22. Perubahan

335 41 0
                                    

Beberapa minggu kemudian.

Gadis dengan rambut yang dicepol itu menatap beberapa lembar soal di hadapannya. Dua ratus butir soal harus ia selesaikan dalam jangka waktu satu jam. Waktu yang bahkan sangat singkat untuk menghitung ini semua.

"Ya untuk yang sudah selesai bisa maju ke depan menyerahkan jawaban." Petugas try out itu berbicara seolah-olah soal yang diberikan hanya satu soal saja.

Ivy memijit kepalanya yang merasa pening. Gadis itu menghitung semuanya dengan cepat, sesuai dengan yang sudah ia pelajari di tempat les. Ternyata cukup mudah ketika kita mempelajari semuanya dengan baik dan benar.

Empat puluh lima menit menghitung cepat, Ivy langsung memeriksa kembali semua soal yang sudah ia selesaikan. Untung saja belum ada yang menyerahkan jawabannya. Untung saja Ivy bisa menyelesaikan cepat dan tepat.

"Saya sudah, Bu!" seru Ivy dengan mengangkat kedua tangannya dan maju ke depan.

"Bagus, Ivy. Perubahan yang sangat signifikan sekali," komentar Bu Ani—guru di tempat les Ivy juga.

Bu Ani nampak memeriksa jawaban Ivy, guru itu mengangguk dan tersenyum lalu mengacungkan jempol ke arah Ivy. "Semoga hasilnya memuaskan. Semangat!"

Ivy semakin tersenyum dengan lebar. Ini memuaskan! Setidaknya Ivy bisa tidur dengan tenang dan tidak mendengar omelan mamah serta papahnya malam ini. Ivy sangat bersyukur sekali. Ya, ini semua hanyalah paksaan keluarganya. Ivy sama sekali belum jatuh cinta dengan ilmu alam maupun belum ada pikiran untuk menjadi dokter.

"Congrats, Vy! Hari ini lo jadi yang pertama di try out. Semoga orang tua lo gak ceramah lagi ya." Itu Vana, sahabat Ivy di tempat les yang memiliki nasib sebelas dua belas dengan Ivy. Sama-sama dipaksa masuk jurusan MIPA, sama-sama dipaksa menjadi seorang dokter.

"Thanks, Van. Lo yang kedua, lo juga pasti hebat. Semoga gak diceramahi sama orang tua juga ya," balas Ivy dengan senyum manis yang sama sekali tidak memudar.

***

"Nilai kamu mendekati sempurna, Ivy. Kamu hanya salah satu saja. Kamu bahkan bisa menyelesaikan dua ratus soal dengan waktu empat puluh lima menit saja. Tingkatkan terus, ya! Ibu yakin kamu tidak akan mengecewakan keluargamu lagi." Bu Ani menjabat tangan Ivy, beliau bangga dengan Ivy yang berubah drastis sekali. Beliau juga tahu kalau Ivy bekerja sangat keras karena tuntutan keluarga.

"Makasih ya, Bu. Makasih sudah mau mengajari Ivy dengan teknik cepat. Makasih udah mau mengajari Ivy semua cara," ujar Ivy yang terharu. Kali ini adalah saatnya Ivy menunjukkan ke seluruh keluarga tentang keberhasilannya. Terima kasih, Tuhan!

"Sama-sama, Ivy."

***

"Mamah, papah!" sapa Ivy dengan girang yang langsung dibalas kernyitan dahi dua orang di hadapannya.

Ivy langsung memberikan hasil try out les-nya hari ini. Padahal sekarang sudah menunjukkan waktu sepuluh malam, namun Ivy masih bersemangat karena mendapatkan yang terbaik. Senyum lebar yang sangat manis dengan acungan jempol dari Vanya langsung Ivy dapatkan.

"Bagus, Ivy! Perubahan yang sangat bagus! Kamu sudah menyelesaikan dua ratus nomor dengan waktu empat puluh lima menit! Kamu bahkan hanya salah satu. Mamah bangga sama kamu. Tingkatkan lagi, ya. Mamah yakin kamu akan mendapatkan peringkat pertama di paralel nanti. Kamu pasti bisa mendapatkan segalanya." Ivy semakin melebarkan senyumnya. Ini semua hanya demi keluarga. Ini semua hanya karena Ivy tidak mau Vanya sakit.

MIPA VS AKUNTANSIWhere stories live. Discover now