Athena 27.

565 36 1
                                    

"Ah sial!"

Brak!

Jenia menggebrak meja belajar di kamarnya dengan perasaan kesal yang tak mampu ia bendung lagi. Sena kembali, itu yang membuat Jenia terus kepikiran. Bisa-bisanya Sena  menginjakan kakinya disekolah lagi. Padahal, ia sangat berharap kalau Sena mengalami depresi berat, lalu berakhir dengan bunuh diri.

Jenia, kau sungguh gila.

"Argh! gak bisa gue biarin!"

Jenia mengeluarkan ponsel dari kantong celananya, lalu mencari nomor yang hendak ia telepon. Setelah menemukannya, ia segera menempelkan benda pipih itu ke telinga kirinya. Setelah panggilan tersambung, Jenia langsung mengeluarkan kata-kata dengan tidak sabaran,

"Kerumah gue sekarang! gak pake lama!"

"Nih, lucu gak?" tanya Athala kepada Sena, ia memberikan boneka beruang berukuran sedang untuk Sena,

"Lucu banget! ih, gemes!"

Athala menaruh telapak tangan besarnya di puncak kepala gadis itu, lalu mengacaknya dengan penuh kasih sayang, "Maaf, cuma bisa kasih kamu itu."

"Gak apa-apa, Tha. Tenang aja, apapun akan aku terima kok."

Dering panggilan masuk di ponsel Sena membuat gadis itu menoleh ke arah layar ponselnya, ternyata dari nomor yang tidak dikenal. Ia menatap Athala,

"Ini siapa ya?"

"Coba angkat aja dulu." suruh Athala, Sena pun mengangguk dan langsung menempelkan benda pipih tersebut ke telinga kirinya,

"Halo?"

"Masih inget suara gue gak?"

"Jen-Jenia?" tanya Sena kaget. Ternyata yang meneleponnya saat ini adalah Jenia. Athala yang sedari tadi memerhatikan Sena pun ikut panik saat melihat raut wajah Sena yang mulai berubah.

"Hei! gak usah takut gitu sama gue!"

"Apa tujuan lo nelpon gue sekarang?!" Sena menggeretakan giginya. Sebelah tangannya yang berada di atas paha pun ikut terkepal menahan emosi.

Athala meraih tangan itu, mengelusnya lembut untuk memberikan ketenangan untuk gadis itu. Sena melotokan matanya, "A-apa?!"

Brak!

Ponsel Sena terjatuh ke lantai. Athala ikut terkejut dan bangkit dari posisi duduknya. Ia menghampiri Sena dan menaruh kedua tangannya di atas pundak gadis itu, "Kenapa, Sen? kenapa?!"

"Aku takut, Tha. Aku takut." lirih Sena sambil sesunggukan, ia mulai menangis. Athala meraih ponsel Sena yang sudah mati.

"Ya bilang sama aku! kamu takut kenapa? bilang!!"

"Dia ngancam aku, Tha. Dia bilang, aku harus mutusin kamu."

Athala berdecih, ia sudah tau sifat Jenia yang licik itu, "Gak usah dengerin. Apapun yang terjadi, aku bakal terus bersama kamu. Aku gak akan pernah mau ngelepasin kamu lagi."

"Selamat siang, sekarang pelajaran ibu kan?" tanya bu Arika, guru bahasa Indonesia yang sekarang kebagian jadwal mengajar di kelas Sebelas IPS 1, kelasnya Athala.

"Benar bu!" jawab Firhan, selaku ketua kelas. Bu Arika masuk dan menaruh buku bawaannya di atas meja, 

"Oke, terakhir kita sampai di halaman berapa?" tanya bu Arika kepada murid-murid yang ada di kelas itu.

Athena [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang