Prequel - His Affection 6

2.2K 294 17
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

"Namanya, Lalisa, rekan kerjaku dari Thailand. Kami sering pergi bersama melakukan pekerjaan bisnis. Dan, sempat dekatㅡdia wanita yang cantik dan baik. Tapi, saat aku mengatakan tidak bisa menerima hatinya sekeras apapun aku mencoba, dia menjadi sosok yang berbeda. Dia juga jadi sering menghubungiku lagi sejak tahu aku akan menikah. Sering mengunjungi kantorku dengan tiba-tiba seperti tadi."

Jungkook memandang lurus pada Taehyung yang sama sekali tidak memandangnya. Setelah kejadian kemarin mereka sepakat untuk bertemu saat istirahat makan siang. Awalnya, Taehyung tidak mau namun Jungkook memaksa, dia bahkan menjemput Taehyung di tempat tunangannya itu magang kerja.

"Kamu memang bukan teman kencanku yang pertama. Tapiㅡyang pertama yang membuatku terkagum-kagum, dan aku tidak bermain-main dengan ucapanku saat melamarmu. Walaupun itu pertama kalinya kita bertemu, tapi hatiku sudah yakin untuk menjadikanmu milikkuㅡTaehyung, jangan jadi keras kepala," bisik Jungkook di akhir kalimatnya. "Kamu mau aku membuktikan apalagi?"

"ㅡmembuatku tidak menangis, apa kamu sanggup?"

"Aku akan membuatmu menangis bahagia jika dijinkan."

Taehyung terdiam sebentar, dia menghela napas dan berkata, "Aku tidak marah, hanyaㅡkecewa? Aku tidak mengerti, tapi kamu dan gadis itu bukan satu-satunya masalah yang membuatku marah kemarin. Ada masalah di kantor dan kampus yang membuat emosiku tidak stabilㅡpada dasarnya aku memang emosional."

Dia menambahkan, "Aku terlalu lama hidup bebas dengan prinsipku sendiri. Aku apatis, cukup skeptis juga. Entah bagaimana kamu menilainya tapi aku punya diri yang seperti ituㅡjadi buat percaya padamu dan semua hal yang kamu katakan tidak mudah untukku, maaf. Aku rasa kamu harus tahu ini, jika memang masih ingin menjalin hubungan denganku. Aku mungkin akan berubah pikiran persis seperti apa yang kamu inginkan, tapi aku butuh waktu atau tidak sama sekali?"

Jungkook sekarang dapat menyandarkan punggungnya dengan nyaman. Dia menangkap semua maksud Taehyungㅡdengan tunangannya ini membuka diri padanya, Jungkook jadi mengerti alasan di balik sikap keras kepala Taehyung yang teguh.

Taehyung terlihat seperti sosok yang antagonis padanyaㅡkenyataan kadang seperti itu, sih. Tapi jauh di sudut hati tunangannya, Taehyung adalah sosok yang baik dan membuka hatinya pada siapa saja. Pria manis yang duduk di hadapannya sambil mengaduk cup eskrim, mencari chocochips yang jatuh ke dasar gelas cup akibat es yang mulai mencari, sebenarnya sosok yang hanya takut tersakiti.

Takut dikhianati, takut dijauhi, dan ditinggalkan. Sebab, saat seseorang telah berani melakukan itu padanya, Taehyung akan menjadi sosok pendendam yang susah memaafkan, lalu membuat dirinya terlihat jahat di mata orang-orang. Padahal di sisi lain sikap apatisnya, sosok itu tidak pernah berhenti menyalahkan diri sendiri.

Jungkook cukup mengerti karena, dibeberapa waktu, dirinya juga pernah merasakan hal yang serupa.

"Aku mengerti," kata Jungkook kemudian. Taehyung mengangkat kepala dari cup eskrimnya, dahinya berkerut; bingung. "Teruslah seperti ini."

Jungkook lihat Taehyung tidak dapat membalas ucapannya karena mulut yang penuh dengan lelehan eskrim. Jadi, sambil tersenyum, Jungkook,, berbicara, "Katakan semua hal tentang dirimu, apa yang kamu suka dan tidak. Jangan tutupi apapun, karena aku buka cenayang yang bisa membaca pikiranmu. Jadi, katakan semuanya padaku dan aku akan mengabulkan semua keinginanmu."

"Sungguh?"

"Iya."

"Janji?"

"Janji!"

"Oke, kalau begitu ayo lanjutkan perjodohan ini."

Jungkook tersenyum bahagia. Sangat bahagiaㅡuntuk saat ini.

***

Tapiㅡtidak di minggu selanjutnya. Jungkook agaknya menyesal dengan janjinya pada siang itu. Dia ingin memutar kembali waktu dan menarik janjinya.

Mengabulkan semua permintaan, Taehyung, Jungkook hanya tidak menyangkaㅡbahkan tidak pernah terpikir sekalipun dalam hidupnya akan datang ke tempat penuh sesak dan jeritan nyaring yang memekakan telinganya. Bukan club.

Tapi, arena konser.

Dengan wajah sumringah siang itu, Taehyung meminta padanya untuk ditemani dan dibayariㅡmenonton konser spesial ending tour dari boyband favoritnya. Beyond the Scene.

Lagi-lagi tidak menyangka, dirinya berada dikerumunan yang didominasi oleh kaum hawa. Dipaksa memakai bando berkelip-kelip dengan gambar karakter yang Taehyung kenalkan padanya bernama Cooky. Dan, Taehyung memakai bando karakter Tata, lalu di tangan kanan tunangannya tergenggam sesuatu yang mirip lampu jalanㅡapa tadi namanya? Stick Army Bomb. Iya, Taehyung menyebutkannya seperti itu. Lalu Jungkook disuruh memegang banner bertuliskan 'smile dream smile'.

Sepanjang hidup Jungkookㅡsekalipun dia sering mengontrak sebuah boyband atau girlband untuk dijadikan brand ambassador perusahaannya, tidak pernah satu kalipun Jungkook berpikir untuk masuk, menonton konser mereka. Jikapun ingin menunjukkan dukungan Jungkook hanya akan memberikan karangan bunga atau foodtruck untuk para penggemar yang mengantri di luar arena konser.

Hari-harinya dihabiskan berkutat di balik meja kebanggaannya, masa mudanya hanya dihabiskan untuk belajar dan hang out dengan teman-temannya sesekali. Jika pernah menonton pertunjukan seperti bandㅡkebetulan saja Jungkook menontonnya saat mampir di café. Selebihnya tidak pernah. Pikirnya ini membuang-buang waktu. Tepatnya bukan gaya hidupnya.

Tapi siapa sangka, calon pendamping hidupnya justru memiliki gaya hidup menjadi seorang fanboy.

Taehyung terlihat sangat bahagia, Walau masih separuh jengkel, Jungkook senang membuat kekasihnya tersenyum tanpa gurat-gurat beban di wajahnya. Yah, walau dia harus menelan rasa pahit, sakit hati, cemburu mendengar tunangannya sendiri berteriak mengatakan cinta pada lelaki lain.

"JK! V! I love you!"

Lain kali, tidak lagi Jungkook menemani Taehyung menonton konser.

.

.

ㅡtbc.





afek.si ✅Where stories live. Discover now