31. Pernyataan Hati Arkan

32 11 5
                                    

Jangan lupa VOTE / Komen YA! :)
------------------------------------------------

Ketika semua terasa begitu dekat

Keraguan justru menjadi musuh keyakinan


Arkan membawa Dira ke sebuah kafe dekat pantai yang salah satu mejanya sudah Arkan pesan khusus untuk Dira. Meja makan itu terletak di dekat pemandangan pantai yang udaranya begitu sejuk dan mendamaikan. Dira hanya tersenyum tak terlalu tulus untuk menghargai kejutan Arkan yang sudah super biasa Dira dapatkan ini. Setelah keduanya nyaman duduk di tempat masing-masing Arkan membuka obrolan.

"Ada suatu hal penting banget yang pingin aku bicarakan ke kamu, Dir," serius Arkan.

"Apa?"

Arkan meraih kedua tangan Dira dan menatap Dira begitu dalam. Dira mendadak bingung dengan sikap Arkan padanya.

"Bertahun-tahun kita sahabatan nggak mungkin kita nggak punya tujuan," jelas Arkan sebagai permulaan.

"Maksudnya?" bingung Dira, badannya menegak.

"Aku sayang kamu, Dir."

"Iya, aku tahu. Kamu kan selalu bilang gitu."

"Yang aku nggak tahu, apakah kamu cinta sama aku, Dir? Karena makin ke sini aku makin yakin sama perasaanku kalau ternyata aku cinta sama kamu."

Dira terbelalak tidak menyangka Arkan akan mengatakan demikian padanya. Dira masih membeku sementara Arkan berdiri dari kursinya, lalu mendekat kepada Dira dan meminta perempuan itu berdiri menghadapnya. Setelah Dira berdiri, perlahan Arkan mencondongkan tubuhnya pada Dira sembari tangannya mengusap ujung bibir Dira, bermaksud untuk mengecup bibir Dira. Sadar akan hal itu, reflek Dira menahan tubuh Arkan dan mendorongnya pelan ke belakang untuk berjaga jarak. Arkan kebingungan dengan sikap Dira yang menolak dicium.

"Kamu kenapa Dir? Kamu nolak aku?" tanya Arkan tak percaya.

Bukannya menjawab, Dira justru meraih tasnya lalu pergi meninggalkan Arkan di kafe. Arkan mengejar. Dan menahan tangannya.

"Sorry Dir kalau aku lancang. Mau ke mana?"

"Maaf Ar," potong Dira. "Aku butuh waktu untuk jawab iya atau enggak. Jangan kejar aku dulu. Please, aku butuh waktu sendiri."

Dira melepas tangannya dari tahanan Arkan, lantas segera pergi meninggalkan Arkan sendirian di tempat. Dira terlalu terkejut dengan kenyataan ini. Ketika penerimaan Arkan begitu dekat dengannya dan bahkan sudah di depan mata, tapi mengapa Dira justru ragu. Kebingungan dan pertanyaan-pertanyaan atas penolakan Dira menimbulkan gelisah di dada Arkan. Ia masih belum terima kenapa Dira mendorongnya dan menjauh. Arkan jadi negatif thinking kalau ini ada hubungannya dengan Dava.

...

"Ciee... selamat ya yang ditembak Arkan. Akhirnya tercapai juga," goda Sifa kepada Dira sebelum mata kuliah Pak Trisno dimulai.

Sifa tentu tahu rencana Arkan menembak Dira. Di sisi lain tentu saja Dava tak sengaja dengar karena Dava duduk di sebelah Dira.

"Apaan sih Sif. Nggak usah dibahas di sini juga kalik," jawab Dira, dingin.

Mendengar itu Sifa jadi bingung. Bukannya harusnya Dira senang?

"Oh, sorry... emm... ya udah. Gue ke tempat duduk kelompok gue dulu ya,"

Dava merasa hancur, tapi dia juga mencoba berdamai dengan dirinya sendiri yang tidak mungkin memiliki Dira.

"Selamat, Dir. Semoga langgeng ya," ucap Dava singkat, tapi ramah.

Merayakan Cinta ✔ [NEW]Where stories live. Discover now