Athena 03.

957 47 0
                                    

Hari sudah semakin sore. Sebentar lagi pemilihan voting selesai. Sena melirik jam tangan berwarna pink di tangannya. Jam sudah menunjukan pukul lima sore.

"Oke, karena waktunya sudah sore. Kayaknya penghitungan hasil voting besok aja ya. Soalnya kasihan, pasti kalian berdua sudah capek ya?" tanya Bagas kepada dua kandidat didepannya. Kepala mereka mengangguk bersamaan,

"Ya sudah. Besok kan tanggal merah, datang aja ke sekolah ya. Jam sembilan. Info selengkapnya nanti kakak kabarin di grup Whats'App."

Sena mengangguk dan segera berpamitan kepada seluruh seniornya. ia langsung bergegas meraih jaket dan tas ranselnya. Untunglah hari ini ia tidak begitu membawa banyak buku, karena seharian ini ia tidak mengikuti pelajaran di dalam kelas.

Sena melangkah menuju gerbang sekolah. Berusaha untuk menyalakan ponselnya yang ternyata sudah lowbatt. Ia lupa membawa powerbank, "Ah, menyebalkan sekali."

Ia menunggu angkutan umum yang lewat di halte bis yang ada didepan sekolahnya. Sudah lebih dari lima belas menit ia menunggu, tapi kendaraan itu tidak lewat-lewat juga. Hatinya jadi cemas tak karuan.

"Nungguin siapa neng? mau dianter sama abang aja gak?"

Ternyata Athala. Cowok menyebalkan yang Sena kenal. Gadis itu menggeleng, "Gak perlu."

"Udah mau maghrib. Nanti orang tua lo nyariin gimana?" tanya Athala yang masih setia duduk di atas motornya. Helmnya ditaruh di atas tangki motor tersebut.

"Pulang sama gue aja. Pasti aman. Irit ongkos pula,"

Sena masih diam ditempatnya. Hal itu membuat Athala gemas ingin sekali menikahi gadis itu, eh apaan sih.

"Dah buruan, naik aja apa susahnya sih?!" omel Athala. Sena memutar bola matanya malas, lalu turun dari motornya, berjalan mendekati gadis berambut panjang itu,

"Lo tau gak?"

"Gak tau, lo aja belum kasih tau."

"Cie kepo ya," ledek Athala. Sena melotot, "Apaan sih! gaje banget sumpah!"

"Emosi terus kalau ketemu gue, sans aja sans. Gue gak bakal gigit kok,"

"Kalau lo cuma mau ganggu gue, mendingan pulang deh!" usir Sena kepada cowok itu. Athala mengernyitkan keningnya,

"Kok lo gak mau pulang bareng sih? enak loh. Lo selamat sampai tujuan,"
ujar Athala sambil merapikan rambutnya ke belakang.

"Gue gak mau,"

"Padahal dalam hati mau tuh, anjir. Dasar ya cewek, gengsian terus." ledek Athala lagi. Entah untuk yang keberapa kalinya.

Tanpa basa-basi lagi, Athala langsung meraih tangan kurus gadis itu, lalu menyuruhnya untuk naik ke belakang. Sena mendengus sebal dan mulai naik ke belakang motor Athala yang lumayan tinggi itu.

Athala masuk ke dalam kamar adiknya. Melihat si pemilik kamar sedang tidur pulas, ia tak tega untuk membangunkannya. Padahal, Athala sudah membawakan nampan berisi makanan juga segelas air putih.

"Dek, bangun dulu. Abang bawain makanan. Disuruh mama buat makan. Biar cepet sembuh," ujar Athala, berharap gadis itu mendengarnya. Tapi Athiya belum juga bangun.

Ia menghela nafas, lalu menatap ke arah lain. Ia melihat kamar adiknya yang rapi. Barang-barang koleksinya yang disimpan dalam lemari, lalu poster-poster boygrup yang ia tahu bernama BTS itu ada di setiap dinding kamar adiknya itu.

Mendengar ada sosok lain di kamarnya, Athiya langsung bangun pelan-pelan. Athala menoleh dan tersenyum ke arah adik nya,

"Nah gitu dong bangun. Tuh makan dulu. Abis makan minum obat ya. Abang suapin aja," ujar Athala penuh perhatian. Athiya mengangguk pelan dan melihat tangan Athala mulai meraih piring berisi nasi dengan lauk ayam juga sayur sop.

Athena [✔]Where stories live. Discover now