Athena 11.

577 49 0
                                    

"Siapa yang abis nyakitin pacar gue?" tanya Athala kepada seisi kelasnya. Jenia yang sekelas dengan Athala pun tampak menundukan kepalanya dengan takut.

BRAK!

"Kagak ngaku gue balikin nih meja!" ancam Athala sambil memegang meja yang ada didepannya. Sri melotot, lalu menggebuk pundak Athala menggunakan buku kas panjangnya,

"Meja lo aja! jangan meja gue!"

"BURUAN NGAKU! SIAPA YANG UDAH BULLY PACAR GUE DILOKER KEMARIN?!"

"GAK ADA YANG NGAKU? OKE! GUE YANG BAKAL CARI TAU SENDIRI."

Seketika, Jenia merasa merinding ngeri di tempatnya. Kalau memang Athala yang mencari tahu sendiri siapa yang mem-bully Sena, habislah sudah riwayatnya.

"Tha, udah. Tenangin diri lo dulu. Jangan emosi, masih pagi. Bentar lagi bu Susi masuk," ujar David sambil menepuk pundak Athala. Cowok itu berdecak,

"Ck! masalahnya orang ini udah nyakitin Sena, Dav! gue gak bisa terima begitu aja!" balas Athala sambil menepis tangan David. Imron beranjak dari posisi duduknya,

"Tha, lebih baik istirahat nanti kita langsung selidikin aja siapa yang udah bully Sena kemarin. Lo gak inget apa? di ruang loker kan ada CCTV. Itu bisa buat bikin si pelaku diem dan ngakuin kesalahannya."

Athala tersenyum miring, "Bener kata lo, Ron."

Jenia yang mendengar itu langsung melemas seketika. Harusnya kemarin ia merusak CCTV terlebih dahulu sebelum mem-bully Sena.

Ia bodoh.

Sena tidak diperbolehkan sekolah oleh Athala. Padahal hari ini ada rapat penting. Terpaksa ia harus mengundurnya ke minggu depan saja. Ia merasa bosan, Athala masih belum pulang. Padahal jam sudah menunjukan pukul lima sore.

Ia keluar dari kamar dan melihat ada Athala yang baru saja masuk sambil membawa makanan di tangannya, "Baru pulang?"

"Iya, tadi gue mau selidikin dulu siapa pelaku yang udah nyakitin lo."

"Tha, buat apa sih repot-repot? kan lagian aku juga udah sembuh ini. Aku udah gak kenapa-napa." kata Sena sambil menunjukan wajahnya yang perlahan sudah mulai membaik. Bekas cakaran Jenia pun mulai berangsur-angsur menghilang.

"Kalau aku minta kamu yang jujur siapa pelakunya, pasti kamu gak bakal mau jawab."

"Iya emang gak perlu aku jawab, Tha. Lebih baik aku ikhlasin aja dan maafin kesalahan dia."

Athala melotot, sungguh ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran pacarnya.

"Sen, ini udah termasuk pembullyan loh. Jangan didiemin. Orang itu harus mendapatkan hukuman yang setimpal. Makanya aku berusaha buat selidikin ini sama temen-temen aku."

Sena menghela nafas samar, lalu berjalan mendekati Athala. Ia memeluk tubuh tegap yang lebih tinggi darinya,

"Makasih, Tha. Kamu udah mau melindungi aku."

Athala tersenyum dan membalas pelukan tersebut. Sampai akhirnya tubuh Sena terangkat, kedua kaki gadis itu melingkar di pinggang Athala. Sena mengalungkan tangannya dileher cowok itu,

"Besok udah boleh sekolah kok. Besok juga aku mau pulang. Aku mau ceritain semuanya sama orang tua aku. Pasti mereka juga gak terima kalau kamu kenapa-napa."

Athena [✔]Where stories live. Discover now