20. Gara-Gara Dira

32 11 1
                                    

"Sifa, lo harus tahu banget. Kemarin Arkan labrak Dava di kantin dan nonjok dia. Nggak ngerti lagi deh, gue marah banget sama Arkan," ucap Dira sambil ngemil saat dirinya dan Sifa duduk bersama di kantin untuk sekadar berbincang

"What?! Kok bisa?" syock Sifa yang tidak menyangka itu akan kejadian, padahal Sifa sudah memperingatkan Arkan.

Dira menceritakan kronologi kejadian, sampai atas dasar apa Arkan melabrak Dava. Tak lupa, tentang Dava yang Arkan tahu dari Indi, dan Arkan tahu dirinya satu tugas kelompok dengan Dava. Sifa benar-benar menyimak. Gara-gara kejadian itu, Dira tidak mau membalas chat Arkan dan mengangkat teleponnya. Dira masih kesal karena Arkan masih tidak bisa menahan diri untuk berubah. Setidaknya dengan tidak main kekerasan. Dia masih sama saja seperti saat SMA. Dira benar-benar kecewa. Dira juga berkata kepada Sifa kalau Dira sempat menampar Arkan yang memang sudah keterlaluan.

"Tumben lo bisa tegas Dir sama diri lo sendiri. Lo kan cinta mati sama Arkan, tapi lo bisa ya nampar dia?" heran Sifa.

"Ya habis gimana, Arkan udah keterlaluan banget. Ya masa harus banget gitu labrak di kantin. Tempat yang ramai. Main nonjok pula. Kayak di sinetron-sinetron aja, bikin malu. Kasihan juga si Dava seolah-olah dia yang salah. Padahal kan Dava juga nggak tahu apa-apa. Ya gue merasa bersalah aja karena gue, Dava jadi pelampiasan Arkan."

"Ya bener juga sih kata lo. Nggak seharusnya Arkan kayak gitu. Lagian harusnya dia bisa ngerti lah gimana beratnya tugas yang kita lagi jalanin. Wajar dong kalau hari Minggu diambil buat ngerjain tugas kelompok, karena emang hari itu yang pasti orang-orang luang waku banyak. Gue aja kualahan sama tugas ini gara-gara kelompok gue yang pada egois itu. Huh!" keluh Sifa.

"Nah kan, iya. Nggak ngeganggu kuliah yang lain juga."

"Lo pernah ngerasa nggak sih Dir, kalau sikap Arkan yang kayak gitu sama lo, itu karena dia cemburu dan cinta sama lo?"

"Ngerasa sih, tapi gue nggak mau ge-er aja. Mengingat dia begitu cepat punya pacar baru lagi setelah putus. Ini aja dia udah resmi putus sama Indi. Nggak tahu deh ntar siapa lagi korban dia selanjutnya."

Setelah itu keduanya diam dan hanya sibuk memakan camilan. Dalam diamnnya, Sifa termenung, merahasiakan pertemuannya dengan Arkan pekan lalu kepada Dira. Tapi Sifa pikir waktunya belum tepat untuk menceritakan kepada Dira. Biar urusan amarah Dira ini selesai dulu dengan Arkan. Sifa ingin tahu apa yang terjadi selanjutnya setelah mereka kembali membaik.

Dalam diamnya Dira, ia juga merahasiakan bahwa sikap Dira dan Dava mulai sama-sama berubah menjadi saling membaikkan. Dira merahasiakan banyak hal tentang apa yang sudah terjadi dengan dirinya dan Dava, termasuk Dava tahu Dira cinta Arkan. Ia pikir ini bukan urusan Sifa untuk tahu, jadi Dira berpikir untuk menyimpannya sendiri.

Sekilas Dira tak sengaja melihat Dava bersama seorang perempuan tengah berbincang saat masuk kantin. Dira tak asing dengan perempuan itu, bahkan namanya Dira ingat. Perempuan itu salah satu panitia ospek yang sama-sama berposisi menjadi tim kedisiplinan waktu itu. Anin namanya. Dira penasaran, sebenarnya Dava itu benar-benar single atau bohong kepadanya waktu itu.

"Sif, sebenarnya Kak Anin sama Dava itu pacaran nggak sih?" tanya Dira sambil menunjuk keberadaan Dava dan perempuan itu.

Sifa mengikuti arah pandang Dira.

"Enggak, sahabatan doang mereka. Sahabat dari SMA kelas sepuluh. Sama kayak lo dan Arkan. Bedanya Dava nggak kayak Arkan. Banyak orang juga udah tahu kalau Anin cinta banget sama Dava, tapi Dava enggak ada rasa. Dava juga tahu kalau Anin naksir dia."

"Bedanya apaan?" tanya Dira seolah-olah dia tidak tahu apa-apa, padahal sudah tahu sedikit dari Dava.

"Bedanya Dava menghargai perasaan Anin. Cuma dia udah bilang ke Anin kalau dia nggak balas perasaan itu dan ngebebasin Anin cinta sama orang lain. Dava nggak mau kasih harapan yang nggak pasti. Tapi sebagian orang yang nggak tahu, ngiranya mereka pacaran. Cerita tentang mereka udah beredar kalik di seantero kampus. Lo ke mana aja selama ini baru tahu woy! Kudet lo!" ledek Sifa di akhir, lalu tertawa.

Merayakan Cinta ✔ [NEW]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt