MDL 25

8.6K 136 9
                                    

Rery Clayton's POV

"Hati, jiwa dan cinta sudah ku serahkan kepadamu,"-Rery Clayton

Aku tidak tahu apa yang terjadi kepada isteriku. Sikapnya benar-benar berbeza. Beatarissa bukan lagi Beatarissa yang manja dan ceria.

"Beatarissa..," aku menghampirinya yang sedang berbaring. Dia menoleh kepadaku. Pandangan matanya sendu.

"Kamu sakit?" Beatarissa menggeleng perlahan.

"Jangan merahsiakan apa-apa dariku, Be. Kita sudah berjanji untuk saling jujur," kataku.

"Kamu juga tidak jujur denganku, Clay," katanya. Suaranya kedengaran serak seolah-olah dia sedang menahan tangisnya.

"Aku tidak merahsiakan apa-apa darimu, Be," aku mencium bibirnya.

"Alana. Kamu merahsiakan tentang Alana," kata-katanya membuatku terkejut. Rupa-rupanya itu tujuan ibuku ingin berbicara berdua dengan Beatarissa, untuk memberitahunya tentang Alana.

"Alana tidak ada kaitan denganku, Be," aku kembali menciumnya. Dan sekali lagi Beatarissa menolakku. Dia memalingkan wajahnya hingga bibirku hanya mencium rambutnya.

"Dia mencintaimu, Clay!" Dia hampir menjerit tatkala mengatakannya. Wait! Apa katanya? Cinta? Dia mengatakan aku mencintai Alana?

"Come on, Beatarissa. I love you, not Alana. You're the only one," aku mengelus pipinya. Aku memerangkapnya di bawah tubuh besarku.

"Jangan, Clay. Aku tidak mahu," Beararissa cuba menolak tubuhku.

"Aku mahu, sayang. Sudah terlalu lama rasanya," aku memegang dagunya dan kembali mendekatkan bibirku.

"Emmph...," Beatarissa mengatupkan bibirnya.

"Buka bibirmu, sayang. Aku rindu...sangat rindu..," aku memicit sedikit pipinya hingga mulutnya terbuka. Kesempatan itu aku gunakan untuk memasukkan lidahku ke dalam mulutnya.

"Aku mencintaimu, Be," ucapku tika mengakhiri ciuman kami.

"Please, let me make love to you," aku memujuknya. Tanganku menanggalkan gaun tidur yang dipakainya. Aku senyum melihat keadaan Beatarissa. Di sebalik gaun tidur itu rupanya ada baju T berlengan pendek serta short pants hitam.

"Mengapa mesti memakai baju T dan short pants lagi, hmm?" aku tersenyum geli hati sambil menanggalkan baju T itu dari tubuhnya. Kemudian ku turunkan zip short pants hitam itu.

Oh, my god! Aku menahan tawa. Isteriku benar-benar menghukumku malam ini. Ada selapis lagi baju T di badannya. Dan ada seluar pendek berwarna hitam juga.

"Kamu menyulitkan tugasku malam ini, Be," aku pura-pura merungut. Padahal aku tidak kisah sedikitpun. Berapa lapis pun pakaian Beatarissa, aku pasti dengan senang hati menanggalkannya.

"Aku tidak mahu kamu menyentuhku malam ini," jawabnya tanpa mahu memandang wajahku.

"Benar tidak mahu?" aku mengusiknya. Beatarissa menganggukkan kepalanya. Aku tidak tahu dia mendugaku atau sebenarnya memang dia tidak mahu bercinta denganku.

Aku menahan tawa lagi. Dari raut wajahnya aku tahu Beatarissa menginginkan aku seperti mana aku sangat menginginkannya. Aku lelaki normal. Dia isteriku yang sah. Mana mungkin aku tahan tidak 'bercinta' dengannya. Jika hanya dua hari aku tahan, tapi jika sampai tiga hari, itu pasti akan membuatku tertekan.

Aku menanggalkan baju T dan seluar pendek itu dari tubuh Beatarissa. Hmm.. tubuh putihnya belum dapat ku sentuh. Masih ada singlet dan seluar pendek yang kali ini berwarna merah.

"Berapa lapisan lagi, sayang?" tanyaku. Beatarissa memuncungkan mulutnya. Ah, tidak mengapalah. Ini cabaran, aku harus bersabar.

Singlet dan seluar pendek berwarna merah itu aku tanggalkan. Untungnya Beatarissa tidak membantah. Aku menjadi semakin tergoda untuk menyingkirkan setiap helai kain yang masih menutupi tubuhnya.

"Ini helaian yang terakhir, Be?" mataku tertuju pada bra merah jambu serta seluar dalam jarang yang berwarna senada.

"Aku tidak mahu, Clay. Jangan malam ini," dia menahan tanganku yang ingin menanggalkan pengait baju dalamnya.

"Shhhh...aku cuma ingin menciummu. Kita tidak payah make love," aku memujuknya. Dan akhirnya benda yang ku benci itu aku lemparkan ke lantai.

"Ini juga aku buka, ya," belum sempat Beatarissa menjawab, seluar dalamnya sudah aku lemparkan jauh.
Kini Beatarissa sudah naked di hadapanku.

"You look so beautiful. Selamanya aku takkan pernah jemu menatap tubuh ini, Be," ucapku. Aku bukan sekadar mengatakannya, tetapi ikhlas ku katakan, di mataku tubuhnya kelihatan sangat indah. Lebih indah lagi bila aku ingat ada bayiku di dalam rahim Beatarissa. Suatu saat nanti, saat perutnya membesar, pasti tubuhnya lebih comel. Aku senyum membayangkannya.

Aku berdiri. Baru aku ingin membuka pakaianku satu persatu. Beatarissa menahanku dengan suaranya.

" Kita hanya akan berciuman, Clay. Tidak perlu membuka pakaian," katanya.

Aku cuma tersengih. Wanita dengan hormon kehamilan memang sangat sensitif. Tetapi aku kenal Beatarissaku. Rajuknya sebentar lagi akan berganti dengan rengekan dan desahan.

Pipi Beatarissa merona saat aku sudah berada bersamanya di atas tempat tidur kami.

"Jangan menyentuhku jika kamu memikirkan Alana," Beatarissa menepis tanganku yang ingin mendarat pada bukit kembarnya.

" Aku tidak pernah memikirkan Alana. Aku hanya memikirkan Beatarissa," kataku. Ku rentangkan ke dua tangan Beatarissa dan ku tahan dengan tanganku.

" Izinkan aku menciummu, sayang. Hanya menciummu," aku mencium bukit kembarnya satu persatu. Putingnya ku hisap kuat hingga Beatarissa terpekik kecil dan melentingkan tubuhnya.

Aku menatap wajah Beatarissa sejenak. Dia memejamkan matanya. Bibirnya terbuka sedikit. Nafasnya menderu dengan kencang.

Aku membuka kaki Beatarissa dengan lebar. Tubuhku aku jatuhkan di atas tubuhnya hingga junior ku menggesel pusat tubuhnya.

"Ahh..," desahnya. Aku tersenyum lebar dan berulang kali ku geselkan pusat tubuh kami. Berulang kali juga Beatarissa mendesah dan mengerang.

"Clay," dia menyebut namaku. Tangannya mengusap punggungku. Dan di luar dugaanku, dia membuka kakinya lebih lebar.

"Aku mencintaimu, Beatarissa. Hanya kamu," bisikku di telinganya. Lidahku menjilat belakang telinga dan lehernya. Ku tahu di sinilah titik ghairah Beatarissa.

"Ahhhh.. Clay.. Omg..," Beatarissa melentingkan tubuhnya.

"Aku tak tahan, Clay. Please...."

"Kita berhenti di sini, Be?" aku menduganya.

"Aku basah, Clay," bisik Beatarissa. Ya, aku tahu dia sudah terlalu basah. Junior ku sudah menjalankan survey di bawah sana.

"I know, honey."

"Please, Clay. I can't wait any longer. Please, make love to me," aku juga sudah tidak sanggup menunggu lagi. Ku satukan tubuhku dan tubuh Beatarissa. Penyatuan yang bukan hanya kerana nafsu semata, tetapi kerana kami saling mencintai.

"Jangan pernah sangsikan cintaku, Be. Jangan beri ruang pada sesiapapun untuk masuk dalam hubungan kita," ucapku.

Hati, jiwa dan cinta telah ku serahkan hanya buat Beatarissa, wanita yang kini menjadi teman, kekasih dan isteriku. Alana atau sesiapapun tidak akan mampu menggugat rasa cintaku terhadap Beatarissa.

Vote dan komen.
Happy reading.

Tbc....

My Dear Lover ( ✔️ Complete ) Where stories live. Discover now