Athena 17.

564 36 8
                                    

Hari terasa berlalu begitu cepat. Sena mengernyitkan kening saat melihat Athala belum pulang dan menunggu di warung dekat sekolah bersama teman-temannya,

"Eh? udah selesai, Sen?" tanya Athala ketika melihat pacarnya datang. Ia bisa melihat mata Sena yang mulai sayu itu. Sepertinya gadis itu sudah mengantuk sekarang.

"Udah, Tha. Anterin pulang yuk. Aku udah ngantuk banget. Mau tidur," Sena meraih tangan Athala, cowok itu berdiri dan menurut. Sena menarik lengan Athala ke arah parkiran sekolah karena memang motornya masih berada disana.

"Kamu ngantuk begini, aku takut kamu jatuh, Sen." ujar Athala sambil mengusap pipi Sena yang dingin itu,

"Ya terus gimana? kamu cuma bawa motor. Gak apa-apa kok. Aku bisa pegangan," balas Sena sambil tersenyum tipis ke arah cowok dihadapannya. Athala mendengus dan menaiki motornya terlebih dahulu. Lalu membantu Sena naik dengan hati-hati dibelakangnya.

Saat Sena sudah duduk, ia segera meraih kedua lengan kurus gadis itu, dilingkarkan ke perutnya yang rata,

"Gini terus sampai rumah ya. Jangan dilepas." pesan Athala, Sena hanya mengangguk mengiyakan. Athala mulai melajukan motornya meninggalkan area sekolahan yang sudah sepi itu.

Sena memilih untuk menyandarkan kepalanya di punggung tegap Athala, kedua tangannya semakin ia eratkan pelukannya di perut cowok itu. Ia sangat suka wangi yang Athala pakai. Entah, pasti minyak wangi mahal yang dipakainya. Tanpa Sena sadari, Athala tersenyum dibalik helm fullface nya.

"Enak ya liat Athala, bisa manja-manjaan sama pacarnya. Lah gue, mau manjaan sama siapa coba? pacar aja gak punya. Jangankan pacar, gebetan aja gue gak punya. Sedih amat ya hidup gue." Bayu mulai mengeluh, dirinya belum pernah merasakan pacaran seumur hidupnya. Selama tujuh belas tahun cowok itu hidup, ia hanya bisa melihat keuwuan orang lain didepan matanya.

"Cari pacar sono. Jangan makan doang dibanyakin." suruh David yang terlihat sedang menyuapkan nasi goreng ke arah pacar barunya, Siska namanya. Siska adalah anggota Marching Band di sekolah itu.

"Daripada lo, bisanya gonta-ganti pacar mulu. Sampai gak sadar kalau selama ini ada seseorang yang suka sama lo." sahut Imron tajam. Membuat kepala David menoleh,

"Husss. Udah dah, jangan nyari gara-gara, Ron!"

"Emang kenyataan. Apa? mau marah?"

Sedangkan Rafael memilih untuk menghabiskan nasi goreng pesanannya. Matanya memerhatikan Sena yang baru saja berjalan memasuki kantin bersama kedua temannya, Seline dan Raya. Ia mengawasi gerak-gerik Sena, takut kalau tiba-tiba Jenia datang dan membuat keributan kembali.

"Sen, pesen apa?" tanya Raya. Ia berdiri karena ia mau memesan makanan,

"Seperti biasa, Ray." jawab Sena datar. Raya mengangguk paham, lalu menatap Seline yang fokus dengan ponselnya, "Heh, kalau lo apa?!"

"Woy kalem! iya samain aja kayak Sena." jawab Seline lalu kembali fokus dengan benda pipih di tangannya.

"Tuh, Raya. Selama ini dia suka sama lo, Dav." bisik Imron tepat di telinga cowok itu. David menghela nafas lelah,

"Percuma kalau guenya gak suka sama dia, Ron!" desis David tajam. Imron mengibaskan tangannya tidak peduli,

"Suatu saat lo bakal sadar dan cari-cari tuh cewek. Iris kuping Bayu kalo ucapan gue kagak kebukti." ujar Imron serius. David berdecak kesal, ia kembali fokus dengan gadis berambut keriting di sebelahnya.

Athena [✔]Where stories live. Discover now