6. Terima Kasih!

643 62 19
                                    

Hai, Guys! Aku kembali lagi(^^)

Happy reading (^^)

***

"Gue suka sama ... Aksa! Aksa Rian Putra, gue suka sama lo. Gue suka banget sama lo sejak tiga tahun lalu. Gue suka sama lo sejak kelas tujuh." Kayla membongkar rahasia yang ia simpan tiga tahun lamanya, kepada satu angkatan alumni SMP Bintang. Bahkan tepat membongkar rahasia tersebut di sebelah Aksa— sosok yang sejak lama ia suka.

Ivy dan Bening bersorak gembira. Akhirnya Kayla bisa jujur dan mengatakan segalanya. Akhirnya sebentar lagi Kayla akan mendapatkan kepastian, entah kepastian yang seperti apa, Ivy dan Bening pun sama sekali belum tahu. Bisa jadi Kayla akan jadian dengan Aksa, bisa jadi juga Aksa akan menolaknya.

Namun itu semua jauh lebih baik daripada Kayla harus menunggu sesuatu yang sama sekali belum pasti. Itu semua jauh lebih meyakinkan, walaupun Kayla akan sakit duluan jika ditolak, tetapi tak apa. Kayla pasti bisa melewati segalanya.

"Gimana sama lo, Sa?" tanya Bening dengan heboh, benar-benar heboh. Bening sangat menunggu masa-masa seperti ini. Saat Kayla sahabatnya mendapatkan kepastian.

"Nanti gue akan bicarakan lebih lanjut sama Kayla sendiri," jawab Aksa datar.

Jawaban Aksa benar-benar membuat semuanya bungkam. Apakah Aksa akan menolak Kayla? Apakah yang dilakukan Ivy dan Bening akan salah?

***

Ravin sudah bersiap untuk menjemput Ivy saat ini. Ia sudah selesai menyiapkan dirinya. Rencana hari ini adalah melunasi hutang dare.

"Mau ke mana, Nak?" tanya Sella kepada putranya.

"Ada janji sama temen, Bu. Ravin pergi dulu ya," pamit Ravin kepada Sella.

Sella mengangguk memberikan izin kepada putranya itu. "Hati-hati di jalan."

Ravin melajukan motornya menuju rumah Ivy. Kata Ivy, ia sedang sendirian di rumah karena orang tuanya sedang bekerja. Jadi Ravin tak perlu merasakan tidak enak karena harus meminta izin.

***

"Mau ke mana?" tanya Ivy kepada Ravin saat Ravin sudah sampai di depan rumah mewah. Dunia Ravin dengan dunia Ivy memang benar-benar berbeda.

"Lo maunya ke mana?" tanya balik Ravin.

"Emm ... ke taman aja deh," jawab Ivy sederhana. Ivy memang sangat menyukai taman, menurutnya taman adalah tempat untuk menenangkan diri, mengingat masa kecil, dan bersenang-senang.

Ravin tersenyum mendengar jawaban sederhana dari gadis di depannya. Gadis pandai yang sangat sempurna, menurut Ravin. "Ya udah, ayo naik. Gapapa 'kan kalau naik motor?" tanya Ravin memastikan.

"Santai aja kali, gue juga udah lama gak naik motor. Justru gue pengin banget naik motor, gak tahu kenapa rasanya kalau naik motor itu seneng banget." Benar-benar sederhana, walaupun sebagai anak dari dokter terkenal sama sekali tidak membuat Ivy menjadi gadis pemilih dan sombong. Ravin semakin takjub dengan gadis tersebut.

"Lo itu bener-bener sempurna tahu gak sih? Gue takjub banget sama lo, Vy."

Ucapan Ravin membuat Ivy mengernyitkan dahinya. "Apanya yang lo kagumin dari gue?"

"Lo itu pinter, gak sombong, baik, gak pemilih, lo itu istimewa," jawab Ravin dengan jujur.

Ivy terkekeh mendengar pujian Ravin. "Vin, lo kan gak tahu gue gimana. Gue itu pemalas, gue itu manja, gue itu gak ada sempurna sama sekali."

MIPA VS AKUNTANSIWhere stories live. Discover now