16. Cerita yang Paling Rahasia

39 12 3
                                    

Jangan lupa VOTE / Komen YA! :)

-------------------------------------------------

Jangan cuma bilang sayang, tapi hanya sebagai pelarian.

Jangan cuma suka melarang, tapi tidak bisa berperan.


Meskipun Arkan sudah berdamai dengan keadaan di mana ia harus menerima bahwa Dira dan Dava berbaikan dan ia juga tahu bahwa Dira tidak menyukai lelaki itu, maka hal itu membuatnya merasa aman. Namun, ia menduga bahwa apa yang dilakukan Dava kepada Dira tidak membuatnya baik-baik saja. Ia menduga bahwa apa yang dilakukan Dava adalah upaya pendekatan diri atau mungkin lelaki itu naksir pada Dira.

Bahkan sampai sekarang ia tidak tahu cinta Dira untuk siapa. Arkan takut kehilangan sosok Dira dalam hidupnya, juga dalam kesehariannya. Kadang ia merasa bingung dengan perasaannya sendiri yang tidak menentu. Ia tahu dirinya takut kehilangan Dira, namun sisi lain ia juga tidak sanggup menjadikan Dira kekasih. Kadang ia bertanya-tanya, apakah dirinya sejak dulu sudah jatuh cinta dengan perempuan itu? Begitu rumitnya dunia hanya karena sebuah cinta.

Hanya Dira satu-satunya perempuan yang tahu segala masa lalunya dan menerimanya dengan begitu apa adanya. Atau karena Arkan tidak berani terbuka akan masa lalunya kepada orang lain hanya karena ia percaya dengan Dira saja? Lagi-lagi Arkan bingung. Terlalu banyak kebingungan dalam pilihan-pilihan yang mesti ia putuskan sendiri. Atau ia butuh orang lain untuk berkeluh kesah? Benar juga, pikirnya. Ia butuh orang lain.

Namun Indi tentu tidak mungkin. Itu mungkin tidak akan memperbaiki keadaan, karena Indi adalah kekasihnya. Ia berpikir dan terus berpikir siapa kiranya orang yang tepat untuk menjadi mediasi dirinya dengan Dira. Dalam kesendiriannya merenung, satu wajah seorang perempuan muncul dalam benaknya. Seketika ia meraih ponselnya dan menelepon perempuan itu. Mereka sempat bertukar nomor telepon saat pertama kali bertemu.

"Halo Sifa," sapa Arkan dengan sedikit canggung.

Perempuan itulah yang sangat mungkin Arkan pilih untuk menjadi mediasi antara dirinya dengan Dira sebab Sifa adalah sahabat Dira lainnya yang begitu dekat. Dalam percakapannya di telepon kepada Sifa, pertama ia basa-basi untuk mengajaknya bertemu dan tentu saja pendekatan. Ia butuh strategi untuk mendekatinya dulu, baru membicarakan hal-hal yang paling rahasia. Bagaimanapun juga, Sifa masih termasuk orang asing dalam hidupnya.

...

Minggu sore, di salah satu sudut kota Jogja, Arkan dan Sifa bertemu.

Jadi, kenapa tiba-tiba ngajak ketemu tanpa Dira?" tanya Sifa penasaran sembari dirinya melangkah bersama Arkan di Bukit Panguk Kediwung Mangunan.

Bukannya otomatis menjawab, Arkan justru tertawa renyah lebih dulu.

"Nggak ada apa-apa sih. Cuma butuh temen jalan-jalan aja. Dira sibuk."

"Pacar kamu sibuk juga?" tanya Sifa sekali lagi.

"Iya," bohong Arkan tentang Dira dan Indi yang sibuk karena sebenarnya ia tidak tahu Dira dan Indi sibuk atau tidak. "Lagian nggak ada salahnya kan temen yang kuajak buat sekadar jalan bareng itu kamu. Kan sekalian mengakrabkan diri. Nggak ada yang marah kan kalau aku jalan sama kamu?"

Arkan berjaga diri dengan mempertanyakan hal itu kalau-kalau ternyata Sifa sudah punya pacar. Ia hanya bermaksud agar tidak dikira menikungnya. Selain itu juga tentang kenapa Sifa tahu dirinya sudah punya pacar, mungkin karena diberi tahu oleh Dira. Mendengar pertanyaan itu, Sifa tersenyum dan menggelengkan kepala.

"Nggak kok. Udah lama putus. Terakhir kali pacaran kelas XII SMA. Dia patah hati terhebatku."

"Kenapa gitu?"

Merayakan Cinta ✔ [NEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang