Athena 14.

548 40 0
                                    

Athala melajukan motornya dari parkiran sekolah. Ia berharap semoga Sena belum jauh, namun saat ia melihat halte bis, ia sama sekali tidak menemukan keberadaan gadis itu. Athala jadi panik sendiri. Ia takut Sena diculik oleh orang yang tidak dikenal.

Athala kembali melajukan motornya, menuju rumah gadis itu. Ia memilih untuk menunggu Sena didepan rumahnya saja, ia juga ingin meminta maaf kepadanya.

"Temenin kakak ke minimarket sebentar mau, Sen?" tanya Bagas kepada Sena yang duduk di belakangnya. Sena mengangguk lemah, pikirannya masih tertuju ke arah Athala.

"Yaudah, turun dulu dong."

Sena tersadar dan langsung turun dari motor matic milik Bagas. Setelah Bagas memarkirkan motornya, ia menyuruh Sena untuk menunggu di luar.

Sena meremat tali tas ransel yang dikenakannya. Kepalanya juga menunduk dengan lesu.

"Sena? kamu kenapa sih? sakit?" tanya Bagas yang baru saja keluar dari minimarket. Cowok itu mengeluarkan satu botol air mineral dingin dari plastik yang ia pegang,

"Nih minum dulu. Kamu haus pasti,"

Sena menggeleng, "Gak usah kak. Aku udah punya minuman sendiri. Dikasih Jenia tadi pagi."

Mendengar nama Jenia, Bagas merasa ada firasat buruk yang menghampirinya. Apalagi saat melihat Sena mengeluarkan botol air minum mineral dari tasnya, lalu meneguknya hingga sisa setengah. Bagas berharap, semoga Jenia tidak memberikan apa-apa di air minum itu.

"Ayo pulang kak," ajaknya, Bagas mengangguk dan mulai berjalan menghampiri motornya yang terparkir.

Sudah lebih dari setengah jam, Athala menunggu kedatangan gadis itu. Tapi Sena belum juga pulang. Ditelepon berkali-kali, tidak ada jawaban. Pesan yang ia kirimkan pun tidak ada balasan. Athala gelisah, ia benar-benar takut sekarang.

Sampai akhirnya suara motor berhenti didepan rumahpun membuat Athala menoleh, ia terkejut melihat Bagas pulang bersama Sena.

"Lo ngapain pulang bareng sama dia?" tanya Athala datar. Sena yang baru saja turun dari motorpun menoleh ke arah cowok itu,

"Lah? tadi kan kata kamu aku suruh pulang aja. Kamu sibuk latihan basket."

"Tapi lo gak harus pulang bareng sama dia, Sena!" sarkas Athala sambil menunjuk wajah Bagas yang masih duduk di atas motornya itu. Bagas jadi merasa tidak enak pada kedua orang itu,

"Maaf, Tha. Gue cuma mau anterin cewek lo pulang kok. Tadi gue liat dia nungguin di halte sendirian, lo juga kan sibuk latihan basket. Jadi gue minta maaf,"

Sena melotot, "Kakak gak perlu minta maaf. Athala yang salah paham. Aku tadi juga udah minta dia buat pulang bareng, tapi dia gak bisa. Bukan salah kakak. Jadi kakak gak perlu minta maaf ya," ujar Sena sambil menyatukan kedua telapak tangannya seperti orang memohon. Athala membelalakan matanya tidak percaya, kenapa Sena lebih memilih untuk membela orang lain daripada dirinya yang notabenenya adalah pacarnya sendiri.

"Ka-kalo gitu, gue permisi ya." pamit Bagas kepada Athala dan Sena. Bagas memutar balikan motornya, lalu pergi dari sana. Sena menatap Athala marah,

"Kamu apa-apaan sih, Tha! ini bukan salah kak Bagas! tapi salah kamu!"

Athala memandang Sena tajam, "Maksud kamu apa?! kok jadi aku yang disalahin?!"

Athena [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang