28. Terima Kasih Dira

30 9 3
                                    

Jangan Lupa VOTE / Komen YA! :)

-----------------------------------------------

Cantik, pintar, dan populer itu bonus

Bukan standar utama untuk mencintai


Seperti saran Dira kepada Dava beberapa pekan lalu untuk mencoba bersikap baik dengan papanya, Dava sudah melakukan itu dalam kesehariannya. Mungkin dengan segelas teh hangat atau makanan yang disuka. Dava memulai perhatian itu dari hari setelah Dira memberikan saran tersebut. Dava memang tidak terlalu banyak tahu apa yang ayahnya suka karena tidak pernah dekat dengan ayahnya, tapi Dava bisa bertanya pada asisten rumah tangganya apa yang ayahnya sering minum dan makan. Teh atau kopi dan makanan apa yang ayahnya sering pesan pada asisten rumah tangganya.

Setelah bertanya-tanya banyak tentang apa yang ayahnya suka, Dava memulai aksinya. Ia selalu ingat pada pukul berapa ayahnya akan pulang, meski terkadang ada jadwal yang berubah. Tapi setiap ayahnya pulang Dava memulainya dengan sapaan, seperti "Sore Pa" atau "Malam Pa". Dan jika pagi tiba, Dava juga menyapa papanya seperti "Pagi Pa". Meskipun respon papa Dava hanya diam dan menatap Dava keheranan. Setelah memulai dengan sapaan, Dava lanjut menawarkan teh setiap papanya pulang kerja dengan kata-kata, "Mau teh Pa?" Tapi papanya lagi-lagi hanya diam dan menghiraukannya. Tapi bisa melihat jelas bahwa papanya masih heran.

Naik ke tahap selanjutnya. Ketika ditawari tapi papanya tidak merespon, Dava langsung membuatkan tehnya lalu diletakkan di meja dekat papanya melepas sepatu. Dava selalu mengatakan seperti, "Ini Pa, teh buat Papa. Papa pasti haus selepas pulang kerja." Lagi-lagi respon papanya hanya diam dan membiarkan teh itu berada di meja, lalu meninggalkannya.

Dava tidak mau menyerah. Respon keheranan papanya dia anggap sebagai kemajuan. Naik ke tahap selanjutnya, memberikan makanan pesanan Papa Dava melalui asisten rumah tangganya agar Dava saja yang memasaknya dan memberikan kepada Papa. Dava selalu mengatakan, "Ini Pa, makanan yang Papa pesan. Dava buat sendiri loh." Tapi terang-terangan, lagi-lagi Papanya meninggalkan makanan itu di meja.

Dava masih belum mau menyerah, setiap hari Dava memberikan perhatian-perhatian tersebut kepada papanya. Sampai sebulan menjalani ini, papanya menunjukkan respon lain. Saat Dava menyapa papanya sepulang kerja, papanya mulai mengangguk dan kadang menjawab dengan satu kata, yaitu "Ya." Lama-lama juga teh yang dibuat Dava akhirnya papanya minum. Lama-lama juga makanan yang Dava masak untuk papanya akhirnya dimakan. Meski Dava belum dengar kata terima kasih yang keluar dari mulut papanya. Tapi tidak mengapa, Dava tambah bersemangat memberikan kepedulian kepada papanya dengan respon yang masih singkat tersebut namun sudah menunjukkan tanda-tanda membalas.

Dalam hal ini Dava membenarkan praduga Dira tentang papanya. Kalau papanya tidak peduli, lalu untuk apa papanya menafkahi Dava. Bahkan ketika Dava berupaya bersikap baik kepada papanya, pria itu tak menolak. Mungkin benar, kalau papa Dava merasa malu dan menyadari akan kesalahannya tapi belum mampu berani mengungkap lewat perkataan. Hingga sekarang, papanya selalu menerima maksud baiknya. Dava cukup senang dengan kenyataan ini.

Dari kejauhan Dava melihat Dira tengah berjalan bersama Sifa sambil berbincang-bincang. Dipanggilnya Dira sehingga membuat Dira dan Sifa menoleh ke sumber suara. Dengan hati gembira Dava mendekati Dira dengan senyum hangat, sementara Sifa menyikut siku Dira menggoda sahabatnya.

"Dira, aku mau ngomong," ucap Dava yang kemudian langsung melirik Sifa bermaksud mengisyaratkan untuk meninggalkan mereka berdua dahulu. "Nggak ada kelas kan? Kosong kan?"

"Enggak sih. Kosong. Kenapa?" jawab Dira keheranan.

"Sif, Diranya gue pinjam dulu ya," izin Dava pada Sifa yang langsung direspon tawa.

Merayakan Cinta ✔ [NEW]Where stories live. Discover now