30. Kabar Baik

30 10 4
                                    

Jangan lupa VOTE / Komen Ya! :)

....

Salah satu cara untuk saling menyembuhkan adalah saling memaafkan.

Tidak harus dimulai dengan kata-kata, tapi bisa dimulai dari sikap.

Suatu malam selepas Isya, papa Dava tengah menatap ke luar jendela ruang tangah dekat piano sendirian. Dava yang baru saja turun dari tangga tak sengaja mendapati papanya merenung di sana. Entah sejak kapan papanya sudah pulang kantor dan tidak lembur. Dava mendekat, mencoba bicara baik-baik.

"Selamat malam Pa. Dava kira Papa lembur lagi," kata Dava yang mendekat ke samping papanya.

"Kenapa kamu tiba-tiba baik dengan Papa? Padahal kamu tahu, Papa tidak pantas dimaafkan," jawab papanya.

Suara dingin yang biasanya Dava dengar itu berubah menjadi suara yang terdengar cukup ramah untuk didengar. Dava tersenyum untuk dirinya sendiri.

"Dari seseorang, Dava belajar. Kalau Dava sadar ini harus diperbaiki, maka Dava harusnya memulai. Nggak peduli ini salah siapa. Kalau nggak kayak gitu, mau sampai kapan Dava dan Papa jadi dua orang asing yang tinggal dalam satu rumah. Bukankah keluarga harusnya saling memberi kasih?"

Papanya bergeming. Dalam beberapa detik lalu menunduk.

"Maafkan Papa, Nak," katanya sembari menatap tulus anak bungsunya.

Tak lama setelah meminta maaf, kemudian dipeluklah tubuh Dava dan menepuk punggungnya tiga kali. Pelukan yang selama ini tidak pernah Dava dapatkan dari seorang papa, kini ia dapatkan. Papanya menangis. Dava masih tak percaya ini kenyataan. Purnama lepas tubuh anaknya, lalu menghapus air matanya. Kemudian pria itu fokus menatap Dava dengan rasa malu dan maaf yang sungguh.

"Papa banyak salah sama kamu, mama kamu, dan kakak kamu, Tasya. Andai waktu bisa diulang, Papa ingin perbaiki," katanya sampai bibirnya bergetar tak sanggup menahan rasa bersalah yang amat sangat.

"Pa, nggak perlu pergi ke masa lalu kok buat memperbaiki. Sekarang pun Papa bisa memulainya dari awal. Ayo Pa, sama Dava."

"Ada hal yang membuat Papa tidak bisa menerima kenyataan ini dulu, Dava. Ada masa lalu yang kamu, mama kamu, dan Tasya tidak tahu."

"Pa, keluarga adalah tempat berbagi kisah dan kasih, berbagi ruang hangat. Apa masalahnya, apa masa lalunya, apa yang membuat Papa jadi begitu, Papa bisa cerita kok. Dava mau jadi pendengar itu."

Papanya berjalan menuju kursi piano, lalu duduk di situ.

"Tapi kenyataannya Papa tidak mendapatkan kebahagiaan pada masa lalu di keluarga Papa."

"Maksudnya?"

"Hidup Papa selalu disetir oleh orang tua Papa, Nak. Pendapat Papa dibungkam. Keinginan Papa selalu ditolak. Segala hal dalam hidup Papa diatur tanpa Papa boleh menentangnya. Termasuk menjadi pintar, menjadi orang kaya, pekerjaan, bahkan menikah."

Dava terdiam. Dava benar-benar tidak tahu kalau papanya memiliki masa lalu yang serumit itu. Sekarang Dava mengerti kenapa setiap papa Dava dipanggil ke ruang BK sewaktu sekolah, sampai rumah Dava selalu kena tampar atau pukul. Papa Dava belum bisa memaafkan masa lalunya. Sehingga Papanya bersikap seolah-olah sama seperti papanya kepada Dava.

"Orang-orang selalu bilang bahwa masa lalu tidak penting untuk diceritakan. Tapi Papa tertekan menyimpan ini sendirian. Papa tidak bisa tenang dengan kenyataan yang Papa terima. Papa belum bisa memaafkan," lanjut Purnama dan air matanya kembali menggenang. "Sampai Papa menemukan Kikan. Kekasih Papa yang tidak direstui dan ditolak, lalu kemudian Papa dinikahkan oleh mamamu Brigita. Ya, Kikan adalah mantan Papa. Masa lalu Papa."

Merayakan Cinta ✔ [NEW]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang