamati rumah ini. Cukup luas dengan hiasan dan perabot mahal. Sebenarnya apa pekerjaan Rery hingga dia sekaya ini? Aku spontan merasa takut. Aku hanya sebutir daripada ribuan pasir. Kalau Rery sekaya ini, layakkah aku menempatkan diri berdiri di sampingnya?

"Mari, sayang. Ku tunjukkan 'padang tempur' kita," ucapan Rery seketika memudarkan keraguanku. Aku mendekat ke sampingnya, membiarkan dia memeluk pinggangku  menuju ke 'padang tempur ' kami.

"Ini 'padang tempur' kita, Be. Tempat kita akan bertarung membuat bayi-bayi kita," ucapnya nakal. Rery membaringkan tubuhnya. Aku memandang Rery yang sengaja menggodaku dengan membiarkan butang bajunya terbuka dan menampakkan dada seksinya.

"Sini, sayang,"Rery menepuk ruang kosong di sebelahnya. Aku menurut, mendekat pada Rery dan ikut berbaring bersamanya.

" Kita tidur sebentar, ya sayang. Bangun nanti aku akan membawamu bertemu keluargaku, " Rery mencium bibirku sekilas sebelum dia memejamkan matanya.

Aku juga merasa sangat mengantuk. Sedari sepuluh jam yang lalu, aku sudah membayangkan sebuah tilam untuk menghilangkan rasa letih dan mengantuk yang menderaku. Namun baru sahaja memejamkan mata, aku meringis tika merasakan perutku sedikit kejang.

"Aww..," aku menjerit kecil menahan rasa sakit. Perutku rasa tegang dan nyeri. Mungkinkah ini kerana terlalu lama dalam penerbangan tadi, aku berkata sendiri.

"Terus bersama mama, sayang. Rehatlah di dalam rahim mama. Mama berjanji kamu akan baik-baik saja, " aku mengelus perutku, berharap agar rasa sakit ini segera hilang. Aku kembali cuba memejamkan mata, namun rasa sakit pada perutku tidak juga reda.

Aku mengerling Rery di sebelahku. Dia sudah mengeluarkan dengkuran halus. Ada rasa tidak sampai hati untuk membangunkannya. Rery juga pasti keletihan setelah perjalanan jauh kami.

"Minyak TYT," gumanku, teringat minyak TYT yang sering ku bawa di dalam beg tanganku. Aku menarik beg tanganku yang ada di sisi katil. Aku menyeluk ke dalam salah satu poket beg tanganku dan menemukan apa yang ku cari. Syukur, bisikku lalu segera menyapu minyak itu ke perut dan pinggangku.

Menunggu sehingga beberapa minit barulah rasa sakit itu hilang sedikit demi sedikit. Aku kembali berbaring dengan posisiku membelakangi Rery.

Perlahan dan tanpa dapat ditahan air mataku menitis. Mungkin nanti beginilah nasibku hidup di rantau orang. Jika di kampungku, ada mama dan Susie untuk mengadu sakit perih. Tapi di sini, aku merasa sendiri. Tiada teman, tiada saudara. Rery memang mencintaiku. Tetapi mungkinkah selamanya dia akan mencintaiku?

💕💕💕

"Be, kamu sakit?" suara Rery mengejutkan tidurku. Aku berusaha membuka mata. Tetapi mengapa kelopak mataku terasa berat? Kepalaku juga terasa berdenyut.

"Beatarissa..," Rery menepuk pipiku beberapa kali.

"Aku hanya tidur, Clay. Jangan ganggu aku."

My Dear Lover ( ✔️ Complete ) Where stories live. Discover now