27. Isi Hati

31 9 4
                                    

Jangan lupa VOTE / Komen YA! :)

------------------------------------------

Anin membersamai langkah Dava selepas keluar kelas. Gara-gara kejadian kemarin malam, Anin tidak terima dan hal itu membuatnya malu pada Arkan dan Dira karena ditinggal Dava. Habis-habisan Anin memarahinya dengan perkataan yang beruntun hingga membuat kepala Dava pening. Lelaki itu tak merespon apa-apa dan tetap berjalan tanpa menatap Anin. Hingga sikap Dava itu membuat Anin semakin kesal dan semakin ingin terus berbicara.

"Iiiiih kamu tuh kenapa sih nggak jawab omongan aku dari tadi. Segitu susahnya ya menghargai orang buat ngomong?! Jawab! Kelakuan kamu kemarin ke aku itu nyebelin banget tahu nggak! Malu-maluin! Aku nggak suka ya kamu kayak gitu lagi. Dava! Dava? Dengerin nggak sih!? Sumpah aku marah sama kamu. Gara-gara kamu juga Panji dan anak-anak lain ngetawain aku tahu! Dava! DAVA!"

Anin menarik kencang tepat pada lengan Dava yang terluka karena sayatan yang ia buat semalam. Dava memekik kesakitan lalu menepis tangan Anin. Dava menekan lengannya yang terasa perih itu. Anin kebingungan di tempat. Tidak tahu Dava kenapa.

"Lengan kamu kenapa?" tanya Anin yang masih mampu menaruh perhatian disela kemarahannya.

Dava mengambil napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Mengatur napas untuk menjawab rentetan omelan Anin yang membuatnya semakin tidak nyaman bersahabat dengan Anin.

"Pertama, aku denger semua omongan kamu tadi. Kedua, aku nggak suka kamu bersikap dan berbicara nggak baik ke Dira. Ketiga, aku malas menghargai omongan orang yang juga nggak bisa menghargai omongan orang lain. Keempat, itu konsekuensi kamu yang selalu nggak bisa bersikap baik ke orang-orang. Kelima, aku bersikap kayak begitu supaya kamu itu koreksi diri, Nin. Keenam, lama-lama bersahabat sama kamu, aku mulai merasa nggak nyaman sama kamu. Puas?!"

"Oh, ini karena Dira pasti. Iya kan? Jadi kamu mulai suka sama dia? Apa yang ngebuat kamu suka sama cewek norak dan caper kayak gitu Dav? Dia udah ngebuat hubungan Indi rusak gara-gara Arkan lebih mentingin Dira, dia juga udah pernah buat kamu malu di seantero prodi waktu ospek. Dia yang ngebuat kamu selalu marah, tapi kamu bisa baikan sama dia. Kok bisa gitu kamu suka sama Dira. Sementara aku yang selalu ada di samping kamu, sekalinya aku berbuat salah, kamu nggak bisa maafin aku dan malah bilang kamu nggak nyaman sama aku sekarang," Anin mulai meneteskan air mata, merasa tidak terima.

"Anin," ucap Dava pelan sambil menyentuh kedua bahu Anin. "Aku baikan sama Dira bukan karena aku suka. Tapi karena aku harus berbaikan. Aku memang punya salah sama dia. Terus soal Arkan dan Indi, itu bukan salah Dira, Nin. Harusnya kamu marah sama Arkan yang nggak jujur soal perasaannya dari awal. Nin, kamu itu teman perempuan pertamaku yang baik dan paling perhatian yang pernah aku kenal. Tapi coba kamu belajar untuk lebih mendewasa lagi.

Aku maafin salah kamu kok. Tapi jujur, lama-lama aku mulai nggak nyaman sama kamu karena sejak popularitas kamu naik, kamu berubah. Jalan pikir kamu juga berubah. Kamu seolah ingin menguasai segalanya termasuk aku. Yang perlu kamu tahu Nin, nggak semua hal dalam hidup ini bisa kamu miliki, termasuk aku.

Aku sayang kamu sebatas teman biasa Nin, nggak lebih. Sekali lagi aku bilang, aku nggak mengikat kamu untuk mencintai siapa pun. Kamu udah tahu aku nggak akan kasih harapan ke kamu, itu berarti kamu harus terbuka untuk mencari orang lain. Aku nggak bisa. Hatiku sekarang udah keisi sama orang lain."

Dava membantu Anin menghapus air matanya

"Siapa Dav perempuan itu?" tanya Anin disela tangis yang sudah mulai mereda dan hatinya mulai tenang. "Dira?"

Dava tidak menjawab. Ia hanya menyilakan poni Anin yang jatuh untuk dibawa ke belakang telinga.

"Kamu baik-baik ya Nin, aku minta maaf nggak bisa jadi sahabat yang baik buat kamu dan nggak bisa membalas perasaan kamu. Tapi aku menghargai itu. Terima kasih," ucap Dava setelah beberapa detik saling diam dengan Anin.

Merayakan Cinta ✔ [NEW]Where stories live. Discover now