14. Selamat Ulang Tahun Dira (1)

37 13 3
                                    

Terkadang kado terindah dari seseorang bukan berupa barang-barang mewah,
tapi hal-hal sederhana yang bisa diabadikan dalam satu momen.

"Kamu ngapain Ar ngajakin aku ke toko kado?" tanya Indi penasaran, namun dalam hatinya gembira karena mungkin Arkan akan membelikannya sesuatu.

"Beli boneka dong. Buat Dira. Besok kamis kan dia ulang tahun," jawab Arkan tanpa menatap Indi dan masih fokus dengan dirinya sendiri yang sibuk memilih-milih boneka.

Indi menghela napas panjang menahan emosi. Dira lagi, Dira lagi, pikirnya. Kapan Arkan bisa melihatnya yang selalu ada untuknya dan bertahan meski Arkan sering melukai kesetiannya. Kalau perempuan lain yang ada di posisi Indi, mungkin perempuan itu sudah marah besar, lalu pergi meninggalkan Arkan atau bahkan sampai memutuskan hubungan. Namun Indi tidak. Ia masih setia berada di samping Arkan.

"Menurut kamu boneka yang bagus yang mana Ndi?" tanya Arkan tanpa peduli perasaan Indi.

Indi menunjuk asal-asalan boneka beruang berwarna pink ukuran sedang.

"Dira nggak suka warna pink, terlalu feminim. Dia kan tomboi," jawab Arkan.

"Ya kalau tomboi dibeliin mobil-mobilan lah," kesal Indi yang dianggap Arkan justru bercanda dan membuat lelaki itu tertawa.

"Beliin jam tangan aja kalik ya," pikir Arkan.

"Terserah."

Akhirnya Arkan memutuskan membelikan Dira jam tangan. Setelah cukup dalam memilih-milih barangnya, akhirnya Arkan mengambil satu jam tangan berwarna hitam dengan desain yang Arkan yakin Dira suka. Usai membeli pun, Arkan tidak ada niatan membelikan Indi sesuatu. Indi langsung diajak pulang. Rasanya Indi ingin marah, tapi rasa sayangnya lebih besar ketimbang harus marah pada Arkan. Indi juga marah pada dirinya sendiri yang tak sanggup bertindak tegas.

...

Malam kamis yang dijanjikan oleh Dava kepada Dira pun tiba. Lelaki itu menjemput Dira di rumahnya dan tak lupa membawa dua tiket konser Kunto Aji. Sudah lama sekali Dira ingin menonton konser Kunto Aji secara live. Sampai akhirnya Dava tahu info itu dan mengajaknya. Dira benar-benar girang. Suara motor di depan rumah Dira membuat perempuan itu buru-buru mengenakan sepatu dan langsung pamit mamanya untuk pergi bersama Dava. Mamanya mengizinkan dan berpesan pada Dava untuk hati-hati di jalan.

Selang lima menit, suara motor berhenti di depan rumah Dira. Mama Dira pikir Dira kembali pulang karena ada yang ketinggalan. Tapi ternyata saat pintu diketuk dan terdengar suara laki-laki, kemudian Mama Dira membukanya, rupanya Arkan.

"Malam Tante," sapa Arkan ramah. "Dira-nya ada. Saya mau ketemu dan ajak Dira jalan-jalan."

Mama Dira rasanya tidak tega harus menjawab kalau Dira sudah pergi bersama Dava.

"Nak Arkan sebelumnya sudah janji sama Dira?" tanya Mama Dira.

"Belum sih Tante. Tapi biasanya kan Dira di rumah aja."

Mama Dira tersenyum lembut dan terpaksa harus jujur.

"Nak Arkan, Tante mewakili Dira untuk minta maaf sekali. Dira-nya nggak ada di rumah. Dira baru saja pergi sama temennya."

"Pergi? Ke mana Tan? Sama Sifa?"

"Katanya sih nonton konser. Bukan sama Sifa, tapi Dava."

Mendengar nama Dava, Arkan terdiam kecewa.

"Oh, Dava."

"Nak Arkan kenal toh?"

"Cuma tahu aja kok Tan."

"Oohh... iya, iya. Maaf sekali ya, Nak."

"Ya udah Tan, saya titip ini aja," Arkan menyerahkan bingkisan yang di dalamnya ada kado ulang tahun untuk Dira. "Titip salam dan selamat ulang tahun untuk Dira ya Tan," pinta Arkan.

"Ya ampun Arkan, repot-repot. Kamu setiap tahun pasti kasih Dira kado. Doa saja sudah cukup kok. Terima kasih banyak ya. Nanti Tante sampaikan dengan Dira. Maaf sekali ya Nak Arkan."

"Iya Tan, nggak apa-apa. Lagian saya juga salah, nggak ngabarin Dira dulu. Ya udah Tante, saya pamit."

Mama Dira mempersilakan dan menyampaikan hati-hati untuk Arkan. Setelah kepergian Arkan, Mama Dira menutup pintu dan bergegas menuju kamar Dira. Meletakkan bingkisan kado itu di atas meja belajarnya. Sejak lama sekali mama Dira menduga-duga kalau Arkan itu sebenarnya sangat mencintai Dira, tapi tak pernah bisa jujur dengan perasaannya sendiri kepada Dira.

Entah apa alasannya, lelaki itu selalu menutup-nutupi. Arkan hanya selalu memberi Dira kejutan-kejutan dan perlindungan tanpa suatu kepastian. Bahkan yang lebih parahnya lagi bergonta-ganti pacar. Mama Dira sebenarnya khawatir kalau Dira akhirnya harus bersama Arkan yang tak mampu belajar setia dan menghargai perasaan perempuan. Apalagi mama Dira tahu kalau anaknya sudah mencintai Arkan sejak lama.

...Bersambung...

Jangan lupa VOTE / Komen YA! :)

Merayakan Cinta ✔ [NEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang