Athena 20.

529 39 1
                                    

Disinilah Sena sekarang, berada di makam ayahnya. Ia tersenyum sambil memegang nisan, "Aku datang, pa!"

"Waktu aku tertidur lama kemarin, aku seneng kita bisa bertemu di mimpi. Aku jadi ingin memeluk papa lagi." lirih Sena sambil mengusap pipinya yang mulai meneteskan air mata.

Satu jam Sena gunakan untuk menghabiskan waktunya bercerita dimakam ayahnya. Ia juga menangis lagi saat menceritakan kepada ayahnya kalau ia putus dengan Athala.

Sena beranjak dari posisi berlutut, setelah pamit kepada Ayahnya, ia memilih untuk pergi dari area pemakaman. Cuaca hari ini lumayan dingin, padahal ia sudah memakai jaket yang cukup tebal. Tapi tetap saja, hawa dingin menusuk kulitnya.

Ia mengusap-usap telapak tangannya yang dingin itu. Sena memilih untuk berjalan kaki saja, hitung-hitung berolahraga di sore hari begini. Ya meskipun olahraga yang baik adalah di waktu pagi.

Athala melempar jaketnya asal dan memangku gitar yang tergeletak di atas sofa. Baru satu bait lagu ia nyanyikan, Athala mendengar ada suara panggilan masuk berbunyi di ponselnya, ternyata dari David.

Tak perlu menunggu lama, ia mengangkat panggilan, "Halo, ada apa?"

"Jenia kecelakaan!"

"Serius lo?"

"Serius. Udah dibawa pake ambulance, gue kebetulan lagi lewat di lokasi kecelakaan dia. Rame banget disini."

"Sharelok, Dav. Nanti gue kesana."

Panggilan ia akhiri secara sepihak. Athala menaruh gitarnya lagi, lalu memakai jaketnya kembali. Ia sebenarnya terpaksa membuang-buang tenaga hanya untuk melihat keadaan Jenia yang kecelakaan itu. Ini seolah-olah biar ia terlihat sudah melupakan Sena. Padahal sampai saat ini, ia selalu terbayang-bayang wajah gadis cantik itu.

Athala masuk ke dalam ruang inap tempat Jenia dirawat. Tadi ia baru saja dipindahkan dari ruang UGD ke ruangan itu. Jenia tersenyum senang saat melihat Athala mau datang,

"Atha, akhirnya kamu datang!"

Athala hanya berdeham sebagai respon. Jenia kesal, Athala masih bersikap dingin padanya. Cowok itu duduk di kursi, lalu menatap wajah Jenia dengan malas,

"Gue disini gak lama."

"Kenapa? harusnya kamu rawat aku, Tha. Aku disini sendiri. Orang tuaku bahkan gak peduli sama aku." lirih Jenia. Ia mengibaskan tangannya tidak peduli,

"Gue gak mau tau." dingin Athala. Ia mengeluarkan ponsel dari kantong celananya.  Setelah mengetik sesuatu di ponselnya, ia segera berdiri,

"Loh, Tha? masa pulang? sini dulu. Baru aja dateng." kata Jenia menahan lengan Athala. Cowok itu mendelik tajam dan menepis tangan Jenia kasar

"Lo tau? apa yang mau gue ucapin saat ini buat lo?" tanya Athala dingin,  Jenia menggeleng tidak tahu,

"Apa, Tha?"

"Mampus!"

Sena duduk di depan rumahnya sambil menikmati nasi putih dengan lauk tumis kangkung yang ia masak  sendiri. Ini baru pertama kalinya ia makan didepan rumah seperti ini. Biasanya ia selalu makan di dalam.

Athena [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang