3. Dira

74 15 3
                                    

Tuhan tidak pernah merenggut kebahagiaan
Tuhan hanya memberikan pelajaran

Aku berusaha menjalani hidup setegar mungkin setelah kepergian papa dari dunia enam tahun yang lalu karena kecelakaan pesawat. Papa yang paling bisa membuat suasana rumah menjadi seru apapun keadaannya. Papa yang selalu memberi ruang hangat untuk anak-anaknya. Hanif, kakakku selalu membagi kekuatannya padaku tiap kali aku menangis rindu dengan sosok papa. Tapi sekarang Kak Hanif sedang menjalani kuliahnya di UI. Bahkan mama juga memilih tetap menjadi single parent karena tidak bisa membagi dua cintanya kepada laki-laki lain.

Aku menyadari betapa cinta mama pada papa sampai setiap sepertiga malam mendoakannya. Mama tidak pernah lupa berbagi semangat dalam keseharianku dan Kak Hanif, sebelum mama pergi bekerja. Sebagian, mama selalu berusaha menjadi sosok papa yang humoris meski tidak mirip.

Aku dan Kak Hanif tahu bahwa mama sangat setia dan rindu yang amat sangat dengan papa meskipun kita tahu kalau mama punya sahabat laki-laki yang dulu pernah mencintainya dan sekarang juga sama-sama menjalani hidup sebagai single parent. Tapi, cinta mama tetap untuk papa, selalu. Kalaupun mama memilih untuk menikah lagi, aku dan Kak Hanif tidak masalah. Tapi mama tetap memilih untuk sendiri.

Dibalik itu, sebenarnya aku sering insecure dengan diriku sendiri. Insecure karena keluargaku tidak lengkap lagi. Insecure karena selalu merasa iri tiap melihat seorang anak bermain bersama papanya. Aku rindu gelak tawa, jahil, dan lelucon papa sehari-hari. Banyak hal yang aku merasa insecure, tapi tidak pernah kutunjukkan dengan ekspresif kepada orang lain.

Bukan cuma tentang papa, tapi juga tentang isi hatiku kepada lingkungan sekitarku, termasuk perkara hati di mana aku mencintai Arkan, sahabatku. Tentu saja diam-diam. Tapi dia bilang padaku bahwa "Dira, Jangan pernah jatuh cinta sama aku ya. Jangan pernah nunggu aku." Sementara dia selalu bersikap seolah-olah aku adalah perempuan paling istimewa dalam hidupnya.

Apa arti pelukannya? Apa arti genggaman tangannya? Apa arti dia melindungiku? Apa arti dia tidak mengizinkan aku pergi darinya? Untuk apa? Rasanya tidak adil jika ini salahku yang terlalu membawa perasaan. Ingin sekali menjauh darinya dalam beberapa waktu, tapi Arkan mungkin akan curiga. Aku sakit hati padanya, tapi aku juga tidak sanggup untuk benar-benar menjauh darinya.

Satu sisi aku benci menjadi sahabatnya yang tidak bisa memiliki Arkan seutuhnya, sisi lain aku tidak tega meninggalkannya yang sudah bersahabat denganku bertahun-tahun dan percaya bahwa hanya akulah sahabat terbaiknya. Hanya akulah yang tahu sisi gelap keluarga dan dirinya. Aku tidak tega meninggalkannya yang sudah percaya penuh padaku. Aku takut, jika aku meninggalkannya, kemarahannya tentang perempuan malah semakin menjadi. Aku tidak mau menjadi salah satu pemicu yang membuatnya selalu dendam dengan sosok perempuan.

Banyak hal dalam hidup yang segala resah dan gelisah aku tuang ke dalam kertas. Setelah kutulis, kertas itu tidak pernah kusimpan. Biasanya kertas itu kubuat menjadi origami pesawat kertas untuk diterbangkan ke udara. Suatu ketika keresahanku tentang Arkan yang aku lipat menjadi pesawat kertas kuterbangkan ke udara, tapi meleset dan jatuh entah ke mana.

Rupanya pesawat kertasku menimpa seorang lelaki yang membuatnya menghampiriku. Pandangan mata kami bertemu, aku mengenalinya, tapi selama itu aku tidak lagi pernah bersinggungan dengannya, kini aku harus berhadapan dengannya lagi. Seketika ingatan-ingatan tentang dirinya terbuka lebar lewat pintu ingatanku.

-------------------------

Jangan Lupa VOTE / Komen ya! :)

Komentar pasti kubaca kok. Ngomong aja apa yang mau dikomentari/ditanyakan dari cerita ini. Oke!? :)

Merayakan Cinta ✔ [NEW]Where stories live. Discover now