Athena 04.

830 51 0
                                    

Athala masuk ke dalam rumah mewah milik David. Sebenarnya sih punya orang tuanya, ya karena David masih SMA.

Ia melihat keempat temannya sedang berkumpul di ruang tengah. Makanan berceceran dimana-mana. Ia juga melihat Imron sedang merokok. Athala merotasikan bola matanya,

"Goblok banget. Ngerokok didalem rumah," cibir Athala lalu duduk di sebelah Rafael. Imron melihat Athala yang baru saja datang,

"Asik, ada yang abis makan-makan nih sama cewek baru."

Bayu mengangguk, "Gue kayaknya bakal duga deh kalau Atha suka sama tuh cewek."

Athala mendengus, "Apaansih anjir. kagak lah. Gue sama dia cuma temen dari SMP. Ketemu juga ribut terus bawaannya."

"Tha, lo pernah denger gak? kalau cinta itu kadang berawal dari sebuah perdebatan loh. Ya misalnya kayak dari benci jadi cinta." ujar David yang baru saja membuang kulit kuaci di atas meja.

"Iya tau kok,"

"Nah, itu lo. Lo sama Sena sering ribut kan dari SMP. Siapa tau aja nanti lama-lama lo makin suka sama dia,"

Athala mencerna ucapan David barusan. Lalu menepisnya sambil mengibaskan tangannya,

"Ah, apaan sih."

Sena baru saja keluar dari kamar mandi mengenakan bathrobe ungu miliknya. Ia sedang mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil. Matanya melihat pesan baru yang muncul di ponselnya,

Athala Januar
[Gw didpn rumah lu.]
[buruan kluar sini.]
[P]

Ia berdecak kesal. Ternyata Athala yang mengirimnya pesan. Ia langsung mendekati jendela kamarnya, ternyata benar ada Athala yang sedang duduk di atas motornya.
Ia harus mengenakan baju terlebih dahulu.

Tak lama kemudian, ia membukakan pagar untuk cowok itu. Athala menoleh dan tersenyum manis ke arahnya,

"Kok lama banget? abis ngapain?" tanya Athala kepada gadis itu. Rambut Sena masih basah karena belum sempat ia keringkan dengan hairdryer.

"Abis mandi ya? ketahuan ini wanginya," lanjutnya. Sena mengangguk,

"Ada apa dateng kesini?" tanya Sena to the point sambil melipat kedua tangannya didada.

"Gue gak diajak masuk?"

"Tamu kayak lo cukup diluar aja."

"Buset neng, kejam banget lo. Yaudah gue mau ngomong penting sama lo."

"Apa?"

"Tante Aura masuk ke rumah sakit Jiwa?"

Pertanyaan Athala itu langsung membuat mata Sena berkaca-kaca menahan tangis. Kenapa Athala harus menanyakan hal sensitif seperti itu padanya? Seharusnya tidak usah, karena akan membuat dirinya sedih.

"Ma-maaf. Gue gak bermaksud buat bikin lo sedih. Maafin gue, Sen." ujarnya merasa bersalah. Ia meraih tangan gadis itu. Tangan mulus yang baru pertama kali ia pegang itu.

Ternyata rasanya seperti itu memegang tangan cewek, jantung Athala serasa ingin copot dari tempatnya.

"Sena, jangan sedih ya. Gue gak jadi tanya deh. Mungkin lo belum siap buat cerita sama gue. Kalaupun lo udah siap, datengin gue aja ya. Gue dengan senang hati bakal dengerin cerita lo."

Athena [✔]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora