Athena 26.

561 40 2
                                    

"Sena Davania masih belum masuk juga?" tanya bu Erika, selaku wali kelas Sena. Farah mengangguk, lalu menjawab,

"Iya bu, caper dia tuh. Biarin aja bu, mungkin dia udah setres, ikutan gila kayak ibunya." jawab Farah tajam hingga bu Erika menoleh kaget,

"Farah! jangan bicara seperti itu!" tegur bu Erika kepada Farah. Gadis itu berdecih pelan sambil menopang dagunya.

"Kalian ini kenapa? Salah Sena apa? dia tinggal sendirian sekarang. Ayahnya meninggal, dan ibunya masuk rumah sakit jiwa tapi kenapa kalian malah mengucilkan dia? sampai dia tidak masuk sekolah sampai sebulan ini. Ibu sebagai wali kelas ini, kecewa dengan sikap kalian dengan teman sekelas sendiri. Kalian bilang katanya kelas ini harus punya solidaritas tinggi. Apakah ini yang namanya solidaritas?" tanya bu Erika tajam sambil memandangi wajah anak muridnya satu persatu.

Jujur saja, di dalam lubuk hati Rani, Farah dan murid lain di kelas itu ada rasa penyesalan karena sudah menjauhkan Sena begitu saja hingga akhirnya Sena takut untuk menginjakan kakinya ke sekolah lagi. Sebenarnya ini hanya masalah kecil, tak perlu dibesar-besarkan. Harusnya mereka mendukung Sena yang kini kesepian, bukannya malah menjauhinya seperti ini.

"Pulang sekolah nanti, perwakilan lima orang ikut ibu ke rumah Sena. Ibu akan tunjuk siapa yang akan ikut."

"Sel, kayaknya nanti pulang sekolah kita ke rumah Sena aja deh," ujar Raya kepada Seline yang sedang sibuk mengerjakan soal matematika.

"Apaan sih? ke rumah orang yang udah bohong sama sahabatnya sendiri buat apaan coba?"

Raya berdecak, ia sudah bilang berkali-kali, ini hanya masalah sepele. Mungkin Sena tidak mau bercerita karena gadis itu lebih memilih untuk memendamnya sendirian.

"Sel, jangan gitu. Kasihan Sena,"

"Lo bahas dia lagi awas lo ya!" ancam Seline tajam sambil melotot ke arah Raya. Raya menghela nafas kasar dan memilih untuk diam saja. Seline kembali fokus ke soalnya, Raya mengeluarkan ponsel dari saku seragamnya.

Sedangkan Athala, cowok itu sibuk melamun sejak tadi pagi. Pandangannya kosong ke depan. Padahal teman-temannya sudah berusaha untuk menghibur Athala. Tapi tetap saja, cowok itu tidak merespon.

"Udah biarin aja, Atha mungkin lagi butuh waktu sendiri." ujar Rafael kepada David yang sejak tadi mencoba menawarkan piscok lumer ke arah Athala. Biasanya cowok itu dengan senang hati menerima piscok lumer itu, tapi tidak untuk sekarang.

Di lain tempat, Sena memandang kosong ke arah langit-langit kamar. Tiba-tiba pintu kamar dibuka oleh Rachel, ibu kandung Athala. Sosok wanita itu tersenyum manis ke arah Sena,

"Sarapan yang Athala bawain tadi pagi sudah dimakan kan?" tanya Rachel sambil mendudukan diri di tepi kasur, menatap Sena dengan tatapan teduh,

"Sudah tante," jawab Sena,

"Baguslah, sehat terus ya, sayang." ucap Rachel sambil mengelus puncak kepala Sena. Sena hanya bisa diam, tidak mampu untuk menjawab ucapan Rachel.

"Sena tinggal sendiri, bu. Athala berinisiatif untuk bawa Rachel kerumah saya, supaya saya lebih leluasa untuk jaga dia." kata Rachel kepada bu Erika yang sedang duduk di sofa ruang tamu bersama lima orang muridnya. Ada Farah, Edo, Joko, Rani dan Julia.

Athena [✔]Where stories live. Discover now