Athena 12.

593 45 2
                                    

"Abang,"

Athiya memanggil Athala yang sedang sibuk membuat kopi di dapur. Kepala Athala menoleh, lalu tersenyum ke arah adiknya,

"Kenapa?"

"Temenin Athi jalan-jalan yuk." ajak gadis dengan kunciran ekor kuda itu. Athala terkekeh lalu mengangguk,

"Iya sebentar. Abang mau kasih kopi ini ke papa dulu." kata Athala yang berlalu dari dapur. Athi bergegas menuju kamarnya untuk bersiap-siap.

"Pa, minta duit dong." kata Athala sambil duduk disebelah Gino. Gino mengernyitkan keningnya,

"Lah? uang yang papa kasih dua hari yang lalu udah habis?" tanya Gino heran. Athala terkekeh dan mengangguk,

"Yaudah bentar."

Gino mengeluarkan dompet dari kantong celananya. Lalu memberikan tiga lembar uang seratus ribu untuk Athala,

"Tuh uangnya. Emang mau kemana sih?"

"Athi minta ditemenin jalan. Gak tau kemana," jawab Athala. Gino mengangguk dan menepuk pundak anak sulungnya itu,

"Hati-hati ya. Jangan ngebut bawa motornya."

"Siap bos!"

Di lain tempat, Sena kembali mengunjungi mamanya yang masih dirawat dirumah sakit jiwa itu. Seketika pikirannya melayang ke tulisan yang ada di lokernya. Untung saja tulisan laknat itu sudah ia hapus sendiri agar orang lain tidak melihatnya.

Sekarang Sena memasuki ruangan itu, kondisi Aura semakin membuat hatinya diremat. Tubuhnya semakin kurus nyaris tersisa tulang saja. Terlebih dibagian tangan dan kaki. Sena menangis saat itu juga.

"Mama, kok kondisi mama jadi bikin aku tambah sedih sih?"

Sena melangkah maju, ia ingin sekali memeluk tubuh mamanya, tapi Aura mendorongnya hingga tubuh Sena terpental ke belakang. Sorot matanya dingin, seakan-akan tidak menyukai kehadiran anaknya. Padahal Sena rindu sekali dengan mamanya.

Perawat yang menjaga Aura pun masuk dengan tergesa-gesa lalu membantu Sena berdiri,

"Maaf ya, mba. Pasien memang tidak mau didekati oleh siapapun."

"Tapi saya khawatir sama kondisi dia, sus." ujar Sena sambil menunjuk Aura yang  sedang duduk itu. Kemudian Aura memanggil nama suaminya terus menerus. Sepertinya wanita itu kambuh lagi.

"Kenapa hidupku menyedihkan seperti ini."

"Mau apa? es krim?" tanya Athala kepada adiknya itu. Athiya mengangguk dan menarik tangan cowok itu untuk mendekati tukang es krim yang sedang berjualan di taman tersebut.

"Pak, es krimnya dua ya." kata Athala kepada penjual es krim tersebut. Laki-laki tua itu mengangguk dan mulai melayani pesanan Athala. Tak butuh waktu lama, pesanan sudah siap. Athala mengeluarkan uang lima puluh ribu dari kantong celananya,

"Kembaliannya ambil aja pak."

"Wah, makasih ya nak." jawab bapak tersebut dengan raut wajah senang.
Athala pergi dan memberi satu es krim kepada adiknya, "Nih es krim."

Athena [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang